BAB 4

Alesha menatap pantulan dirinya di cermin. Meskipun dia terlihat cantik dengan make up tipis dan dibalut kebaya putih serta berhijab putih, tapi wajahnya masih saja cemberut. Dia tidak bisa melawan takdir yang akan mengubah statusnya saat ini.

"Udah cantik, senyum dong." Kedua telunjuk Fara menarik bibir putrinya agar tersenyum.

"Mama itu gak sayang sama Lesha. Ternyata kalau udah besar Lesha dibuang begitu saja."

Fara tersenyum lalu memeluk pinggang putrinya. "Justru karena Mama sayang banget sama kamu, Mama ingin kamu mendapatkan jodoh yang terbaik dalam hidup kamu. Mama sebenarnya berat sekali melepas kamu tapi inilah proses yang harus dilalui. Entah sekarang atau nanti, Mama akan melepas kamu untuk jodoh kamu."

Mata Alesha kini berkaca-kaca. "Kak Arya aja belum nikah. Lesha kan juga mau kuliah di luar negeri kayak Kak Arya."

"Sebentar lagi Kak Arya lulus dan tinggal lagi di Indonesia. Mama yakin, kamu pasti bahagia. Oiya, Mama lupa, nama calon suami kamu adalah Devan."

Alesha mengernyitkan dahinya. "Devan? Kak Devan?"

Fara menggelengkan kepalanya. "Bukan, ini Devan yang lainnya. Nanti kamu kenalan, pasti kamu langsung jatuh cinta." Fara memelankan suaranya dan berbisik di telinga putrinya. "Ayah kamu aja lewat sama ketampanan Dokter Devan."

Fara berhasil mencetak senyum kecil di bibir Alesha. "Tapi tetap saja, Lesha masih belum siap untuk menikah. Nanti kalau Lesha gak cocok sama Pak Dokter ini, Lesha boleh kan minta pisah."

"Sssttt, gak boleh ngomong gitu. Pernikahan itu satu kali seumur hidup. Mama yakin, nanti kamu pasti akan jatuh cinta sama Devan."

Beberapa saat kemudian ada suara ketukan pintu beberapa kali di kamar Alesha.

"Itu pasti Ayah. Ayo, mereka semua sudah datang." Fara menggandeng lengan putrinya dan mengajaknya berjalan keluar dari kamar.

Aslan menunggu mereka berdua di depan pintu, setelah pintu itu dibuka, dia mendapat tatapan kesal dari putri kecilnya.

"Lesha, gak bisa bujuk Ayah. Kali ini keputusan Ayah sudah bulat." Aslan juga menggandeng tangan putrinya. "Ayah beri waktu untuk kamu berkenalan dengan Devan sebelum penghulu datang, pasti kamu juga langsung suka."

Alesha memanyunkan bibirnya. Dia sudah pasrah dengan hidupnya.

Dia kini duduk bersebelahan dengan seseorang yang juga memakai pakaian serba putih lengkap dengan kopyah putihnya. Kedua mata mereka saling bertatapan. Tiba-tiba saja dada Alesha berdebar tak karuan. Sosok lelaki dewasa yang ada di sebelahnya itu benar-benar tampan dengan wajah yang bersinar. Tatapan matanya juga sangat meneduhkan jiwanya.

Tersadar Alesha membuang pandangannya. Dia tidak boleh jatuh cinta begitu saja pada pria asing.

"Kita belum saling mengenal kan? Nama saya Devan."

Alesha menundukkan pandangannya. Dia meremat jemarinya sendiri. Mendengar suaranya saja langsung memporak porandakan benteng yang baru saja dia bangun tinggi. "Saya Alesha."

Bicara pakai bahasa baku juga kali ya? Aduh, rasanya udah kayak pasien yang mau periksa ke Dokter aja. Kenapa badan aku jadi panas dingin tak karuan gini.

"Kok pada diam? Ngobrol, biar tambah dekat." kata Aslan.

"Cantiknya, sangat serasi dengan Devan." Bu Rahma kini duduk di samping Alesha.

Alesha bisa menebak, pasti seorang Ibu yang duduk di sampingnya adalah Ibunya Devan. Dia bersalaman dan mencium punggung tangan Ibunya Devan.

"Devan memang orang pendiam tapi sangat penyabar."

"Wah, kebalikannya dari putri saya. Dia cerewet dan tidak sabaran." kata Aslan.

Seketika Alesha menatap kesal Ayahnya. Selalu saja Ayahnya membuka kartu rahasianya.

"Tidak apa-apa. Biar bisa saling melengkapi."

Beberapa saat kemudian penghulu datang. Dada Alesha semakin berdebar tak karuan. Sepertinya inilah akhir dari masa remajanya.

Wajah Devan juga terlihat menegang. Dia tarik napas panjang berulang kali.

"Karena hari ini hari Minggu surat-suratnya baru kami selesaikan besok. Harap ke KUA untuk penyelesaiannya."

"Baik, Pak."

"Baik bisa kita mulai ijab qabulnya. Sudah siap?"

Devan menganggukkan kepalanya lalu dia menjabat tangan Aslan dengan penuh keyakinan. Kalimat ijab diucap oleh Aslan dan langsung dibalas oleh qabul dari Devan dengan jelas dan satu tarikan napas.

Setelah ijab qabul sah, penghulu membacakan do'a.

Kemudian Devan mengulurkan tangannya pada Alesha.

Alesha hanya terdiam. Belum menyentuh Devan saja badannya sudah merasa lemas.

"Lesha, cium tangan suami kamu," bisik Fara.

"Hah?" Akhirnya Alesha meraih tangan Devan dan memcium punggung tangannya.

Devan membalasnya dengan kecupan hangat di keningnya. Jangan ditanya bagaimana detak jantung Devan, jelas saja detak jantungnya sangat cepat.

Mereka berdua masih canggung dan sama-sama terdiam. Tidak tahu harus apa dan bagaimana. Sampai penghulu dan kerabat lainnya pulang, mereka hanya duduk tanpa suara.

"Devan, Ibu pulang dulu ya. Kamu menginap di sini kan semalam."

Devan berdiri dan membantu Ibunya. "Iya, Ibu hati-hati ya pulang sama Paman Roy. Nanti adik pasti sudah pulang ke rumah. Tadi sudah aku hubungi."

"Iya."

"Lesha, Ibu pulang dulu."

Alesha berdiri dan menghampiri Bu Rahma.

"Besok kamu mau kan pulang ke rumah Ibu?" tanya Bu Rahma.

Alesha hanya terdiam. Pulang ke rumah Devan?

"Iya, besok Alesha akan langsung ke rumah Bu Rahma. Biar Devan menginap di sini semalam dan membantu Lesha mengemasi barang-barangnya."

Bu Rahma tersenyum, karena sedari dulu dia sangat ingin mempunyai anak perempuan. "Ya sudah, Ibu pulang dulu."

Alesha hanya terdiam. Air matanya sudah mengembun di pelupuk matanya.

Saat Devan mengantar Ibunya ke depan rumah, Alesha memutar badannya dan berlari ke kamar.

"Lesha, kenapa?" Aslan mengikuti langkah jenjang putrinya.

"Ayah udah gak sayang lagi sama Lesha. Kenapa Lesha disuruh tinggal di rumah Devan?"

"Devan sudah menjadi suami kamu. Kamu harus ikut bersama Devan."

"Tapi gak gitu juga Ayah. Gimana kalau Lesha disiksa di rumah mertua."

"Astaga Lesha, mana mungkin itu terjadi."

Iya juga sih. Mana mungkin Ibunya Devan menyiksa aku.

"Pokoknya Lesha tetap sedih. Ayah tega usir Lesha." Kemudian Alesha menutup pintu kamarnya dengan keras.

"Lesha, jangan dikunci. Sekarang ini juga kamar Devan." teriak Aslan dari luar kamar Alesha.

"Kenapa Pak?" tanya Devan.

"Pak? Kamu panggil Ayah saja. Ini Lesha ngambek lagi, dia sebenarnya tidak mau pulang ke rumah kamu. Maaf ya, Lesha memang masih belum dewasa." kata Aslan.

"Biar saya yang mencoba bicara dengan Alesha."

"Iya, kamu masuk saja."

Kemudian Devan membuka handle pintu yang tidak terkunci itu.

Alesha yang awalnya merebahkan dirinya seketika duduk. Suasana menjadi canggung.

Devan duduk di samping Alesha dan menyisakan jarak di antara mereka. "Apa kamu tidak mau pulang ke rumah saya?"

Alesha menggelengkan kepalanya.

"Ada banyak alasan mengapa saya ingin membawa kamu pulang ke rumah."

💕💕💕

.

Like dan komen ya...

Terpopuler

Comments

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

Kenapa aku suka banget baca novel kisah kayak gini, kisah terpaksa menikah karena di grebek warga,, dan perannsi cowoknya nerima dgn ikhlas dn berusaha membangun rumah tangga harmonis bersama iatri, Walau pada awalnya gak saling kenal,Tapi bisa menerima takdir dan jodohnya, Demen banget aku bacanya, Tapi susah ketemu novel yg kek gini, Alurnya gak muter2 dan kompliknya juga gak perlu yg berat2, Karena kehidupan nyata ku udah berat,,🙏🏻🙏🏻😃

2023-10-22

1

MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"

MissHaluuu ❤🔚 "NingFitri"

duhhhh apa kabar adik iparq itu mantan kekasihq yg selingkuh 🤭😂🤣🤗

2023-06-03

5

Eika

Eika

Alasannya adalah mengulang dan mengingat masalalu.
Apalagi kalau melihat boneka dari kak Devan.
Semoga iya, Devan yg sama

2023-06-02

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!