BAB 12

Pukul 05:00 pagi seperti biasa Aleta bersiap siap untuk berangkat ke sekolah.

Leta begitu semangat hari ini,ia merasa mood nya lagi bagus.

Saat Leta berjalan keluar kamar ia melihat Mbok Surti yang sedang beberes dapur.

Leta bingung harus menyapa nya atau tidak,karna ia merasa bahwa Mbok telah membenci dirinya karna kejadian itu.

Si mbok melihat Aleta yang berjalan mendekatinya, Leta menunduk hormat kepada si Mbok

"Mbok Leta pamit pergi ke sekolah dulu ya.." pamitnya

"Tinggal pergi ngapain pamit segala.. emangnya kamu siapa aku?!" Ucap si mbok dengan nada angkuh,Leta terdiam ia melihat mata si mbok yang menatap nya penuh dengan kebencian

"Sudah sana pergi! Kamu menghalangi pekerjaan ku.." ucap si Mbok lagi,Leta menatap si mbok sembari tersenyum lalu ia berlalu pergi.

Leta tidak tahu kenapa si mbok begitu membenci dirinya, karna ia tidak pernah merasa menyakiti si Mbok.

Leta berusaha untuk tidak memikirkan hal itu,ia bergegas berjalan keluar Mansion untuk menunggu bus.

Kini Leta sudah berdiri di pinggir jalan menunggu bus,tak lama bus itu datang.

Leta bergegas masuk ke dalam,ia duduk dipinggir sembari melihat jalanan.

Tak berapa lama akhirnya Leta sampai, seperti biasa sekolah masih sepi tidak ada satupun orang yang datang.

Leta berjalan menuju nasi uduk didepan sekolahnya,ia akan menyempatkan untuk sarapan terlebih dahulu.

Setelah selesai sarapan leta masuk kedalam sekolah untuk menuju kelasnya.

Di dalam kelas bahkan belum ada satupun orang yang datang, Leta membuka buku mata pelajaran nya untuk ia baca baca agar tidak bosan karna kalau ia memainkan handphone nya Leta takut akan kehabisan baterai nanti ia tidak bisa memesan gojek.

Tiba tiba Alden datang menyapa Leta

"Loh Taa kok tumben cepat banget datangnya?" Tanya Alden, Leta melihat ke arahnya

"Biasanya aku emang datang jam segini,tapi aku menunggu di luar sekolah.." jawabnya

"Kamu kok tumben datang cepat, biasanya begitu mau bel kamu baru datang?" Tanya Leta balik

"Aku bosan dirumah,eh iya kenapa kamu kemarin tidak sekolah?" Tanya Alden lagi

"Ada hal penting jadi aku tidak sempat untuk sekolah" jawab Leta yang pastinya ia berbohong

"Kamu tau Chika dan Tiara heboh banget karna kamu ga sekolah,mereka sudah menghubungi kamu tapi kamu tidak mengangkat panggilan mereka" ucap Alden

"Oo aku tidak selalu memegang handphone,jadi seringnya aku tidak tau ada yang menghubungiku" sahut Leta

Tiara dan Chika masuk ke kelas

"Eh Leta parah ya kamu kemarin ga masuk ga ngabarin kami? Kamu anggap kami sahabat mu ga si?" Tanya Tiara dengan wajah sebalnya

"Bukan begitu gays.." jawab Leta,ia bingung harus berkata apa melihat 2 sahabatnya yang kini sedang mendominasi dirinya

"Tiara kamu ga boleh marah sama Leta,mungkin Leta ada hal yang mendesak jadi tidak sempat mengabari kita.. yang terpenting sekarang kan Leta baik baik saja" tutur Chika,Tiara menghela nafasnya berat

"Baiklah,letaa lain kali kamu ngabarin kami ya.. karna bagaimana pun kau kan tidak memiliki siapapun lagi,jadi kami sangat mengkhawatirkan dirimu.." ucap Tiara,Leta mengangguk mengerti ia terharu melihat 2 sahabatnya yang begitu tulus menyayangi nya tidak memandang siapa diri Leta

"Hei kalian ini lebay banget si" ucap Alden mengejek

"Diam yaa.. kamu ga kita ajak" ujar Tiara, sontak Leta dan Chika tertawa melihat reaksi Alden

"Terserah deh.." ucap Alden,ia duduk di bangkunya dengan wajah sebal.

Disisi lain, Faro sudah bersiap siap untuk pergi ke kantor.

Faro turun dari kamarnya,ia menuju ke tempat makan.

"Hei anakku sayang.." sapa Anita

"Apa an si maa,Faro sudah dewasa jangan memperlakukan Faro seperti anak 5 tahun" ucapnya

"Kau sudah tua nak bukan dewasa" ucap sang ayah

"Yang tua itu ayah bukan Faro.." ujar Faro lagi

"Ih kok ayah si.."

"Ih sudah sudah jangan berdebat" ucap sang mama melerai

"Sudah duduk nak,jangan dengarkan apa kata ayahmu" lanjut Anita, Faro pun duduk.

Anita menyajikan menu sarapan yaitu nasi goreng untuk Faro

"Eh bagaimana soal perjodohan Faro dengan Bella maa??" Tanya Harja

"Huh aku sudah capek mengatakan kepada kalian kalau aku ga mau nikah sama Bella" ucap Faro dengan wajah kesal

"Loh jadi kamu mau nikah sama siapa? Sama Yuda?" Celetuk Anita,sontak Harja pun tertawa

"Tapi Faro kalau benar Yuda itu wanita,ayah akan senang memiliki menantu dirinya karna dia sangat memahami mu melebihi dirimu sendiri" ujar Harja

"Ayah ini bicara apaan si.." sebal Faro sembari mengunyah makanannya.

"Lagian Faro kamu itu jangan terlalu pemilih,nanti kamu dapatnya yang bekas bekas loo.." ucap Anita

"Mama wajar dong kalau Faro memilih,karna anak kita ini kan tampan dan juga seorang CEO.. ia harus mendapatkan istri yang layak.." jelas Harja, Anita mengangguk setuju

"Tapi menurut mama Bella sudah pas ayah,Bella anak orang kaya,dewasa dan juga bibit bobot nya jelas" ucap Anita, Faro berdecak sebal

"Aku tidak akan menikah!" Ucapnya singkat

"Terserah mau bagaimana pun wanita itu, Faro tetap tidak mau menikah sampai kapan pun" ucapnya dengan penuh keyakinan,Faro bangkit dari duduknya lalu meninggal orang tuanya yang tercengang mendengar perkataan anaknya.

Faro berjalan keluar rumah,disana pak sopir sudah menunggu dirinya.

Faro masuk kedalam mobil

" Kita berangkat tuan muda?" Tanya pak sopir, Faro mengangguk,pak sopir pun melajukan mobilnya.

Faro berperang dengan pikiran nya sendiri,sejujurnya ia trauma untuk menuju tingkat pernikahan.

Dirinya sangat takut di khianati dan ditinggalkan,ia merasa setiap wanita itu sama saja seperti Viola.

Disisi lain ia juga merasa kasihan terhadap orang tua nya yang selalu mengharapkan dirinya untuk menikah agar mereka memiliki cucu,tapi ia merasa tidak sanggup untuk memenuhi permintaan orang tuanya yang sederhana itu.

Faro menghela nafasnya kasar,ia menyandarkan kepalanya di bangku mobil.

Tiba tiba Faro teringat akan perkataan Yuda beberapa waktu lalu yang menanyakan apa dirinya sudah menyukai Aleta

"Aku hanya merasa kasihan dengan gadis itu,masih seusia kecil begitu sudah tidak memiliki orang tua, mungkin orang lain akan melakukan hal yang sama jika di posisi dirinya" batin Faro,ia menepis rasa itu jauh jauh.

Tak berapa lama akhirnya Faro sampai di Perusahaan miliknya.

Ia memasuki perusahaan nya dengan gagah, para karyawan menunduk hormat kepada nya dan ada pula para wanita memuji betapa tampannya CEO mereka.

Yuda sudah menunggu dirinya di depan lift menuju ruangan nya.

"Selamat pagi Tuan.." sapanya, Faro mengangguk.

Faro dan Yuda memasuki lift,lalu berlalu pergi ke ruangan nya.

Sementara itu disekolah kini Aleta dengan Tiara dan Chika sedang duduk di kantin menikmati makanan yang mereka pesan

"Aku merasa kelas 12 ini sangat menjenuhkan" ucap Chika

"Kau benar Chik,rasanya lama amat lulusnya" sambung Leta

"Nanti kalau kita sudah lulus,kira kira kita bisa ketemu lagi ga ya?" Tanya Tiara

"Pasti dong,kita kan tetangga raa.." ucap Chika,Tiara mendengus kesal

"Ya kalau kamu ga heran,kalau kamu Taa nanti kalau lulus mau kemana?" Tanya Tiara lagi

"Aku belum memikirkannya raaa.." jawabnya,Tiara mengangguk mengerti begitu pula Chika

Tiba tiba Alden datang duduk di sebelah Leta kebetulan hanya bangku disamping Leta yang kosong

"Boleh gabung?" Tanyanya, padahal ia sudah duduk kenapa masih bertanya

"Terserah kamu deh Al,ini kan sekolah milik kamu.." ucap Aleta sedikit tertawa

"Milik Papa ku bukan aku.." sahut Alden

"Eh Alden heran deh kamu itu hampiri kita Mulu,emang kamu ga punya teman ya di sekolah ini.." tanya Tiara

"Punya" jawabnya cepat

"Lalu mana teman kamu?" Tanya Tiara lagi,tiba tiba 2 orang lelaki datang menghampiri mereka

"Kenapa raa kok kepo amat sama temannya Alden?" Suara seseorang,Tiara melihat ke asal suara yang berada di belakang nya,ia terbelalak saat melihat orang itu, ternyata itu Aldi mantan pacarnya begitu pula ada Bastian mantan pacar Chika

"Loh kalian saling kenal?" Tanya Alden kepada Aldi

"Ya kenal dong Al,Tiara mantan pacarnya Aldi" jawab Bastian, Chika terdiam menunduk saat Bastian menatap nya serius.

"Ga cuma aku aja kok Al,si Chika itu mantan pacarnya Bastian" ucap Aldi, Alden dan Leta terbelakak kaget

"Wah pertemuan yang sungguh tidak disangka sangka" ujar Alden tersenyum senang sembari menggoda Tiara dan Chika.

Aldi dan Bastian mencari bangku lalu bergabung duduk bersama.

"Oh ternyata ini cewek yang sering kamu ceritain, yang telah membuat kamu meninggalkan kelas unggulan.." ucap Aldi,Alden mengangguk mantap

"Cantik" ujar Bastian,tapi malah menatap Chika.

"Yang cantik Chika apa Aleta?" Tanya Alden geram

"Dua dua nya cantik, Tiara juga cantik" goda Bastian,Aldi mengangguk setuju

"Kami emang trio cantik" celetuk Aleta,2 sahabatnya mengangguk setuju

"Iya deh iya si paling cantik.." ujar 3 lelaki itu,mereka pun tertawa bersama.

Mereka mulai akrab satu sama lain, saling nyambung.

Selly menatap mereka dengan wajah sebalnya

"Dasar gadis miskin,kenapa dia bisa se akrab itu sama Alden?" Ucap Selly geram

"Kita harus beri dia pelajaran" ucap Moza

"Caranya?" Tanya Selly

"Kita bully dia habis habisan" sahut Dara sembari menyeringai

"Kau benar,dia sudah berani bermain main dengan ku.. berusaha merebut Alden dari ku maka kau kan kena dengan ku" ujar Selly.

Akhirnya jam pelajaran pun usai,Aleta,Tiara dan Chika kini masih menunggu jemputan mereka.

Tiba tiba Alden datang menghampiri mereka disusul Bastian juga Aldi

"Taa pulang sama aku aja yuk,bus disini sore baru rute kesini" ucap Alden

"Tidak Al,aku bisa mesan gojek" sahut Leta menolak

"Mahal tau kalau naik gojek,udah sama aku aja" ajak Alden lagi,

"Iya taa sama Alden aja kamu" suruh Chika

"Karna aku dan Tiara mau sama Bastian juga Aldi" lanjutnya dengan muka centil, Leta terbelalak kaget saat melihat 2 sahabatnya naik ke sepeda motor Bastian dan Aldi.

Bastian dengan Chika, sementara Aldi dengan Tiara

"Loh kapan janjiannya?" Tanya nya heran,tapi 2 sahabatnya itu tidak menjawab nya mereka asik bermesraan.

Bastian dan Aldi pun mengendari sepeda motornya meninggalkan Alden dan Aleta.

"Udah Taa sama aku aja Ayuk.."Ajak Alden lagi

"Tapi Alden aku tidak tinggal di Apartemen itu lagi,sudah pindah ke tempat yang agak jauh" jelas Leta

"Tidak papa, tunjukkan saja jalannya aku akan mengantar mu sampai alamat mu" ucap Alden menyakinkan.

Leta tidak enak terus terusan menolak Alden,akhirnya ia mau.

Alden senang,ia memberi kan helm untuk Aleta pakai.

Lalu menyuruh Aleta untuk naik.

"Oke pegangan ya taa.." ucapnya, Aleta dengan polosnya berpegangan dengan pinggang Alden,membuat sang empu tersenyum Kecil

"Oke kita berangkat" ucap Alden.

Di perjalanan Aleta melihat suasana kota yang sangat ramai dan sibuk,lain dengan Alden yang menikmati perjalanan nya dengan Aleta.

Aleta menunjukan alamat barunya,tiba tiba Aleta meminta Alden untuk berhenti.

Alden pun berhenti,Leta turun

"Udah Alden aku berhenti disini saja" ucap Aleta

"Disini? Tapi tidak ada rumah di lingkungan ini?" Tanya Alden heran

"Ada kok,aku tinggal jalan dikit lagi ke arah sana.. sekarang majikan ku tinggal di Mansion orang tuanya,jadi aku ikut tinggal juga disana" jelas Leta

"Kenapa tidak sampai depan pagar ajaa taa?" Tanya Alden lagi

"Tidak ah Alden ,aku takut dimarahin sama Nyonya" ucap Leta

"Begitu? Yasudah deh kamu ga papa kan jalan sampe sana lumayan jauh Lo"

"Ga papa Alden aku sudah terbiasa.."

"Biasanya kamu berangkat jam berapa?" Tanya Alden lagi

"Jam 5 pagi,karna bus nya hanya satu yang lewat sekitaran sini dan kebetulan jam 5 pagi" jelas Leta

"Begini saja besok kau berangkat bersama ku aja.."

"Tidak Alden ,aku tidak mau merepotkan dirimu"

"Ah sudahlah pokoknya kita berangkat bersama besok,tunggu aku disini sekitar jam 6 pagi .." ajak Alden agak sedikit memaksa,Aleta pun mengangguk pasrah

"Leta aku minta nomor ponsel mu yang baru dong,agar aku bisa mengabari kamu" ucap Alden, Leta mencatat nomor nya di handphone Alden.

"Oke terimakasih yaa" ucapnya, Leta mengangguk

"Aku pergi dulu ya Alden,takut Nyonya sudah menunggu ku.." pamit Leta,Alden mengangguk

"Kamu yang semangat ya kerjanya,kalau misalnya nyonya mu itu kejam pindah saja kerja dirumah ku" ucap Alden sembari mengelus pucuk kepala Leta pelan, Aleta tertawa kecil

"Baiklah,dadah.." ujar Leta lalu berlalu pergi meninggalkan Alden yang menatapnya sembari tersenyum

"LETA I LOVE YOU" teriak Alden, Leta memberi jempol sambil berlari.

Alden tertawa

"Dia begitu susah untuk ku miliki,dia begitu sempurna.." lirih Alden,Alden menghidupkan mesin sepeda motornya lalu berlalu pergi.

Kini Aleta sampai di Mansion Utama,ia berganti pakaian lalu berlalu mengerjakan tugas nya.

"Heh sudah pulang?" Suara Anita,Leta menunduk hormat

"Begini dong tidak telat,jadi aku tidak perlu menghukum dirimu membuang waktu ku saja" ucap nya

"Sekarang lakukan kerjaan mu seperti biasa,selama pekerjaan itu belum selesai kau tidak boleh makan apapun" perintah Anita,Aleta mengangguk mengerti.

Anita berlalu pergi,Leta memulai pekerjaan nya dengan menyapu,lalu mengepel.

Ia mencuci pakaian lalu mengeringkannya.

Setelah itu ia lanjut menyetrika pakaian.

Setelah selesai Leta memberikan pakaian yang ia setrika kepada si Mbok

"Kalau kamu yang masukan pakaian ini ke dalam lemari yang ada pasti kamu mencuri" ucap si Mbok,Leta hanya diam

"Sana kamu!" Ucap si mbok lagi,ia mendorong kecil Leta.

Leta melihat si mbok yang menatap nya jijik,Leta terdiam ia pun berlalu pergi ke halaman untuk membersihkan seluruh halaman.

Aleta mulai menyapu dan juga sesekali mencabut rumput,Harja memerhatikan Aleta yang sepertinya kelelahan.

"Ini minum untukmu" ucap Harja sembari memberikan minum kepada Aleta,kebetulan ia habis di buat kan jus oleh Mbok Surti

"Maaf tuan,saya tidak bisa menerima itu" tolak Leta lembut

"Jika kau menolak ini maka aku akan marah kepadamu" ancam Harja,Leta pun tak ada pilihan lain selain menerimanya.

Ia menengguk habis jus itu, Harja tersenyum kecil

"Terima kasih tuan.." ucapnya, Harja mengangguk kecil lalu berlalu meninggalkan Aleta.

Aleta masih memegang gelas bekas minum tadi,ia berjalan ke arah dapur lalu mencuci bekas minumnya.

Leta kembali lagi ke halaman samping untuk melanjutkan pekerjaan nya yang tertunda.

Pukul 19:00 malam Aleta baru selesai dengan pekerjaan nya,Aleta masuk kedalam dapur ia sangat kelaparan.

Leta melihat ada sepiring nasi yang terletak di pinggiran wastafel,saat ia akan mengambil piring itu tiba tiba salah satu maid mengambil nya

"Apa kau sudah selesai dengan tugasmu?" Tanyanya

"Sudah kak Alya,mohon berikan piring itu untukku aku sangat lapar.. pasti itu jatah ku kan?"

"Iya,tapi dari pada ini kau makan lebih baik aku buang.." ucapnya dengan menyeringai, Aleta menggeleng tidak setuju tapi Alya sudah membuang nasi itu ke tempat sampah

"Kalau mau ayo ambil.." ucapnya angkuh, Alya tertawa kecil lalu berlalu pergi.

Aleta terdiam,ia terduduk di dekat tempat sampah.

Aleta menahan air matanya,ia tidak mau selalu menangis disaat seperti ini.

Tapi air mata nya tetap mengalir dengan deras.

Aleta menyeka air matanya yang berlinang,ia menatap nanar makanan yang di buang sia sia padahal perut nya sangat lapar sekarang.

Aleta bangkit dari duduknya ia berjalan gontai menuju kamarnya.

Di kamarnya Leta menangis sesenggukan,ia sungguh merasa sedih.

Handphone Leta berdering,nomor tidak di kenal menghubungi nya

"Siapa?" Batin Leta,ia mengangkat panggilan itu

"Dengan siapa?" Tanya Leta

"Ini aku Alden"

"Oh kamu Alden,ada apa kenapa nelpon malam begini?"

"Tidak ada,hanya ingin tahu kabarmu"

"Modus.."

"Ya ampun taaa tau aja si hihi, Taa besok aku akan menjemputmu.. kita akan berangkat bersama sama"

"Iya Alden aku akan menunggu mu, Alden sudah ya aku mau istirahat.. aku sangat lelah"

"Oke Taa, selamat beristirahat.."

"Hmm kau juga" ucap Leta, lalu mematikan panggilan nya.

Leta termenung sedih,tiba tiba handphone nya berdering lagi.

Lagi lagi nomor yang tidak ia kenali

"Siapa lagi si?" Batin Leta,ia mengangkat panggilan itu

"Iya dengan siapa?" Tanya nya

"Hallo Leta ini aku kak Daniel"

"Hah kak Daniel?" Leta tercengang,ia tersipu saat kak Daniel menghubungi nya.

"Loh kok kak Daniel bisa dapat nomor Aleta? Dari mana?"

"Dari Chika,apa aku tidak boleh menghubungi kamu?"

"Bukan begitu kak.." ucap Leta ia salting sekarang

"Leta kapan kau memiliki waktu senggang?"

"Tidak tau kak,aku selalu sibuk setiap saat.."

"Kalau begitu kalau kau memiliki waktu senggang nanti kabari aku yaaa"

"Baik kak.."

Saat Leta sedang asik bertelponan dengan Daniel tiba tiba Faro datang ke kamarnya, seketika Leta mematikan panggilan nya.

"Eh Tuan ada apa?" Tanyanya, Faro membawa sebungkus makanan

"Ini tadi aku di jalan membeli martabak,ini untuk mu" ucap Faro sembari menyerah kan bungkusan itu

"Terimakasih tuan.." ucapnya,pas sekali Leta sangat kelaparan sekarang.

"Tuan ternyata kau peduli kepadaku.." Celetuk Leta

"Aku peduli? Ih tidak.. kebetulan tadi Yuda membeli nya kebanyakan jadi dari pada itu ke buang lebih baik aku berikan kepada mu" sahut Faro dengan angkuh padahal sebenarnya itu tidak benar.

"Jadi ini bekas?" Tanya Leta dengan kesal

"Iya" sahut Faro asal

"Kau benar benar tidak memiliki hati tuan.."

"Jadi kau mau tidak? Kalau tidak sini biar aku buang saja"

"Jangan tuan biar aku makan aja deh.." ucap Leta cepat,Leta membuka bungkusan itu lalu memakan martabak nya dengan lahap.

"Pelan pelan makannya.." ucap Faro,leta tertawa kecil

"Aku mau kembali ke kamar.." ujar Faro

"Iya tuan sekali lagi terimakasih yaa, selamat beristirahat.." ujar Leta,Faro mengangguk

"Kau juga.." ucapnya singkat,lalu berlalu keluar dari kamar Leta.

"Walaupun bekas atau apalah tapi aku bersyukur aku tidak menahan lapar malam ini.. terkadang tuan Faro itu seperti malaikat penyelamat bagiku" lirih Leta,ia memakan martabaknya sampai habis.

Setelah merasa kenyang Leta berbaring di kasurnya,tak berapa lama ia terlelap tidur.

Terpopuler

Comments

Memyr 67

Memyr 67

hih, pengen nampol pak harja. lembek bener sih ma istri. jadi curiga, kalau pak harja juga orang miskin, istrinya yg kaya, makanya nggak bisa apa apa tau istri memperlakukan pembantu tanpa perikemanusiaan.

2023-06-12

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!