BAB 11

"Itu kan kakak lo yang Dokter itu, Ga," kata salah satu teman Dirga yang tahu jika Devan adalah kakak Dirga.

Dirga tak menjawabnya. Dia tahu tujuan kakaknya menjadi guru, pasti dia akan mengawasi Alesha.

Pelajaran pun dimulai. Sejak masih kuliah, Devan seringkali menjadi guru pembantu. Keterampilannya mengajar sudah tidak diragukan lagi.

Alesha hanya menatap Devan. Sedari tadi dadanya terus berdebar-debar tak karuan. Harusnya dia bangga menjadi istri Devan, dia seorang Dokter yang sudah memiliki klinik sendiri, pintar dan bisa segala hal.

Ish, pesona Pak Dokter ini benar-benar mematikan.

Pelajaran yang biasanya terasa lama itu, kini terasa singkat.

"Pak, besok mengajar di sini lagi?" tanya salah satu teman cewek Alesha.

"Iya, sesuai jadwal ya. Tidak setiap hari." Devan memberikan senyum manisnya yang membuat hati para gadis semakin meleleh.

Alesha hanya mencibir. Bisa-bisanya Pak Dokter itu tebar pesona di kelas.

"Saya juga dapat kabar dari Bu Lilis kalau kelas kalian akan mengadakan study tour ke hutan tropis esok hari. Saya beri kisi-kisi untuk melakukan penelitian jadi besok kalian tinggal membuat laporan saja."

Alesha menggaruk rambutnya, mengapa dia bisa melupakan ini. Dia sama sekali belum mempersiapkan apa-apa. Dia hanya mencatat apa yang ditulis Devan. Rasanya dia ingin bolos saja dari study tour itu.

"Pak Devan besok ikut?" tanya salah satu siswi.

Devan menggelengkan kepalanya. "Tidak, saya ada urusan lain. Kalian sama Bu Lilis saja."

Mendengar kata tidak ikut dari Devan, rasanya Alesha kecewa.

Dan sekarang aku benar-benar sendiri. Pura-pura sakit aja kali ya biar gak ikut.

Alesha sibuk dengan pikirannya sendiri hingga Devan kini telah mengakhiri pelajarannya dan keluar dari kelas.

Gini banget hidup aku sekarang.

Alesha bersandar di bangkunya dan menghela napas panjang. Dia hanya bisa mendengar teman-temannya yang sudah merencanakan untuk kegiatan esok hari. Ada beberapa teman ceweknya juga yang bertanya tentang Devan pada Dirga, bahkan sampai meminta nomor ponselnya meskipun Dirga tak menggubrisnya.

Sebenarnya mau apa Pak Devan jadi guru? Dia udah jadi Dokter masih kurang keren aja profesinya.

...***...

Sepulang sekolah, Alesha bersandar dengan malas di dalam mobil. "Pak, aku besok gak ikut study tour ya. Aku gak enak badan."

Mendengar itu, seketika Devan mengecek suhu badan Alesha dengan tangannya. Dia seorang Dokter, jelas tidak bisa dibohongi. "Kenapa gak mau ikut? Apa gara-gara aku gak ikut?"

"Aku belum nyiapin apapun, aku lupa."

Devan hanya tersenyum. Sebenarnya dia sudah mengerti mengapa Alesha tidak ingin mengikuti study tour, ya pasti gara-gara Dirga dan temannya.

"Nanti aku bantu siapin semuanya. Sekarang kamu ikut dulu ke klinik."

Alesha hanya menganggukkan kepalanya. "Tapi aku lapar, mau makan dulu."

"Oke, nanti aku beliin." Beberapa saat kemudian Devan sudah menghentikan mobilnya di depan klinik.

"Ternyata klinik Pak Devan dekat dengan sekolah." kata Alesha. Dia kini turun dan menatap klinik yang lumayan besar itu. "Ih, hebat, masih muda sudah punya klinik sebesar ini."

Devan hanya tersenyum kemudian mereka berdua masuk ke dalam klinik.

"Kebetulan Pak Devan sudah datang, ada pasien, tolong Pak Devan saja yang periksa karena kondisinya sudah gawat." kata assistant nya.

Seketika Devan memakai snellinya. "Sha, kamu tunggu di ruangan aku saja ya. Lurus saja, di ruangan paling ujung. Di depan pintu samping."

Alesha hanya menganggukkan kepalanya. Sedangkan Devan segera masuk ke dalam ruang pemeriksaan.

Alesha tidak bisa menahan perut laparnya, akhirnya dia keluar dan mencari makan terlebih dahulu.

"Ada lalapan ayam, beli itu aja dua porsi buat Pak Devan sekalian." Alesha memesan dua porsi lalapan ayam dan dibungkus. Setelah pesanannya jadi, dia kembali masuk ke dalam klinik lewat pintu samping yang langsung menuju ke ruangan Devan.

Dia kini duduk di kursi kebesaran Devan sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan. Ada banyak buku dan dokumen di ruangan itu. Lalu ada sofa dan meja kecil di tengah ruangan.

"Pak Devan lama gak ya? Perut aku lapar banget. Enaknya makan dulu atau nungguin aja?" Alesha menyandarkan kepalanya di meja. Dia melihat dua bingkai foto di sana. Ada foto Devan yang sedang memakai snelli dan juga stetoskop. "Pasti foto ini diambil saat pertama kali jadi Dokter. Masih muda. Kira-kira Pak Devan lulus tahun berapa ya?" Alesha tersenyum lalu mengambil sebuah foto keluarga. "Pak Devan, Dirga, dan Ibu. Sebenarnya Ayah Pak Devan sudah meninggal atau kemana ya?"

Setelah mengabsen barang-barang Devan, Alesha menopang dagunya. "Pak Dokter lama banget."

Beberapa saat kemudian Devan masuk ke dalam ruangan. "Maaf lama soalnya harus merujuk pasien dulu ke rumah sakit." Devan masuk ke dalam toilet dan mencuci tangannya.

"Ya udah, ayo makan dulu. Aku udah lapar pake banget."

"Astaga, aku sampai lupa belum beliin kami makanan."

"Ih, telat. Ini aku udah beli." Alesha berpindah duduk di sofa lalu meletakkan makanan yang dia beli di atas meja. Dia segera membuka bungkusannya dan segera memakannya. "Pak, kok malah bengong. Udah ah, aku mau makan dulu."

Devan hanya tersenyum. Dia melepas snelli nya lalu duduk di sebelah Alesha. "Kamu udah jadi istri aku beberapa hari aku belum kasih kamu uang belanja. Sekarang kamu malah beliin buat aku." Devan mengambil dompetnya dan membuka.

"Aku masih punya uang pegangan, gak usah." Alesha melirik isi dompet Devan. Tebal juga, maksud dia tidak usah kalau cuma sedikit, sukanya yang banyak.

"Ya udah kalau tidak mau."

Seketika Alesha mencibir dan memutar tubuhnya.

Devan tertawa, tentu saja dia hanya menggoda Alesha. Kemudian dia mengambil uang dan memberi lima lembar uang berwarna merah. "Kalau habis bilang saja ya."

"Ih, kayak uang saku dari Ayah selama seminggu." Tentu saja Alesha tidak akan jaim ketika menerima uang. "Habis bilang ya, oke, beres. Kalau besok habis gak papa ya." Dengan cepat Alesha memasukkan uang itu ke dalam dompetnya.

"Iya gak papa." Devan masih saja tertawa. Dia sangat suka dengan sikap Alesha yang tidak pernah jaim ini.

"Makan dulu. Pak Devan itu Dokter, gak boleh sampai telat makan. Kalau sakit siapa yang akan nyembuhin."

Devan menganggukkan kepalanya dan membuka bungkusan itu. Ternyata hidup bersama Alesha memang sebahagia ini. "Sebentar lagi kita pulang, aku akan bantu kamu siapkan perlengkapan study tour besok." kata Devan.

"Ih, dibilangin aku gak mau ikut." kata Alesha dengan makanan yang penuh di dalam mulutnya.

"Study tournya cuma sehari, cuma sebentar. Ini buat tambahan nilai ujian praktek kamu. Aku sebenarnya ingin ikut tapi ada janji dengan pasien besok pagi."

Kemudian mereka sama-sama terdiam dan menghabiskan makanan mereka.

"Aku tahu, apa yang buat kamu gak ingin ikut kegiatan ini. Pasti kamu gak ingin dekat dengan Dirga dan teman-teman kamu."

Alesha hanya menganggukkan kepalanya.

"Kamu coba maafkan teman-teman kamu. Mungkin dengan begitu kamu bisa berdamai dengan keadaan."

"Iya, aku bisa saja memaafkan teman-teman aku. Tapi tidak dengan Dirga." Lagi-lagi air mata itu mengembun di matanya. Dia mengalihkan pandangannya dari Devan.

.

💕💕💕

.

Like dan komen ya...

Terpopuler

Comments

Esih Mulyasih

Esih Mulyasih

semoga cepat tumbuh benih-benih cinta di hati Alesha utk ak dokter Devan 🤲🏼😍🥰

2024-02-20

0

Qaisaa Nazarudin

Qaisaa Nazarudin

🤣🤣🤣 pak dokter mau kamu kibulin,Emang bisa, Yg ada kamu langsung ketahuan boong nya..😂😜😜😜

2023-10-22

0

Ely eliayan

Ely eliayan

lanjut

2023-09-21

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!