BAB 14

Entah apa yang membuat perasaan Devan tidak tenang. Setelah selesai memeriksa pasiennya, Devan segera tancap gas menyusul Alesha.

"Kenapa aku kepikiran Alesha terus? Apa dia diganggu sama Dirga?" Perasaan Devan semakin tidak tenang. Dia kini menambah laju mobilnya menuju hutan yang berada diluar kota itu.

Setelah hampir tiga jam, akhirnya Devan berhenti di loket masuk. Dia ganti snellinya dengan jaket bombernya agar tidak terlihat profesinya. Kemudian dia membayar tiket masuk. Dia kini bertanya posisi murid SMA yang melakukan penelitian pada petugas yang berada di pengecekan tiket. Petugas itu memberi peta dan menunjukkan lokasi penelitian mereka.

Setelah mendapat petunjuk, Devan masuk ke dalam kawasan hutan dan memarkir mobilnya di tempat parkir terakhir.

Dia melihat peta sesaat. "Kayaknya lewat pinggir sungai ini dekat menuju posisi Alesha." Devan akhirnya mengambil jalan pintas. Dia menyusuri sungai yang lumayan deras itu. Ada beberapa orang yang memancing di pinggir sungai.

Devan sudah berjalan lumayan jauh, dia mengedarkan pandangannya karena dia belum menemukan tanda-tanda Alesha dan teman-temannya. Devan kini menghentikan langkahnya saat dia melihat bendera orange yang berada tak jauh dari sungai. "Sepertinya mereka ada di sana."

Saat Devan akan melangkahkan kakinya menuju lokasi itu, dia melihat Alesha berdiri di atas batu besar tepat di pinggir sungai.

"Itu kan Lesha, kenapa dia bisa ada di sana?" Dia juga melihat Dirga yang terus mengintimidasi Alesha. "Dirga!" Devan segera berlari menghampiri Alesha tapi terlambat, Alesha sudah terpeleset jatuh ke sungai.

"Alesha!" teriak Devan. Aliran sungai itu sangat deras dan langsung membawa tubuh Alesha hanyut. Tanpa pikir panjang, Devan melepas jaketnya dan melompat ke dalam sungai. Dia berusaha menyusul tubuh Alesha yang sekarang sudah terlihat tidak bergerak.

"Ada orang hanyut!" teriak beberapa orang yang memancing. Teriakan mereka membuat teman-teman Alesha dan guru mendekati sungai.

"Alesha!" teriak Rena saat melihat tubuh Alesha yang hanyut dari kejauhan. "Kenapa Alesha bisa ada di sungai." Rena dan teman-temannya kini menatap Dirga yang berdiri mematung di pinggir sungai. "Lo yang buat Alesha jatuh ke sungai!"

"Dia jatuh sendiri!" jawab Dirga kemudian dia pergi dari tempat itu.

Devan berusaha meraih tubuh Alesha. "Lesha!" Akhirnya dia bisa meraih tangan Alesha dan menahannya. Devan berusaha melawan arus sambil membawa tubuh Alesha.

"Pak, pegang kayu ini!" untunglah ada bapak-bapak yang menahan tubuh Devan dengan kayu.

Devan segera berpegangan dengan kayu itu dan ditarik oleh beberapa bapak-bapak yang sedang memancing.

Akhirnya Devan berhasil keluar dari sungai. Dia segera mengangkat tubuh Alesha dan membawanya ke tempat yang datar. "Lesha." Devan merebahkan Alesha di tanah yang datar lalu dia segera menekan dada Alesha dengan kedua tangannya yang bertumpu, karena Alesha mengalami henti napas.

"Alesha, ayo bangun." Devan menatap nanar Alesha. Meskipun dia seorang Dokter tapi ketika melihat seseorang yang dia sayangi dalam kondisi darurat seperti ini tetap saja dia panik. Dia tekan dada Alesha tiga kali lalu memberinya napas buatan dengan bibirnya. Pertama, tidak berhasil. Dia tekan lagi dada Alesha kemudian dia berikan napas buatan lagi.

Semua teman Alesha hanya tercengang melihat adegan itu. Mereka bisa melihat kekhawatiran di wajah Devan. Bahkan seperti bukan seorang Dokter yang menolong pasiennya.

Akhirnya Alesha terbatuk dan mengeluarkan air dari mulutnya. Devan segera memiringkan kepala Alesha dan menepuk punggungnya agar semua air yang memenuhi saluran pernapasannya keluar.

"Alesha, syukurlah kamu sadar." Setelah napas Alesha kembali stabil, dia memeluk tubuh Alesha.

"Pak Devan." Alesha semakin mengeratkan pelukannya. Dia sangat ketakutan.

"Kamu tenang, ada aku. Kamu pulang sama aku saja ya."

Alesha hanya menganggukkan kepalanya. Tubuhnya terasa sangat lemas. Dia tidak ada tenaga untuk berdiri.

"Lesha, kamu gak papa kan? Apa perlu dibawa ke rumah sakit saja, Pak?" Bu Lilis juga sangat panik. Dia tak mengira kejadian ini menimpa anak didiknya.

"Tidak perlu, biar saya antar pulang Alesha. Kebetulan saya Dokter pribadi keluarga Alesha." Devan mengambil jaketnya lalu menutup tubuh Alesha.

"Ya sudah, hati-hati. Saya titip permintaan maaf pada orang tua Alesha karena tidak bisa menjaga putrinya dengan baik."

"Iya Bu, tidak apa-apa. Ini kecelakaan." Devan mengangkat tubuh Alesha dan segera membawanya keluar dari hutan.

"Reza, bawa tas dan barang-barang Alesha," suruh Bu Lilis. "Yang lainnya selesaikan laporan dan kita segera keluar dari hutan. Jangan ada lagi yang meninggalkan rombongan."

"Iya, Bu."

Reza membawa barang-barang Alesha dan berjalan mengikuti Devan.

"Ren, gue pengen punya Dokter pribadi juga deh kayak Pak Devan, biar kalau pingsan ada yang kasih napas buatan."

"Njir, kalau kita mah beda status sosial. Lanjutin laporannya cepet, gak ada Alesha ini, gak ada yang mikir."

"Pak, apa tidak pakai tandu saja?" kata Reza.

"Tidak perlu, kelamaan kalau ambil tandu dulu. Ini sudah dekat. Mobil saya di tempat parkir terakhir." Akhirnya Devan kini telah sampai di tempat parkir. "Tolong ambilkan kunci saya di jaket."

Reza mengambil kunci di saku jaket Devan lalu membantu membuka pintu mobil itu.

Devan segera mendudukkan Alesha di jok depan. "Taruh tas Alesha di belakang saja."

"Iya, Pak." Kemudian Reza memasukkan tas Alesha di jok belakang.

"Makasih ya."

"Iya, Pak."

Setelah itu Devan menutup pintu dan kaca mobilnya. Dia mengambil kemeja gantinya yang dia bawa di jok belakang. Karena setelah kejadian bersama Alesha dulu, dia selalu membawa baju ganti di mobilnya "Kamu pakai kemeja aku saja, biar gak kedinginan."

Alesha memang sudah melipat kedua tangannya dan menggigil kedinginan. "Ganti gimana, Pak? Pak Devan juga basah semua."

"Aku gak papa, biar kamu gak kedinginan di perjalanan." Devan mengedarkan pandangannya mencari toilet. "Ayo, aku antar ke toilet dulu."

Alesha menggelengkan kepalanya. "Pak Devan hadap sana saja. Jangan lihat." Alesha meletakkan jaket Devan di kaca sampingnya. Kemudian dengan cepat dia melepas jaket lalu pakaiannya yang basah dan dia hanya memakai kemeja Devan yang kebesaran di tubuhnya. Kemudian dia melingkarkan jaket Devan di pinggangnya agar menutupi pahanya. Lalu dia masukkan pakaian basahnya ke dalam kantong palstik dan dia letakkan di jok belakang. "Udah."

Barulah Devan kini menatap Alesha. Dadanya berdegup kencang saat melihat bulatan yang tercetak dengan jelas di balik kemeja putihnya. "Kamu gak pakai apa-apa?" Devan meraih snellinya dan segera menutup dada Alesha.

"Ih, Pak Devan lihat." Seketika Alesha mendekap sneli Devan yang ada di dadanya.

"Dikit." Devan menghidupkan mesin mobilnya dan segera melajukan mobilnya meninggalkan kawasan hutan itu. Ya, meskipun sedikit sudah membuat otaknya travelling.

Alesha semakin mendekap erat dirinya sendiri karena rasa dingin sudah menyerang tubuhnya.

"Tadi sebelum kamu jatuh, aku lihat kamu sedang bersama Dirga. Apa kamu jatuh ke sungai gara-gara Dirga?"

.

💕💕💕

Terpopuler

Comments

moenay

moenay

jgn dikit banyak juga ga papa pak dokter...🤪🤪🤭🤭😂

2023-10-26

0

Lilik Juhariah

Lilik Juhariah

lihat tapi dikit , pak dokter

2023-07-14

3

💗vanilla💗🎶

💗vanilla💗🎶

ya hrsnya si devan omg 4 mata lah sm adeknya.. aplg tingkahnya meresahkan bikin si ale gak nyaman 😥

2023-06-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!