"Kakak, apakah kau tau kalau Darwin tidak berbohong?" sosok kecil anak laki-laki berusia sembilan tahun, pernah menanyakan ini padanya dengan tangan yang memainkan kelereng berwarna ungu bening.
Saat itu Danielle hanya menanggapi ini dengan "Teori evolusi Darwin? Bagian mana yang memicumu untuk sampai pada pemikiran itu, Joshua?"
"Manusia berasal dari kera!" anak bernama Joshua itu mengatakan ini dengan mata bersinar.
"Joshua, itu hanya sebatas hipotesis dan masih diperdebatkan sampai saat ini. Akan menjadi diskusi tak berujung jika kau mengusung topik ini padaku, kenapa kau tidak bertanya mengenai asal usul manusia yang lebih masuk akal saja? Seperti ... Adam dan Eve, misalnya" sebagai kakak yang tidak ingin satu-satunya adik dirundung di sekolah, wajar baginya untuk mengubah topik yang cukup sensitif karena erat kaitannya dengan agama.
"Kenapa manusia tidak mungkin berasal dari kera, kak? Bukankah secara fisiologi dan anatomi, mereka mirip dengan kita?" untuk anak berumur sembilan tahun yang mempertanyakan kehidupan, Joshua cukup kritis.
Adik ini kelak pasti akan menjadi orang hebat karena kejeniusannya.
Danielle tersenyum dan mengusap lembut kepala sang adik, lalu menuntunnya pulang dan mulai menjelaskan "Kalau manusia memang berasal dari kera dan satu spesies dengan mereka, maka mustahil kita akan mengenal apa itu kera saat ini. Karena evolusi harusnya terjadi secara serempak, bukan memihak. Jadi akan lebih masuk akal tetap berpegang pada kitab suci yang lebih masuk akal, bahwa manusia pertama yang pernah diciptakan adalah ... Adam dan Eve!"
"Tapi bukankah mustahil menciptakan kehidupan dari tanah dan tulang rusuk?" Joshua jelas tidak menyukai pergantian topik ini, terlebih jika itu dikaitkan dengan agama tanpa bukti ilmiah.
Danielle menghembuskan nafasnya dengan emosional dan menjawab "Karena mustahil, makanya kita menyebut itu sebagai kuasa Tuhan. Kenapa? Tidak bisa menerima ini? Atau kau ingin menanyakan sesuatu yang lain?"
"Kakak, sebenarnya aku mulai meragukan semua hal setelah membaca tulisanmu di laptop" Joshua tiba-tiba mengatakan ini.
Raut Danielle yang penuh senyum sontak menjadi dingin.
Joshua tampaknya sadar tindakannya salah dan buru-buru menjelaskan dirinya "Aku tau aku salah, kak! Tapi aku benar-benar penasaran!"
Meski merasa jengkel, gadis kecil itu tetap meresponnya "Soal?"
Tidak menyadari perubahan emosi kakaknya, Joshua menarik lembut tangan Danielle yang sedang menggenggam tangannya dan berseru dengan bintang di matanya "Pertanyaanmu tentang asal-usul manusia!"
"Yang mana? Tanyakan saja" dia setengah hati saat mengatakan ini. Tapi Danielle perlu tau sebanyak apa yang sudah dibaca oleh Joshua, agar dia bisa menentukan sikap macam apa yang bisa dia gunakan untuk menghadapi si kecil.
"Kakak tidak akan marah?" Dia tampaknya baru menyadari raut terdistorsi sang kakak dan menanyakan ini, takut.
Danielle dengan datar mengungkapkan pikirannya "Tergantung sebanyak apa yang sudah kau baca, Joshua."
Meski takut, tapi karena rasa penasarannya begitu besar, maka Joshua mengatakan semua hal yang dia baca dari laptop kakaknya "Tentang ... Pendapat kakak tentang apa yang di sebut 'Tuhan' yang menciptakan manusia dan apa itu 'Surga', juga bahwa manusia pertama ... Tidak terbentuk berkat kuasa Tuhan, melainkan ... Percobaan."
Danielle menghentikan langkahnya, Joshua tentu akan berhenti bersamanya. Gadis kecil itu menatap dingin sanga adik dan melepaskan genggaman tangannya, dengan tatapan sedingin es mengatakan "Joshua, kau tidak boleh mengatakan ini pada siapapun. Aku tidak akan menjawabmu, aku juga tidak akan membiarkanmu menyentuh barang-barangku lagi."
Perubahan temperamen yang tiba-tiba ini tentu saja mngguncang si kecil Joshua, anak laki-laki itu lantas mulai berteriak-teriak protes dengan mata yang sudah basah oleh air mata "Kenapa?! Bukankah kakak membagi semua ini dengan Samuel? Kenapa dia diizinkan sementara aku tidak?! Aku 'kan adik kakak!"
Dia tidak marah pada ancaman kakaknya, tidak marah karena tidak mendapatkan jawaban yang ia minta. Saat itu joshua jelas hanya mengungkapkan kecemburuannya sebagai adik, karena kakak satu-satunya justru bisa berbagi rahasia pada orang yang bahkan bukan anggota keluarga, tapi menolak berbagi rahasia dengan dirinya.
Danielle menghadapi perilaku Joshua yang menurutnya tidak masuk akal, dan dengan tenang memberinya jawaban yang cukup menyakitkan untuk bocah berumur sembilan tahun "Kau dan Samuel itu berbeda. Kami seumuran dan memiliki banyak kemiripan, sementara kau masih dibawah umur. Kau tidak akan mengerti meski sudah kujelaskan, karena aku sendiri juga ... Butuh jawaban."
Respin semacam itu tentu saja akan lebih menstimulasi Joshua untuk tantrum dan menangis lebih keras "Tidak adil! Kenapa selalu Samuel?! Apa karena dia sakit jantung?! Oleh karena itu kakak kasihan dan memberikan semua yang kakak punya dengannya?!"
Kening gadis kecil itu berkerut sedikit saat mendengar betapa nyaring teriakan adiknya "Joshua, berhenti berteriak. Berisik."
"Kakak jahat! Kakak jahat! Aku benci kakak!" Joshua meneriakkan ini sambil memukul-mukul perut sang kakak, lalu berlari pergi ke arah rumah mereka. Oleh karena itu meski merasa kesal, jengkel sekaligus khawatir, Danielle tidak mengejarnya.
Dan pilihan itulah yang dia sesali bertahun-tahun kemudian, karena menjadi awal mula luka-luka busuk pada jiwanya akibat kehilangan yang berulang.
Sore itu teriakan Joshua yang merajuk padanya, akan menjadi faktor penting lain yang mengubah dirinya. Pertengkaran itu sepele, hanya sepasang kakak beradik yang berdebat dan bahkan sangat normal, walau isi perdebatan mereka sangat keterlaluan. Itu adalah sore hari, sembilan tahun yang lalu.
Sore terakhir dia melihat Joshua Norma, adik tirinya. Pada saat itu, dia masih berumur empat belas tahun dan memiliki emosi yang tidak stabil karena memasuki masa pubertas. Tapi dia tidak tau jika ledakan emosi sesaat itu, akan membuatnya tidak bisa menemui Joshua.
Dan empat tahun setelah Joshua menghilang, orangtuanya terlibat kecelakaan mobil dan meninggal.
Menyisakan dia seorang diri, dan setelahnya ia mengakhiri kisahnya dengan Samuel karena tidak ingin lagi merasa dibebani tanggung jawab untuk membahagiakannya. Hanya untuk mendapatkan berita bahwa kekasih masa kecilnya, atau lebih tepatnya adalah mantan kekasih masa kecilnya diberitakan meninggal dunia.
Satu kehilangan yang berujung pada kehilangan segalanya, pukulan ini begitu berat dan telak mengenai jiwanya.
Danielle tau bahwa mungkin ini adalah karma Tuhan untuknya, yang mempertanyakan keaslian dari kitab suci yang selama bertahun-tahun ia baca. Tapi Danielle sama sekali tidak pernah meragukan keduanya, baik itu Tuhan maupun kitab suci yang diturunkan oleh-Nya.
Dia hanya ingin menjembatani ilmu pengetahuan dan apa yang mereka sebut sebagai kuasa Tuhan, agar dia bisa menjadi pribadi yang lebih beriman tapi tetap mencintai ilmu pengetahuan dengan sepenuh hatinya. Dimana salahnya?
Perutnya akan selalu bergolak, dan jantungnya akan berdetak sangat cepat begitu pemikiran ini berlalu di otaknya. Satu-satunya yang membuatnya berpgang teguh lada sepinya kehidupan, adalah rasa hausnya akan jawaban dari semua pertanyaan. Dia harus mabuk pada sesuatu agar bisa bertahan hidup di dunia yang semakin lama semakin membusuk.
Alam semesta begitu luas, dia percaya bahwa suatu hari nanti dia akan mendapatkan jawabannya.
Dan sebelum itu bisa terealisasikan, dia akan menunggu dengan sabar sebagai manusia yang beriman dan berwawasan.
Hanya dia dan permainan otaknya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments