Ternyata, Banyak yang Berubah

"Perusahaan?"

"Yep." Gerald meraih gelas vodka miliknya, menyesap cairan pekat itu sedikit, lantas lanjut berbicara. "Bokap gue udah tua, terus dia kepikiran buat bikin usaha selain yang haram ini. Jadilah dia bikin perusahaan online shopping yang sekarang udah jalan tiga tahun. Dan yah, gue yang dia tunjuk buat jalanin itu perusahaan. Bangsat, emang."

Fabian terkekeh mendengar gerutuan Gerald. "Tapi lo kayaknya happy tuh ngejalanin peran lo yang sekarang? Ganteng juga kok lo kalau gue lihat-lihat pakai jas begitu."

"Ini kebetulan aja habis ada meeting, makanya gue rapi! Biasanya gue ke kantor cuma pakai kaus oblong sama celana pendek dan sandal jepit."

"Meeting apaan jam segini?" Fabian mencibir, membuat Gerald kembali mendesah sebal.

"Meeting sama investor, lah! Emang orangnya kalong, jadi bisanya meeting ya malam. Kalau pagi, dia sibuk ngelonin l*ntenya." Ucap Gerald sambil bersungut-sungut. Kembali disesapnya vodka miliknya, kali ini benar-benar sampai habis.

"TMI banget." Fabian mencibir lagi. Bagaimana tidak? Dia hanya ingin tahu soal meeting macam apa yang dijalankan malam-malam, tapi Gerald malah memberitahukan kepadanya soal kebiasaan investor yang sama sekali tidak ingin dia ketahui. "Lagian lo juga ikut makan duitnya dia, ya, nggak etis banget lo malah ngumbar air bisa kayak gitu."

"Itu bukan aib, udah jadi rahasia umum. Bininya aja tahu kalau dia pelihara l*nte."

Wah, makin-makin saja mulut Gerald ini. Kalau diladeni, mereka bisa menghabiskan waktu semalaman suntuk untuk membahas soal si investor dan l*ntenya itu. Tidak berfaedah, jadi Fabian tidak mau. Untuk itu, dia segera mengalihkan pembicaraan. Masuk ke dalam topik utama yang berkaitan dengan tujuan dirinya datang ke Mega malam ini.

"Anak-anak apa kabar? Masih sering ke sini?" tanyanya.

Pertanyaan itu membuat Gerald yang semula hendak menelepon praktis mengurungkan niat. Lelaki itu menatap Fabian cukup lama, sebelum akhirnya mengembuskan napas keras-keras.

"Sejak lo kabur, udah nggak pernah ada lagi yang datang ke sini." Kata lelaki itu dengan nada lesu. "Terakhir yang gue dengar, Baskara pindah ke luar kota, nggak tahu ke mana. Kayaknya dia terlalu terguncang sama apa yang terjadi, ah—" Gerald menjeda ucapannya karena baru teringat sesuatu. "Sorry for your loss. Gue baru tahu kejadiannya seminggu setelah lo pergi."

"Ke luar kota?" Fabian memutuskan untuk tidak menanggapi ucapan dukacita yang datang dari Gerald, karena dia lebih tertarik untuk tahu soal ke mana Baskara pergi.

Gerald mengangguk, "Iya, gue tahu dari Reno pas nggak sengaja ketemu sama dia di jalan. Selebihnya, gue nggak tahu lagi. Nomor telepon dia juga udah nggak aktif, kayaknya sengaja diganti."

"Kalau Reno sama Juan, ada di mana? Mereka masih tinggal di rumah keluarga mereka yang lama nggak kira-kira? Lo masih tahu kabar mereka berdua, kan?" tanya Fabian lagi, masih menaruh harap. Setidaknya temukan Reno dan Juan dulu, agar mereka bisa bekerja sama menemukan di mana keberadaan Baskara.

Tapi sayangnya, Gerald malah menggelengkan kepala. "Pertemuan gue hari itu sama Reno jadi yang terakhir kali. Dan yang gue tahu, mereka udah pindah. Selebihnya, gue udah nggak tahu lagi. Nomor telepon mereka berdua juga sama, udah nggak aktif lagi sejak hari itu. Semua sosmed mereka juga udah nggak ada, ditutup permanen." Ia menjelaskan panjang lebar.

Fabian merasa kecewa dengan fakta itu. Akan tetapi, tak banyak protes yang bisa dia gaungkan karena ini semua adalah salahnya. Dia yang telah memutuskan hubungan terlebih dahulu, terlalu percaya diri pada pemikiran bahwa mereka masih akan ada di tempat yang sama untuk menyambutnya kembali. Fabian lupa kalau bumi ini berputar dan tidak berporos pada dirinya. Semua hal berubah, mereka tetap berjalan, entah dia keberatan atau tidak.

Yang kemudian terjadi di antara mereka adalah keterdiaman yang panjang. Fabian tampak melamun, menjatuhkan pandangan ke arah satu set televisi di depan mereka yang layarnya padam. Sementara Gerald juga tidak punya apa pun untuk dikatakan. Ia tahu kalimat penghiburan apa pun tidak akan berpengaruh untuk Fabian. Apa yang lelaki itu butuhkan sekarang adalah sebuah jalan keluar. Sebuah titik terang atas keberadaan teman-teman Pain Killer-nya.

...🍂🍂🍂🍂🍂🍂...

Sebelum subuh, Fabian berderap keluar dari ruang VVIP. Ia menolak tawaran Gerald untuk menginap, tidur di sebuah kamar yang memang kerap digunakan Gerald untuk tidur jika lelaki itu terlalu malas pulang ke rumah. Bukan hanya itu, Fabian juga menolak ketika Gerald menawarkan untuk memesankan taksi. Dia bersikeras bisa menjalankan mobilnya sendiri. Toh, dia hanya minum segelas vodka, dan itu tidak cukup untuk merenggut kesadarannya cukup banyak.

Gerald dia tinggalkan di ruang VVIP. Dari tampangnya, lelaki itu tampak lelah, maka dia mengatakan kepada Gerald untuk tidak perlu mengantarkannya sampai ke tempat di mana mobilnya diparkirkan.

Ketika ia berjalan menuruni tangga dengan langkah yang pasti dan hampir sampai di ujung, Fabian kembali salah fokus pada sosok bartender perempuan yang Gerald panggil Queen tadi. Perempuan itu terlihat sedang beradu argumen dengan seorang pria tua berperut buncit dan berkepala plontos dengan kumis melintang.

"Don't touch me!" seru Queen kala pria tua tadi mengulurkan tangan, hendak menyentuh lengannya.

Melihat itu, Fabian tidak bisa tinggal diam. Ia mempercepat langkah, setengah berlari menuju meja bar dan langsung saja menyambar lengan si pria tua yang tampaknya sudah teler.

"Don't touch her." Ucapnya dengan suara rendah dan tatapan datar.

Si pria tua tampak tidak terima. Tangan Fabian dihempas dan kaus bagian depannya malah ditarik. Pria itu juga menatap tajam ke arah Fabian, seakan dengan begitu saja, lelaki yang lebih muda itu akan menjadi ciut.

Tapi tentu saja tidak begitu. Tidak ada sejarahnya seorang Arkafabian Syailendra akan ciut menghadapi orang mabuk yang sok jagoan seperti itu.

Dengan kasar, Fabian melepaskan cengkeraman di kausnya. Sedikit menggerutu saat dia mendapati kausnya menjadi kusut dan serat kainnya melar. Padahal, itu adalah salah satu kaus kesayangannya, yang dia beli kembaran dengan Baskara untuk merayakan pertemanan mereka yang ke satu tahun.

Berbekal kusutnya kaus itu, Fabian merasa dia memiliki alasan yang cukup untuk melayangkan tinju. Satu mendarat sempurna di wajah si pria tua, membuat lawannya itu terhuyung di atas lantai bar yang dingin. Pekikan yang keluar dari mulut pria tua itu sampai ke telinga beberapa pengunjung yang berada dekat dengan mereka, namun hal itu tidak menyurutkan niat Fabian untuk tetap menarik kerah kemeja si pria tua, memaksanya untuk bangkit.

"Kaus gue jadi melar gara-gara lo, sialan." Ia mengucapkan itu dengan suara tenang, tidak seperti seseorang yang sedang mengutuk. "Dan ... she's my girl. Touch her, and you'll die." Ia memperingatkan. Satu tinju lain hendak dia layangkan, namun urung saat dia melirik ke arah Queen dan menemukan perempuan itu tengah menatapnya datar.

Cengkeraman tangan Fabian yang semula erat sekali perlahan-lahan mengendur, lalu sepenuhnya terlepas. Agak dia dorong tubuh pria tua itu hingga kembali terhuyung ke belakang.

"Jangan macam-macam kalau lo masih mau hidup. Jangan lo pikir karena lo orang tua, gue nggak akan berani ngasih lo pelajaran. No, selagi lo mengganggu, mau lo lebih tua atau lebih muda, gue akan tetap kasih pelajaran." Itu peringatan terakhir, sebelum Fabian menyuruh pria tua itu segera pergi.

Walau sambil menggerutu dan sesekali memuntahkan umpatan, pria tua itu tetap menyeret kakinya menjauh. Ia juga sempat melayangkan tatapan tajam ke arah Queen, yang hanya ditanggapi datar saja oleh perempuan itu.

"Jangan mentang-mentang anda adalah temannya bos Gerald, anda jadi seenaknya bikin keributan di sini. Dan, I'm not your girl, jangan sembarangan klaim."

Fabian menatap datar sosok Queen. "Gue cuma nggak tahan ngeliat sampah kayak gitu." Ucapnya, kemudian dia berlalu begitu saja. Meninggalkan Queen dalam keterdiaman yang panjang.

Bersambung

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!