BAB 19

"Kenapa sih dari tadi senyum-senyum terus?" tanya Alesha. Seseorang yang sedang mengemudikan mobilnya di sebelahnya itu memang sedari tadi menyunggingkan senyumnya. "Ngetawain aku pengen jadi psikiater?"

"Iya. Sebelum kamu jadi Dokter Psikologi kamu harus bisa mengatur mood kamu dulu. Sakit hati kamu sendiri aja gak bisa kamu sembuhin, gimana mau nyembuhin mental orang."

Seketika Alseha menatap tajam Devan. "Emang Kak Devan bisa nyembuhin penyakitnya sendiri, gak bisa kan? Seorang Dokter itu masih butuh Dokter juga."

Seketika Devan berhenti tersenyum. "Iya, iya, kamu benar." Kemudian Devan menghentikan mobilnya sebelum sekolah Alesha. "Nanti saat istirahat baru aku ke sekolah kamu."

Alesha meraih tangan Devan lalu menciumnya. Dan lagi, Devan membalasnya dengan satu kecupan di kening Alesha. Detak jantung Alesha kembali berlomba. Dia membuka pintu mobil lalu keluar.

"Hati-hati sekolahnya."

"Iya, Kak Devan juga hati-hati." Alesha menutup pintu mobil itu lalu berjalan menuju sekolahnya. Senyuman di bibirnya masih saja mengembang sampai dia masuk ke dalam sekolah dan bertemu dengan teman-temannya.

"Lesha, akhirnya lo masuk juga. Kita sebenarnya pengen jenguk lo, kenapa gak boleh?" Rena dan Icha berjalan mengapit Alesha.

"Bukannya gak boleh tapi gue gak papa."

"Gak papa gimana? Di status lo kemarin sampai diinfus terus kaki lo diperban."

"Iya, kaki gue terkilir terus asam lambung gue kambuh makanya diinfus biar gak dehidrasi," kata Alesha.

"Terus, terus, yang rawat lo Dokter pribadi lo."

"I-iya."

"Ih, enak banget bisa dirawat Pak Devan," kata Rena. "Eh, lo tahu gak waktu lo pingsan Pak Devan beri napas buatan di bibir lo."

"Hah!" Seketika Alesha menghentikan langkahnya. Dia benar-benar tidak tahu dengan hal itu. Dia kini menyentuh bibirnya. "Napas buatan?"

"Iya, bahkan sampai tiga kali karena lo gak sadar-sadar. Kita takut banget lo sampai lewat karena gak sadar-sadar juga."

"Dari bibir ke bibir?" Alesha kembali melangkah pelan.

"Iyalah, langsung tanpa alat perantara dan tangannya juga langsung tekan dada lo."

Alesha semakin melebarkan matanya. "Ih, awas aja tuh Dokter me sum!"

Rena dan Icha mengerutkan dahinya. "Eh, Pak Devan gak ada niat me sum. Memang kayak gitu cara pertolongan pertama pada korban yang hanyut."

"Iya, kita sih mikirnya gak sampai ke sana. Kita juga ikut khawatir dan panik. Apalagi Pak Devan tuh, sangat terlihat khawatir di wajahnya." Rena dan Icha semakin menggandeng tangan Alesha. "Ngomong-ngomong lo ada hubungan spesial sama Pak Devan? Jangan-jangan lo udah naik ranjang?"

"Sssttt, jangan bicara aneh-aneh."

Kemudian mereka bertiga masuk ke dalam kelas. Lagi-lagi Alesha mendapat tatapan dari Dirga. Dia masih sangat takut jika harus dekat-dekat dengan Dirga. Dia memilih tempat yang jauh dari Dirga.

...***...

"Lesha!" Dirga menahan langkah kaki Alesha saat Alesha baru saja keluar dari toilet. "Gue mau minta maaf sama lo. Gue..."

"Udah terlambat!" Alesha menggeser kakinya dan melewati Dirga.

"Sha, apa udah gak ada kesempatan lagi buat gue?" Dirga masih saja menahan tangan Alesha.

"Gak ada!" Alesha berusaha melepas tangannya dari cekalan Dirga yang sangat kuat. Dia menoleh ke kanan dan ke kiri tapi tidak ada temannya sama sekali. Icha dan Rena juga sudah menunggunya di kantin.

"Sha? Gue masih cinta sama lo. Gue yakin, lo juga masih cinta kan sama gue."

"Siapa bilang? Gue cinta sama Kak Devan."

Dirga semakin menarik tangan Alesha. "Kenapa harus Kak Devan yang menjadi pengganti gue. Lo boleh sama cowok lain tapi jangan Kak Devan! Apalagi lo selalu nunjukin kemesraan lo di depan gue."

Alesha berusaha melepas tangannya tapi cengkeraman Dirga sangat kuat. "Dirga, lepasin!"

"Dirga!" Devan melepas paksa tangan Dirga lalu mendorongnya hingga menjauh. "Dirga, aku sudah bilang sama kamu jaga jarak sama Alesha."

"Kak Devan, aku setiap hari bertemu dengan Alesha, bagaimana aku bisa jaga jarak! Kalau Kak Devan mau aku jaga jarak dengan Alesha, ceraikan Alesha!"

"Kamu!" Devan mengangkat tangannya dan bersiap menampar Dirga tapi terhenti, dia mengepalkan tangannya lalu mengajak Alesha pergi dari tempat itu. Tapi langkah mereka berdua berhenti saat melihat ada Rena dan Icha yang turut menyaksikan prahara itu.

Alesha melepas tangan Devan, dia kini menatap Devan. Dia sendiri tidak tahu apa yang harus dia jelaskan pada kedua sahabatnya itu.

"Kalian berdua, tolong jangan cerita masalah ini pada orang lain dan aku titip Alesha saat di sekolah, jangan biarkan dia sendiri." Devan menatap tajam Dirga lalu dia pergi dari tempat itu.

Rena dan Icha langsung menggandeng tangan Alesha dan mengajaknya pergi dari tempat itu.

Mereka bertiga hanya terdiam lalu duduk di taman samping kelas yang sepi. Baik Rena maupun Icha tidak ada yang berani memulai pembicaraan.

"Kalian masih ingat, waktu gue mabuk dan ditinggal di gang rumah gue?"

Icha dan Rena menganggukkan kepalanya.

"Waktu itu gue jatuh dipinggir jalan dan ditolong Kak Devan. Gue dibawa masuk ke mobil tapi gue justru muntah di kemejanya. Kak Devan buka baju dan ada warga yang tiba-tiba menggrebek gue. Kita dituduh udah berbuat me sum dan dituntut menikah. Awalnya gue gak tahu kalau Kak Devan itu kakaknya Dirga. Gue baru tahu setelah gue tinggal di rumah Kak Devan."

Rena kini memeluk Alesha. "Maafin gue ya, gue yang ninggalin lo. Gue gak nyangka, karena kita lo harus menanggung penderitaan yang berkepanjangan seperti ini."

"Iya, semua udah terjadi, gak usah disesali lagi. Sejak saat itu Dirga tidak bisa terima kenyataan kalau gue udah nikah sama Kakaknya. Sebenarnya gue takut banget karena Dirga terus ngancam gue. Bahkan dia sampai ingin sentuh gue."

"Kurang ajar tuh anak! Pasti dia merasa kalah saing sama Pak Devan. Lo hati-hati sama Dirga karena dia pasti nekad. Lo tahu gak kalau dia itu selingkuh dari lo karena lo gak mau skinship sama Dirga."

"Iya, gue udah tahu. Dirga dan Kak Devan sangat berbeda. Entahlah, gue harus bersyukur karena dipertemukan dengan Kak Devan atau gue harus menyesal karena gue harus tinggal satu rumah juga dengan Dirga." kata Alesha.

"Intinya lo harus bersyukur," Rena mendekatkan dirinya. "Kapan lagi lo dapatin jodoh sempurna kayak Pak Devan. Seorang Dokter, ganteng, baik banget lagi dan sepertinya Pak Devan udah jatuh cinta sama lo."

"Tapi Kak Devan gak pernah bilang tentang perasaannya."

"Njir, dikira pria dewasa sama kayak cowok ABG. Pria dewasa itu gak perlu ungkapan perasaan yang penting perlakuan yang spesial. Ya, spesial pakai ehem, ehem juga." Kedua teman Alesha itu kini tertawa.

"Ih, nggak! Gue gak pernah ngapa-ngapain."

"Lah, rugi. Punya suami ganteng gak pernah ngapa-ngapain," kata Rena.

"Kalau gue jadi lo udah gue tantangin duluan. Udah halal aja, malah bisa buat ladang pahala." timpal Icha.

Seketika pipi Alesha merona. "Gue belum kepikiran sampai ke sana. Udah ah, jangan bahas ini lagi. Kalian jangan cerita masalah ini sama Reza dan Ari ya. Gue gak mau mereka mikir macam-macam tentang gue karena pikiran cewek sama cowok itu beda."

"Beres! Mulai sekarang jangan sedih lagi ya. Kita juga akan jagain lo dari Dirga."

Alesha menganggukkan kepalanya sambil tersenyum kecil. Akhirnya dia bisa berbagi sedikit beban hidupnya dengan kedua sahabatnya.

💕💕💕

.

Like dan komen ya...

"

Terpopuler

Comments

maulana ya_manna

maulana ya_manna

🤔ngluwerrrrrrrrrrr

2023-11-05

0

abdan syakura

abdan syakura

Mumet Aqu, Thor...
Kefikiran truss nih...🤭🤣
Kl di RL ada yg seperti itu, menikah dgn k2k Mantan, satu rmh jg...
Entahlah.....😶
Tp sebaikny, emg pisah rmh aj deh Dev...Kamu bs kontrol&jenguk ibumu mgkn sepulang kerja...itu resiko!
Apapun alasannya, itu semua demi kebaikan pernikahanmu & masa depan kalian....😘👍💪

2023-06-11

5

Rajin up ya Thor

2023-06-11

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!