BAB 19

Yuda datang dengan membawa apa yang diminta Faro tadi.

"Ini Tuan semua barang yang kau minta" ucap Yuda sembari menyerahkannya kepada Faro.

"Kenapa lama sekali?" Tanya Faro sebal

"Tadi agak sedikit macet di jalan tuan.."jelas Yuda, Faro mengangguk paham.

"Ooo aku tau,kau mau modus ya tuan sama nona Aleta?" Goda Yuda, Faro melotot ke arah asisten nya yang selalu kepo

"Kau diam! Sana pergilah kembali ke asalmu" ucap Faro ketus

"Aku tidak hantu tuan.." sahut Yuda, Faro tertawa.

"Iya aku tau, pergilah sekarang lanjutkan pekerjaan mu.. dan jangan lupa nanti malam kirimkan email yang harus ku periksa" ucap Faro, Yuda mengangguk mengerti lalu berlalu pamit pergi.

Faro menghampiri Aleta yang duduk termenung dibawah pohon besar.

"Leta ayo latihan!" Ajak Faro, Leta mengangguk lalu bangkit menghampiri tuan nya.

"Kau bisa melakukan dribble?" Tanya Faro,Leta menggeleng.

"Begini lihat aku bagaimana melakukan nya" ujar Faro, Faro mengambil bola lalu memperagakan kepada Leta bagaimana caranya melakukan dribble.

Lalu Faro menyuruh Leta untuk melakukan hal yang sama dengan bola satunya.

Leta mengikuti itu, walaupun awalnya ia tidak bisa melakukan nya tapi karna Faro sabar mengajari nya akhirnya Aleta menjadi lihai dalam melakukan dribble.

"Wah aku bisaa.." ujar Leta senang, Faro tersenyum manis melihat Aleta yang kegirangan.

"Cuman melakukan dribble saja?" Tanya Faro, Leta mengangguk.

"Kebetulan ini ada ring nya,biar aku pasang di tiang lampu jalan itu" ucap Faro.

Faro berjalan menuju tiang lampu lalu memasang ring nya tinggi.

"Sekarang coba kau lempar bolanya masuk kedalam ring" perintah Faro, Leta tidak mengerti.

Faro memperagakan nya,pertama tama ia melakukan dribble lalu melempar bola ke arah ring,bola tersebut masuk kedalam lubang ring nya. Leta menepuk tangannya,ia merasa Faro sangat hebat dalam olahraga ini.

"Coba lakukanlah!" Perintah Faro, Leta melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Faro tadi,dan ya akhirnya bola tersebut masuk ke dalam ring dengan sempurna,Leta berteriak kesenangan,ia berlari memeluk Faro dengan kencang.

"Bagus Aleta! Itu permulaan yang sangat bagus" puji Faro, Leta tersenyum senang.

"Yeay!" Teriak Leta.

"Aku lebih paham kalau tuan Faro yang mengajari dibanding dengan Alden.." gumam Leta di dalam hati.

Leta merasa lelah,ia menarik tangan Faro untuk duduk di bangku yang ada di halaman depan.

"Sudah capek?" Tanya Faro, Leta mengangguk, Bi imah datang dengan membawa 2 gelas jus jeruk.

"Tuan muda ini jus nya biar segar" ucap bi Imah

"Terimakasih bi..." Ucap Faro,bi Imah pamit masuk kembali kedalam Mansion.

"Leta ini minumlah" ujar Faro,Leta menerima segelas jus dari tangan Faro lalu ia menenggak habis jusnya. Faro tertawa geli melihat Leta yang ternyata benar-benar kelelahan.

"Itu baru olahraga sesantai basket saja kau sudah kelelahan seperti itu, bagaimana nanti kalau olahraga di atas ranjang.." ucap Faro asal, Leta menatap Faro tidak mengerti

"Olahraga ranjang? Memang ada jenis olahraga itu?" Tanya Leta bingung, Faro tersedak saat mendengar pertanyaan leta.

"Astaga kau tidak tahu?" Tanya Faro,Leta menggeleng cepat.

"Kau mau ajarkan aku nantinya kan tuan? Kalau tiba tiba disekolah ada materi olahraga itu?" Tanya Leta lugu, Faro tertawa kecil

"Tidak akan ada materi itu di sekolah mu" jawab Faro,ia mengusap rambut Leta kesal.

"Benarkah? Kalau begitu aku tidak perlu panik dong.." sahut Leta. Faro mengangguk saja.

"Gadis polos.." gumam Faro,Leta merasa gerah ia ingin mandi.

"Tuan aku mandi dulu deh,rasanya gerah sekali.." ucap Leta

"Yasudah aku mau nge gym dulu di lantai atas" ucap Faro, Leta mengangguk mengerti.

Lalu mereka bersama sama masuk kedalam Mansion.

Leta membersihkan dirinya ia berendam di bathtub,hari hari tenang begini benar benar yang dimimpikan Aleta dulunya.

Aleta merasa bersyukur bertemu dengan Faro, walaupun kadang pria besar itu mes*m kepadanya tapi menurut Aleta tidak papa, karna itu hanya sebatas ciuman bibir saja.

Walaupun ia tidak tahu,bahwa Faro sebenarnya menginginkan hal lebih.

Setelah selesai mandi, Aleta menuju ke ruangan gym itu melihat tuan nya.

Leta melihat Faro yang sedang berlatih mengangkat beban berat.

"Tuan.. belum selesai juga?" Tanya Leta, Faro menghentikan latihannya lalu menatap Leta yang sedang duduk di sofa yang ada di ruangan itu.

"Sudah.." jawabnya,Faro duduk disamping Leta,ia mencium aroma wangi dari tubuh Leta.

"Wanginya membuat aku candu" gumam faro didalam hati, Leta melihat keringat yang bercucuran di seluruh tubuh kekar Faro. Leta menelan ludah nya kasar karna Faro terlihat menggoda sekali.

"Leta duduklah dipangkuan ku!" Perintah Faro,Leta menggeleng tidak mau

"Aku sudah mandi,dan tuan lihat begitu berkeringat. Aku tidak mau mandi lagi" sahut Leta, Faro menyeringai

"Tidak papa,nanti bisa mandi lagi bersama ku" ucap Faro menggoda Aleta

"Tidak mau! Tuan kau jangan mes*m begitu dong.."

Faro tertawa ia bangkit dari duduknya lalu berjalan menuju lemari dingin yang ada di ruangan gym,ia mengambil sekaleng minuman dingin.

"Siapkan air mandi ku! Dan kau harus menemani ku mandi!" Perintah nya, Leta ingin protes tapi saat melihat wajah Faro sepertinya tidak bisa ia bantah pun maka tidak ada pilihan lain selain menuruti hal konyol itu.

Aleta kini berada di bathroom pribadi Faro,ia mengisi air di bathtub lalu memasukan sabun cair di dalam nya.

Setelah busanya timbul,Leta memanggil Faro yang kini sedang duduk di sofa kamarnya.

Faro membuka celananya tinggalah ****** ********,Leta membuang muka.

Lalu Faro masuk ke dalam bathtub, Leta memijat kepala Faro sambil memberi shampo di rambut nya.

"Hmm pijatan mu sangat enak" puji Faro,ia sampai memejam kan matanya, Leta tersenyum kecil.

Setelah beberapa lama, Faro bangkit ia pergi menuju shower Leta memalingkan wajah agar tidak melihat hal hal aneh.

Faro mengguyur tubuhnya di shower, sambil menatap Leta yang sedang membelakanginya.

"Tuan aku ambil bajumu dahulu ya.." ucap Leta

"Hmm" jawab Faro singkat.

Leta berjalan menuju keluar kamar,ia sangat gugup.

" Tuan Faro ada ada saja perintahnya,rasanya lebih baik aku mengepel seluruh ruangan dari pada menemaninya mandi" gumam Leta di dalam hati.

Leta membuyarkan lamunannya,ia membuka lemari besar dihadapannya. Memilih sepasang pakaian santai untuk Faro,setelah itu Leta berlalu keluar menuju dapur untuk memasak makan malam.

Akhirnya Aleta selesai memasak,ia menyajikan masakannya di dapur.

Tiba tiba Leta melihat Faro yang sedang terburu-buru turun tangga,Leta heran biasanya tuan nya itu tidak pernah begitu.

"Leta! Aku mau pergi dulu ke Mansion Utama" ucap Faro, Leta kaget. Padahal ia sudah memasak malam ini,Leta merasa sedih.

"Ada apa tuan? Kok tiba tiba begini?" Tanya Leta

"Aku pergi yaa!" Ucap Faro berlalu pergi tanpa menjawab pertanyaan leta.

"Hati hati" ucap Leta pelan walaupun Faro pastinya tidak mendengar itu.

"Huh aku sudah memasak dengan penuh hati taunya tidak di makan sedikit pun sama tuan.." lirih Leta.

Leta kembali duduk di meja makan,ia makan dalam diam tanpa ditemani siapa pun.

Karna Bi imah hari ini pamit untuk pulang kerumahnya,besok pagi akan kembali.

Jadi Aleta malam ini sendirian di Mansion.

Sementara itu di Mansion Utama Faro masuk dengan tergesa-gesa karna ia ditelpon oleh Mbok Surti katanya mama nya terjatuh dari tangga.

Seluruh pelayan di Mansion Utama menunduk hormat kepadanya, sementara Faro terus berjalan menuju tangga untuk ke kamar pribadi orang tuanya.

Sesampai nya di kamar pribadi orang tuanya, Faro melihat mama nya yang berbaring di atas kasur dan ayahnya duduk disamping.

"Faroo akhirnya kau sampai nak.." ucap sang Mama, Faro mendekati Anita lalu ikut duduk di kasur king size itu.

"Mama kenapa bisa jatuh? Untung saja tidak terjadi hal hal yang aneh kepada mama"ucap Faro dengan wajah nya yang penuh ke khawatiran, Anita tersenyum melihat putra semata wayangnya yang begitu menyayanginya nya.

"Ditangga terakhir mama jatuh,mungkin kalau dari atas mama sudah meninggal nak.." jawab Anita, Faro menatap mama nya tajam karna mengatakan kata kata itu.

"Mama jangan bicara seperti itu.." tegas Faro, Anita mengangguk saja.

"Faro kami kaget kata Mbok kamu ga tinggal di Mansion Utama lagi,kenapa nak?" Tanya Harja,Faro bingung harus menjawab apa

"Faro butuh privasi ayah.." jawab Faro, Harja melihat putranya yang sepertinya sedang menyembunyikan sesuatu,Harja sangat tahu kalau Faro menjawab pertanyaan nya tanpa melihat dirinya itu berarti Faro sedang berbohong.

"Bukan karna takut mama tanyain kapan nikah kan?" Gurau Anita, Faro tertawa kecil begitupula Harja.

Tiba tiba Bella datang dengan membawa nampan berisi air putih untuk Anita minum obat.

"Eh Bella,kamu yang urus mama?" Tanya Faro, Bella mengangguk.

"Iya Faro,begitu dia tahu kalau mama jatuh dari tangga Bella langsung kemari.." ucap Harja, Anita tersenyum menatap Bella.

"Bella ini sangat pengertian.." puji Anita, Bella tersipu malu.

"Terimakasih ya bel,aku akan mengingat jasa mu hari ini" ucap Faro, Bella tersenyum kearah Faro.

"Tante waktunya minum obat yang diberi dokter Ridho tadi" ujar Bella, Anita mengangguk. Dengan dibantu Harja Anita duduk di atas kasurnya.

Dengan telaten Bella memberi obat lalu Anita menelan obatnya lalu Anita meminum segelas air putih yang diberi oleh Bella.

"Besok pasti Tante sudah mulai baikan.." ujar Bella,Harja dan Faro saling tersenyum.

"Lebih baikan lagi kalau Faro menikah si sama kamu bel" ucap Anita

"Mama jangan mulai deh.." sahut Faro,ia merasa kesal kalau mama nya mulai membahas itu

"Iya maa,jangan dulu di bahas biarlah mereka sendiri yang menentukan" ucap Harja menimpali, Anita mengangguk saja.

Faro turun dari kamar mama nya ia berjalan menuju halaman samping, ternyata Bella mengikuti Faro.

"Faro kau tinggal dimana sekarang? Kemarin aku datang ke Apartemen mu tapi kau tidak ada" tanya Bella

"Aku tinggal di kantor beberapa hari ini,banyak pekerjaan jadi aku lembur" jawab Faro asal,ia tidak mau memberi tahu Bella dimana ia tinggal.

"oh begitu, Faro kapan kau akan buka hati untuk ku?" Tanya Bella,ia menggenggam tangan Faro dengan erat, menatap teduh mata tajam Faro yang seperti elang.

"Aku tidak tahu,itu agak sulit untukku" jawab Faro memalingkan wajahnya sambil melepas genggaman tangan Bella.

Bella menatap sedih ia bingung harus melakukan apa agar Faro segera membuka hati untuknya.

"Kau janji untuk memberiku kesempatan,tapi kalau kau terus terusan dingin kepadaku apa itu yang dinamakan kesempatan yang kau beri?" Tanya Bella dengan air matanya yang berlinang, Faro hanya menatap datar Bella

"Kau tau kan aku begitu trauma dengan kejadian masa lalu,bagiku semua wanita itu akan sama saja. Pura pura mencintai lalu menyelingkuhi,aku muak dengan hal semacam itu" ujar Faro, Bella muak akan alasan Faro yang selalu itu itu saja untuk menolaknya

"Faro aku bukan anak ABG yang percaya akan alasan mu itu,kau mengatakan trauma akan wanita? Kau mengatakan semua wanita sama saja? Kau juga mengatakan kepada ku bahwa kau juga dingin kepada orang orang bukan cuman kepadaku? Tapi kenapa aku sempat melihat mu menciumi Aleta dengan penuh rasa,dan menatapnya dengan mata mu yang teduh yang bahkan aku tidak pernah kau tatap seperti itu.." ujar Bella,ia mengeluarkan segala unek unek di hatinya, Faro terdiam bahkan ia baru sadar akan itu.

"Aku harus apa Faro harus apa? Agar kau menganggap ku sebagai wanita bukan sahabat mu?!!" Teriak Bella,ia menangis histeris. Faro menarik Bella dalam dekapannya lalu ia memeluk erat Bella.

"Bella tenanglah.. " ucap Faro menenangkan, Bella melepas pelukan Faro ia menatap sendu pria yang dicintai nya itu.

"Soal Aleta tidak ada hubungan nya sama sekali dengan kita Bella.. kau jangan menyalahkan nya begitu" ujar Faro

"Soal rasa itu tidak boleh kau paksa.." lanjut Faro,Bella menatap nanar Faro yang tetap tidak mau membuka hatinya untuk nya.

"Aku akan memaksa mama mu dan ayahmu untuk membuat kita menikah Faro!" Ucap Bella tegas

"Lakukan lah! Aku tau kau tidak akan melakukan hal yang tidak aku suka" sahut Faro

"Aku bisa melakukannya!"

"Semakin kau semena mena semakin aku mentah kepada mu Bella,dulu aku sempat menyukai dirimu yang lemah lembut serta selalu menjadi pendengar ku,tapi sekarang kau seakan akan berbeda tidak seperti Bella ku yang dulu.. BELLA KU YANG DULU TIDAK SEPERTI INI.." ucap Faro dengan penekanan di akhir,ia berlalu pergi meninggalkan Bella yang tercengang dengan perkataan Faro.

"Apa maksudnya? Faro.." lirih Bella,ia menyeka air matanya lalu berlalu menyusul Faro. Tapi tiba tiba Bella teringat akan sesuatu

"Faro mengatakan bahwa ia merasa aku tidak akan memaksa nya melakukan hal yang tidak sukai olehnya,itu berarti aku harus mengikuti alur dirinya saja pelan pelan mana tau Faro mau membuka hatinya perlahan" gumam Bella didalam hati.

Faro pamit untuk kembali ke Apartemen nya,ia berjanji akan selalu rutin mengunjungi orang tuanya.

Bella sudah pulang terlebih dahulu,karna ia akan ada syuting besok.

Diperjalanan pulang menuju Mansion nya Faro melihat ada yang jual martabak, Faro teringat bahwa ia pernah membelikan Aleta martabak.

"Astaga tadi dia sempat masak,aku tidak memakan masakannya.. pasti dia marah, aku harus membawakan dia makanan agar dia tidak marah kepadaku" gumam Faro, Faro berhenti memesan martabak manis untuk Aleta.

Kini Faro sudah sampai di Mansion,ia menatap seluruh ruang tapi tidak ada Aleta.

Hingga matanya melihat Aleta yang sedang melamun di ayunan yang ada di teras samping.

"Aleta" panggil Faro, Leta tersentak ia tersenyum tipis melihat Faro yang membawa kantung plastik.

"Tuan aku pikir kau akan menginap di Mansion Utama.." ucap Leta, Faro duduk di ayunan,kini mereka duduk sampingan.

"Tidak,aku mana tega membiarkan mu sendiri disini" sahut Faro,ia menyerahkan kantung plastik nya kepada Aleta

"Apa ini?" Tanya Aleta sembari menerima kantung plastik itu, Faro hanya diam.

Leta membuka plastik itu,ia tersenyum senang ternyata itu martabak manis dengan keju melimpah itu adalah makanan kesukaan nya.

"Wah martabak manis,ini sangat enak.. terimakasih tuan.." ucap Leta, Faro mengangguk saja tapi ia menunjukkan ke arah bibirnya, Aleta mengerti itu.

Leta mencium bibir Faro lumayan lama, ingat hanya mencium.

Faro tersenyum kecil,ia geram melihat Aleta.

Aleta memakan martabaknya dengan lahap, Faro menatap Aleta sambil tersenyum.

"Pelan pelan,aku tidak akan minta" gurau Faro, Leta tertawa kecil

"Kau benar tidak mau tuan?"tanya Leta, Faro menggelengkan kepalanya

"Kenapa?" Tanya Aleta lagi

"Aku tidak suka makanan manis" jawab Faro

"Pantas saja kau begitu dingin,karna kau tidak suka makanan yang manis" ucap Leta, Faro baru menyadari itu.

"Kalau makan manis sering sering nanti bisa kena diabetes,apa lagi masih di usia muda seperti mu" jelas Faro,Leta tertawa kecil sambil memakan martabak nya mendengar perkataan Faro.

"Aku si tuan selama gigiku ini masih kuat untuk makan aku tidak peduli sama sekali akan apa pun, menurut ku hidup ini hanya sesaat jadi apa yang kita inginkan harus kita lakukan!" Ujar Leta,ia berlalu pergi menuju dapur untuk mengambil minum.

Faro mencerna perkataan Aleta,ia membenarkan itu

"Ada benar nya juga,tapi ya salah juga" gumam Faro,tiba tiba Leta muncul dengan membawa 2 gelas minum.

"Ini Tuan minumlah,biar tidak seret" ucap Aleta, Faro menerimanya lalu ia menenggak habis minumnya.

"Aku yang makan kau yang sepertinya sangat kehausan" gurau Leta.

"Aku sudah kenyang" ucap Leta, Faro menatap ke arah kantung plastik martabaknya ternyata sudah habis tak tersisa.

"Wah cepat sekali kau makan" ucap Faro heran, Leta tersenyum malu.

Faro mengajak Aleta untuk masuk karna hawa dingin sudah mulai terasa.

Faro mengajak Aleta untuk duduk di sofa.

"Duduklah terlebih dahulu" perintah Faro, Leta menuruti itu,ia duduk di sofa.

Lalu Faro berbaring di sofa yang sama dengan paha Leta sebagai bantalannya.

Leta kaget,ia berusaha bangkit tapi Faro menahannya mau tidak mau Aleta mengikuti kemauan tuannya saja.

"Tuan tadi kenapa kau buru buru ke Mansion Utama? Apa terjadi sesuatu?" Tanya Leta

"Mama ku jatuh dari tangga,untungnya tidak terjadi hal yang serius" jawab Faro, Leta merasa kasihan dengan Nyonya Anita.

"Yang aku tau di Mansion Utama itu ada lift nya tuan,kenapa masih menaiki tangga?" Tanya Leta

"Terkadang mama dan ayah lupa kalau ada lift,dan juga katanya kalau terlalu memakai lift kaki mereka tidak berolahraga. Begitu banyak kajian orang tua,aku lelah menasihati mereka" ujar Faro, Leta tersenyum kecil mendengar ucapan Faro.

"Terkadang yang menurut kita baik belum tentu hal itu diartikan sama dengan orang tua kita.." ujar Aleta, Faro menyetujui perkataan Aleta.

"Benar itu,aku saja kadang lupa naik lift di Mansion utama, ujung ujungnya aku akan naik tangga juga" ucap Faro tertawa, Leta juga tertawa.

"Malah yang sering naik lift nya Mbok Surti" celetuk Aleta, Faro pun bangkit dari tidurannya.

"Benar.. dia sudah lemah berjalan.." timpal Faro.

Aleta merasa mengantuk

"Tuan aku ngantuk sekali,aku tidur dulu yaa.." ucap Aleta, Faro tiba tiba memiliki ide jahil.

"Tidurlah bersama ku!" Perintahnya, Aleta melotot ke arah tuannya

"Tidak! Itu tidak pantas" jawab Aleta, Faro tetap tidak peduli

"Tidak ada bantahan!" Ucap Faro,ia bangkit dari duduknya, Leta menghela nafasnya berat lalu terpaksa mengikuti perintah aneh tuannya.

Faro tersenyum senang,ia menggandeng tangan Aleta lalu mereka berjalan bersama menuju kamar pribadi Faro.

Leta merasa gugup ia merasa seperti pengantin baru saja.

Sesampai di kamar Faro, tiba tiba Faro menggendong Aleta lalu meletakkan Aleta secara perlahan di kasur king size nya.

Jantung Aleta berdegup kencang,ia sangat gugup. Aleta menebak pasti Faro mendengar detak jantung nya yang bergemuruh.

Faro berbaring di samping Aleta,ia menatap wajah Leta dengan dalam sambil menelusuri wajah Leta dengan jemarinya.

Lalu jemarinya berhenti di bibir Aleta,ia ingin ******* bibir Leta.

"Tuan aku ngantuk,jangan melakukan itu sekarang!" Ujar Leta, Faro tertawa ia langsung menarik Leta dalam dekapannya.

Faro memeluk erat Aleta,tak berapa lama Faro merasakan deru nafas Leta dan juga Leta yang sepertinya sudah tenang ternyata gadis itu sudah tidur dalam dekapannya.

"Astaga gampang sekali dia tidur,tidak takut apa aku perkosa disini hmm?" Bisik Faro,ia tersenyum menatap Aleta di dekapannya,ia mencium kening, pipi lalu bibir Aleta dengan lembut.

"Aku tidak tau perasaan apa ini? Tidak mungkin ini cinta sangat tidak mungkin.." ucap Faro membuang jauh jauh pikiran itu.

Faro perlahan lahan terlelap sambil memeluk Aleta dengan erat.

Mereka tidur lelap seolah olah seperti sepasang kekasih yang saling mencintai.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!