Adam menatap lengannya yang perlahan terlepas dari tubuhnya, dan merosot kebawah. Danielle juga menatap ini dengan tenang, lalu memegangi lengan yang nyaris jatuh ini untuk ditempelkan kembali ke posisinya semula. Adam menatapnya penuh rasa terimakasih dan mulai menumbuhkan jaringan tubuh baru.
"Samuel, kau juga seorang Debris? Kupikir kau sudah tiada? Orangtuamu sendiri yang mengatakannya padaku" dia menanyakan ini sambil terus memegangi lengan Adam yang masih dalam proses penyambungan.
Namun pria itu justru menjawab dengan suara yang penuh ketidakpedulian, bahkan terdapat ejekan yang sangat kentara di sepasang mata ungunya "Mereka hanya terlalu malas mencariku. Buat apa juga repot-repot mempertahankan anak cacat yang hanya bisa menghabiskan uang untuk perawatan? Bisakah kau membayangkan betapa bahagianya mereka pada pemikiran bahwa aku sudah mati?"
Adam ingin mengatakan sesuatu, tapi ia sadar bahwa bukan posisinya untuk ikut campur urusan dua orang ini. Dia lebih memilih diam dan berusaha membaca situasi dunia saat ini, sambil memperhatikan beberapa orang yang sudah menjadi mayat kering akibat kehabisan darah dibawah sana. Lengannya masih memeluk Danielle, hanya untuk memastikan bahwa gadis ini tidak tertarik oleh gravitasi dan mati.
Danielle sendiri tidak banyak mengambil hati akan apa yang dikatakan Samuel, dia sudah tau bahwa orangtua Samuel pasti akan melakukan hal semacam itu.
Samuel memiliki penyakit Truncus arteriosus, atau cacat lahir yang langka dimana dia hanya memiliki 1 arteri besar yang meninggalkan jantung. Memang bisa diatasi dengan operasi pemisahan arteri dan penutupan septum ventrikel, tapi saat itu kedua orangtuanya sudah terlambat membawa anak mereka ke rumah sakit. Jadi dokter hanya bisa menyarankan agar mereka melakukan prosedur operasi transplantasi jantung.
Apa yang bisa dilakukan oleh orang dari kalangan ekonomi menengah kebawah dengan pemikiran tradisional seperti orangtua Samuel?
Tentu saja begitu mereka tau anak lelaki mereka tidak bisa bertahan lama, keduanya langsung memutuskan untuk memiliki anak kedua dan ketiga. Dengan begini, si cacat Samuel bisa menjadi objek yang bisa dibuang kapan saja. Keduanya bahkan tidak mau repot-repot menyekolahkan Samuel atau membelikan obat untuknya.
Dengan adanya masalah pada jantung Samuel, pria itu menjadi sering sakit-sakitan. Tidak bisa sekolah, tidak punya obat, lemah dan sendirian. Samuel adalah manusia yang amat sangat menyedihkan. Karena itulah Danielle sudah terbiasa menjaganya sejak masih kecil, mengusir anak-anak lain yang menggertak Samuel dan juga mengajarinya tentang pengetahuan umum di sekolah.
Dan dari sepuluh kali Danielle menemui Samuel untuk berbagi catatan sekolahnya, maka sepuluh kali pula gadis itu melihat dengan mata kepalanya sendiri orangtua Samuel sedang menyumpahi anak itu agar cepat mati. Tapi Samuel kecil pada saat itu, hanya tersenyum kecil sembari menggandengnya masuk kamar untuk belajar bersama.
Lima tahun lalu adalah saat yang paling menyedihkan bagi Danielle, dimana dia kehilangan semua orang yang dia sayangi secara berturut-turut. Oleh karena itu saat mengetahui bahwa Samuel sama sekali tidak mati, melainkan menjadi Debris seperti Adam ... Dia merasakan sebersit perasaan senang, karena kemungkinan besar Joshua juga mengalami hal serupa.
Meski dia tau, kembalinya Samuel akan sangat merepotkan.
"Bagaimana kondisi jantungmu?" tanyanya dengan senyum lembut yang sangat dikenal oleh mereka.
Mendengar ini, Samuel merasakan luapan nostalgia dan matanya menampakkan emosi yang tak kalah lembutnya. Tangannya yang semula sedang mengendalikan senjata, kini beralih memegang posisi dimana jantungnya berada.
Sepasang mata ungunya berkilauan saat menjawab "Sudah tidak sakit, seolah aku tidak pernah sakit sejak awal."
"Dani, bagaimana menurutmu dengan orangtua dan adik-adikku? Apakah mereka kecewa karena aku tidak mati seperti harapan mereka?" Suaranya menjadi lebih jernih saat mengatakan ini.
Danielle tidak menjawab, saat inilah suara kekanakan itu terdengar kembali dan menggema ke seluruh penjuru dunia.
[Ding! Dong! Permainan 'Kesempatan mengetuk pintu hanya sekali' sudah berakhir, dan jumlah pemain sudah dipastikan sesuai! Seluruh pemain, harap untuk segera 'Terbang ke Surga'!]
Bersama dengan pengumuman ini, sepuluh pintu di langit terbuka. Dan karena posisi ketiganya yang berdekatan, mereka langsung terhisap masuk kedalam pintu telat diatas kepala dalam waktu bersamaan. Pelukan Adam pada tubuhnya semakin menguat, sampai ia tidak bisa melihat pemandangan apapun selain dada bidang pihak lain yang tertutup kemeja putih bersih.
Tidak butuh waktu lama sampai pelukan keduanya terlepas, dan ia bisa kembali menginjak tanah. Pada saat Adam menjauhkan tubuhnya dan secara lembut meminta maaf atas perilaku kurang sopannya, barulah Danielle bisa melihat seperti apa didalam pintu perak.
Ini adalah pantai. Dengan laut bersih dan langit berbintang, dimana tidak ada satupun pintu disini. Tidak jauh berbeda dengan dunia mereka sebelumnya, benar-benar serupa. Bahkan mungkin mereka sedang dibawa pada zaman dahulu kala, dimana penerangan masih hanya terbatas pada obor dan rembulan. Karena bahkan dengan matanya yang kurang bagus, Danielle bisa melihat milky way dengan sangat jelas.
"Pemandangan yang bagus" suara ini mendadak muncul tepat disebelah telinganya, membuat Danielle menoleh dan mendapati wajah Samuel yang sudah sangat dekat dengannya. Hidung mereka bahkan sempat bersentuhan.
Tapi Danielle tidak menjauhkan wajah dan hanya sebatas mengalihkan pandangannya kembali ke lautan, membenarkan "Ya, semuanya tampak bagus dan berkilau."
"Kau tau, Dani ..." Samuel dengan alami memeluknya dari belakang, sama seperti bertahun-tahun yang lalu saat mereka masih sangat muda.
"Tempat mereka meletakkanku saat itu, benar-benar neraka. Oleh karena itu rasanya memang sangat bagus untuk bisa terus hidup, pulang dan melihat pemandangan seperti ini" pria itu tiba-tiba mengatakan ini sambil mulai meraih sebelah tangan Danielle untuk dia genggam, dengan posisi masih memeluknya dari belakang.
Pria berambut hitam itu menautkan kelima jari mereka bersama dengan mata penuh kerinduan, sebelum terpejam saat otaknya sekali lagi dibanjiri oleh kenangan mereka berdua sebagai pasangan. Mulai dari saat pertama kali dia mengatakan perasaannya, ciuman pertama mereka, juga saat pertama kali keduanya saling membagi kehangatan sepanjang malam.
"Dani ... Akhirnya aku bisa melihat dan memelukmu lagi" ujarnya penuh emosi, sepasang matanya juga sudah mulai berkaca-kaca.
Samuel meraih sepasang tangan mereka dan dengan lembut melayangkan beberapa ciuman pada setiap jari Danielle, sebelum mengarahkan tangan gadis ini agar mau membelai kepalanya seperti dulu.
"Aku merindukanmu. Aku sangat merindukanmu ..." Bisiknya dengan suara tercekat.
Adam hanya melihat ini dari samping, tidak berani mengganggu dan bahkan merasa sangat canggung berada disini. Tapi dia tidak bisa pergi begitu saja, tidak sampai dia tau seperti apa musush mereka. Bagaimanapun juga yang diinginkan Samuel adalah Danielle, selama dia tidak mengganggu reuni sepasang kekasih itu, maka dia akan aman.
Joshua belum kembali, karenanya Adam berpikir setidaknya Danielle memiliki seseorang yang dicintainya pada situasi hidup dan mati seperti ini.
Jujur saja, Adam merasa sangat iri.
Dia dan Danielle memiliki kekasih yang sama-sama menderita akibat penyakit mematikan. Tapi gadis itu bisa mendapatkan kekasihnya kembali, sementara dia tidak.
Sayangnya, ketenangan ini dirusak oleh Danielle sendiri.
Gadis itu menarik tangannya yang masih terus diciumi, wajahnya benar-benar tenang tanpa sedikitpun emosi berlebih. Dia memang tidak melepaskan pelukan Samuel dari tuhuhnya, tapi mulutnya yang sedang tersenyum justru mengatakan "Samuel, jika ingatanku benar. Maka kita sudah lama putus, bahkan sebelum kau menghilang."
Pada saat itu, aura manis dalam diri Samuel langsung menguap menjadi asap.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 53 Episodes
Comments