Seisi Casino yang semula ramai, kali ini berubah tegang. Semua mata tertuju pada seorang laki-laki bertopi yang sedang menodongkan senjatanya ke kepala seorang pria tambun yang mengaku bernama Maximo. Di sampingnya ada seorang wanita yang sedang bersusah payah ingin membuka matanya untuk melihat apa yang terjadi disekitarnya.
Samar-samar Samantha melihat sepucuk senjata tertodong pada laki-laki tambun yang duduk disampingnya. Laki-laki yang beberapa saat lalu menggodanya.
“Hey, kesatria bersenjata, tembak dia. Tadi dia tidak sopan terhadapku. Dia mengajakku tidur. Brengsek sekali bukan? Sudah bisa kubayangkan kalau dia akan mendengkur semalaman, membuatku gila saja!” celoteh Samantha yang sekali lalu tersenyum sinis pada laki-laki yang berwajah merah padam karena marah. Ia menatap Samantha dengan kesal.
Maximo melirik Samantha yang sepertinya sudah mulai teler dengan menelungkupkan kepalanya di atas meja.
“Berani sekali kamu menodongkan senjata padaku hanya karena ocehan pel4cur mabuk ini. Kamu tidak tahu siapa aku?” Laki-laki itu berdiri tegak seraya menepuk dadanya dengan bangga. Perutnya yang buncit ikut menantang Maximo yang berperut rata.
“Aku Maximo! Maximo Cortez!” Ia berseru dengan semangat dan menatap intimidatif setiap pasang mata yang memandanginya dengan takut. Tentu saja mereka takut setiap kali mendengar nama Maximo disebut apalagi laki-laki itu mengaku sebagai Maximo.
"Berani sekali anak muda itu. Menggertak seorang Maximo dengan senjata kecil. Dia pasti tidak tau, kalau Maximo bisa membunuh seseorang hanya dengan sebuah pensil." seseorang berkomentar pelan dan terdengar oleh dua orang bernama Maximo itu. satu orang tersenyum bangga dan satu lagu tersenyum kecut. Rupanya seperti apa kehebatannya sudah diketahui oleh banyak orang.
Dor!
Satu butir peluru ditembakkan ke udara oleh Maximo membuat laki-laki tambun itu terhenyak, begitupun dengan dua orang yang saling berbisik tadi. Beberapa wanita menjerit ketakutan dan bersembunyi mencari perlindungan.
“Kamu bilang kalau kamu adalah Maximo?” Maximo tersenyum sarkas sambil menatap tajam sepasang mata laki-laki yang merah dan melotot itu.
“Iya, mau apa kamu? Mau melawanku? Mau aku runtuhkan usaha kecilmu dan kuinjak-injak dikakiku?” laki-laki tambun itu tetap dengan pengakuannya yang penuh percaya diri. Ia memasang kuda-kuda untuk menghadapi Maximo.
Maximo malah tersenyum kecil. Laki-laki tambun ini begitu mengetahui kalimat yang biasa ia ucapkan pada lawan bisnisnya. Siapa sebenarnya pria ini?
“Tidak, aku hanya tidak mengira kalau ternyata Maximo setua dan segemuk ini. Bagaimana kamu berlari menghindari kejaran polisi dengan tubuhmu yang bulat ini? Apa ada celah di Los Angeles yang bisa menyembunyikanmu? Apa tubuhmu tidak terbalik saat terpeleset?” Maximo berujar dengan kasar. Ia bisa memperkirakan kalau tinggi laki-laki itu mungkin hanya sekitar 155 cm saja dan berat badannya di atas serratus lima puluh kilogram. Perutnya sampai membuncit seperti akan meletus.
Paul ikut tersenyum mendengar ujaran Maximo yang sarkas dan menjadi ciri khasnya.
“Diam! Kamu pikir aku tidak berani menghadapimu?” Laki-laki itu balas menodongkan senjata ke arah Maximo. Sedikit mendongak karena karena rentang tinggi mereka yang cukup jauh berbeda.
Paul segera berreaksi, hendak mengeluarkan senjatanya, tetapi Maximo melarangnya. Dengan sudut matanya, Maximo melihat laki-laki itu hendak menarik pelatuknya. Diwaktu yang bersamaan, Maximo menarik pelatuknya lebih cepat dan menembak lengan kanan laki-laki itu.
“Argh!” Laki-laki itu mengerang kesakitan saat peluru lebih dulu menembus lengannya, bersarang ditulang hastanya dan sepertinya hancur. Senjatanyapun jatuh terkulai bersamaan dengan darah yang menetes di lantai keramik berwarna cream.
“Brengsek!” laki-laki itu mengumpat.
Dor!
Tembakan ketiga diberikan Maximo di kaki kanan pria itu hingga tubuhnya yang tambun pun ambruk, bertekuk lutut dihadapan Maximo.
“Aarrgghh!” Ia mengerang semakin keras dan kesakitan. Ia menatap Maximo dengan gemetar, seperti tengah berhadapan dengan seorang malaikat maut.
“Siapa namamu?” pertanyaan itu yang Maximo lontarkan.
“Maximo.” Laki-laki itu kukuh menjawab nama yang sama.
Dor!
Tembakan berikutnya Maximo berikan di kaki kiri pria itu. Laki-laki itu semakin kesakitan dengan tubuhnya yang bersimbah darah.
“Aku bertanya sekali lagi, siapa namamu?” kali ini kepala pria tambun itu yang ia todong dengan pistol dan siap menekan pelatuknya jika jawaban laki-laki ini masih saja sembarangan.
“Ni-Nicholas!” jawab laki-laki itu dengan tergesa-gesa hingga tergagap. Tubuhnya gemetar bukan hanya karena menahan sakit, tetapi juga karena ketakutan melihat tatapan Maximo yang semakin tajam.
Mendengar nama asli pria itu disebut, Maximo tersenyum kecil. “Lain kali, gunakan nama aslimu. Jangan menggunakan nama orang lain.”
Dor!
Satu tembakan lagi Maximo hadiahkan dilengan kiri laki-laki itu hingga tubuh laki-laki itu ambruk di lantai. Tidak ada yang menolongnya saat laki-laki itu meringis dan berguling-guling kesakitan. Maximo segera meraih tubuh Samantha yang sudah tidak sadarkan diri lalu menggendongnya dan membawanya pergi. Permainan gadis ini dicasino sudah berakhir.
“Kapan kamu berhenti mengujiku?” gumam Maximo segara melangkah melewati tubuh tambun yang terbaring tidak berdaya.
“Periksa latar belakang laki-laki itu,” titah Maximo pada Paul.
“Baik, tuan,” sahut Paul dengan patuh. Ia tersenyum kecut saat melewati Nicholas yang berguling-guling kesakitan dilantai, seperti ikan buntal yang berenang didarahnya sendiri.
****
Hay semuanyaaa...
Yang vote nya belum terpakai, boleh loh kalau mau vote novel ini, hehehe....
Makasih semuanyaa....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
hahaha...ngebayangin ikan buntal menggelepar-gelepar 🤭🤭🤭
2023-06-12
5
N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
mampus lo maximo palsu
2023-06-12
4
N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
hati2 samantha... jangan banyak bicara klo lagi mabok... takutnya kmu ngoceh macam2 dan maximo jadi curiga sama kmu...
2023-06-12
5