Pagi ini, Maximo sedang merapikan penampilan dan mematut dirinya didepan cermin besar, yang memantulkan bayangan utuh sosok dirinya dari kaki hingga kepala. Ia masih mengancingkan satu per satu kacing kemeja berwarna abu yang melekat pas ditubuhnya yang kekar dan altetis, sambil memperhatikan bayangannya dirinya dengan wajah yang rupawan dan sosok yang menawan.
Meski Maximo seorang mafia, tidak ada luka berarti ditubuhnya. Selain luka bekas sayatan di punggung tangannya yang memang sengaja ia tebalkan dengan sebuah tato bergambar belati. Tato ini akan mengingatkan dia pada masa-masa sulit yang membuat ia bertahan sampai di titik ini.
Ia juga memperhatikan wajahnya yang ia rasa cukup keren kalau diperhatikan. Bungai wajah yang maskulin, rahang yang kokoh, sepasang alis yang tebal, mata yang bulat berisi banyak ketegasan dan kengeruan, hidung yang bangir dan bibirnya yang menawan terlebih saat menyeringai garang. Ia terlalu sempurna secara fisik. Bukankah itu yang membuat setiap wanita tidak bisa menolak pesonanya?
“Apa yang kurang denganku? Kenapa samantha ingin membunuhku? Apa dia tidak sayang kalau suatu hari dia kehilangan wajah yang sangat tampan ini?” Maximo bertanya pada dirinya sendiri. Ia mengusap dagunya yang ditumbuhi rambut halus dan sedikit kasar.
Setiap wanita yang bertemu dengannya, pasti dengan senang hati menyerahkan hidup dan matinya ditangan Maximo. Membayangkan sosok Maximo saja sudah membuat rongga perut bawahnya bergetar apalagi saat laki-laki ini menyentuhnya. Ya, setiap wanita yang ditemui Maximo, hanya bagian punggungnya saja disentuh. Setelah itu ia meminta wanita itu pergi. Seolah pria ini sedang mencari sesuatu dipunggung wanita-wanita yang mendatanginya.
“Apa karena wajahku dingin?” pikiran Maximo tertaut pada alasan penolakan Samantha. Ia menyeringai berusaha tertawa lebar. “Atau senyumku kurang menawan?” kali ini ia bersidekap di depan kaca sambil memandangi sosoknya yang sebenarnya sangat sempurna.
“Hah, aku sudah sempurna. Dia saja yang buta.” Maximo mendengkus kesal lalu mengusap rambutnya yang sudah rapi dan selalu tersisir ke belakang.
“Apa tampilan rambutku terlalu klasik?” kali ini ia memikirkan hal itu. Ia mencoba mengacak rambutnya, beberapa helai rambut jatuh diatas dahinya lalu meniupnya dengan malas.
“PAUL!” panggil Maximo pada orang kepercayaannya.
“Ya, tuan.” Paul segera masuk ke kamar tuannya.
“Coba perhatikan, apa potongan rambutku terlalu klasik?” ia bertanya dengan sungguh-sungguh.
Paul memperhatikan tuan mudanya dari cermin yang memantulkan bayangan Maximo. “Apa yang membuat tuan berpikir demikian?” laki-laki itu bingung sendiri dengan pertanyaan tuannya. Tidak biasanya Maximo bertanya hal seperti itu.
“Seseorang membuatku tidak percaya diri. Sulit sekali membuat dia bertekuk lutut dihadapanku.” Ia kesal pada banyangan wajahnya yang menyebalkan itu. Sorot matanya terlalu tajam dan bentuk rahangnya terlalu tegas ditambah rambutnya yang terlalu klimis.
“Siapa yang berani menolak bertekuk lutut di hadapan tuan? Perlu saya penggal kepalanya?” Paul yang terpancing marah.
“Jaga mulutmu Paul! Tidak seharusnya kamu berbicara seperti itu!” Maximo langsung meradang. Ia menoleh orang kepercayaannya dengan kesal. Tatapannya sungguh sangat tajam.
“Jangankan memenggalnya, sedikit saja kamu berani menyentuh permukaan kulitnya, kepalamu yang aku penggal.” Laki-laki itu berujar dengan kesal.
“Maafkan saya, tuan.” Paul langsung tertunduk, tidak berani menatap mata Maximo yang selalu membuatnya merasa lemah.
Melihat Paul yang menunduk takut, Maximo memandangi kembali wajahnya dicermin. Ia berdiri dengan tegak, memperhatikan lengan kanan dan kirinya yang kokoh juga mengusap dadanya sendiri yang bidang.
“Sepertinya masalahku memang di tatanan rambut yang terlalu klasik. Bawakan seorang hair stylist untuk merapikan rambutku.” Ia langsung meminta hal itu.
“Baik, tuan. Jam berapa dia harus datang?”
“Sekarang, sebelum Samantha bangun dan melihatku pagi ini!” tegas Maximo seraya menatap Paul dari pantulan kaca. Dari ekspresinya jelas terlihat kalau tuannya tidak bersedia mendengar penolakan.
Paul yang semula tertunduk, kini mengangkat wajahnya dan menatap Maximo dengan tidak percaya. Apa rasa tidak percaya diri tuannya ini benar-benar karena Samantha?
“Kenapa masih diam, apa perintahku belum jelas?” Maximo kembali meradang, melihat Paul yang hanya mematung
“Baik tuan. Saya akan segera memanggil seorang hair stylist.” Tidak ada pilihan lain selain menyanggupinya. Paul segera keluar dari kamar Maximo yang masih mematut dirinya didepan cermin. Mengguyar rambutnya ke kiri dan kanan, mencari model rambut yang menurutnya paling cocok dan tidak terlalu klasik.
Sebelum mencari hair stylist, Paul menemui pelayan yang ada didepan kamar Samantha dan menunggu nona muda itu bangun. “Jangan biarkan dia keluar kamar sebelum tuan besar keluar lebih dulu dari kamarnya.” Pria itu memberi perintah pada pelayan.
“Baik, tuan.” Pelayan itu mengangguk patuh sambil berpikir, apa yang harus ia lakukan untuk melarang Samantha keluar dari kamarnya.
Paul benar-benar dikerjai oleh ego Maximo. Ia mencari hair stylist yang mungkin cocok untuk tuan besarnya. Ia mendatangi salon-salon yang memasang foto model rambut terbaik dan membandrol harga mahal untuk pelayanannya. Ia selalu percaya, ada uang ada kualitas.
Setelah menemukan yang termahal, Paul masuk ke dalam sebuah salon lalu menodongkan senjatanya pada seorang hair stylist laki-laki hingga ia ketakutan. Pria bermental agar-agar itu segera mengangkat tangannya ke udara, seperti tahu ada bahaya yang sedang mengintainya.
“Ikut denganku!” titah Paul itu dengan penuh ancaman.
“Ba-baik tuan.” Laki-laki gemulai itu hanya bisa menurut saja seraya mengangkat kedua tangannya ke udara. Mungkin takut ditembak. Ia dibawa paksa oleh Paul masuk ke dalam mobil dengan mata yang tertutup oleh kain hitam. Ia akan membawa pria ini untuk menemui tuannya dan menata rambut Maximo. Mobil Paul melaju sangat cepat karena ia tahu kalau tuan besarnya tidak suka menunggu.
Suasana berbeda terjadi di kamar Samantha.
“Kenapa kamu tiba-tiba memintaku untuk luluran?” Samantha menatap tidak mengerti pada pelayan yang masuk ke kamarnya dan membawakan perlengkapan lulur.
“Agar tubuh Anda segar, nona.” Pelayan itu beralasan. “Silakan sebelah sini, nona.” Pelayan itu membukakan pintu kamar mandi Samantha lalu meminta gadis itu untuk masuk.
“Aku tidak memintanya,” gumam Samantha, akan tetapi tetap aja menurut walau sebenarnya ia bingung. Ia tidak akan pergi kemana-mana, kenapa harus luluran? Untung bukan ia sendiri yang melakukannya sehingga ia tidak banyak menolak.
Samantha masuk ke dalam bath tube dan pelayan mulai melumuri tubuh Samantha dengan lulur. Ia mengusap-usap permukaan kulit Samantha dengan krim kental yang sedikit kasar untuk mengangkat sel kulit mati ditubuhnya. Meski kebingungan, tetapi lambat laun Samantha mulai menikmatinya. Terutama saat bagian punggung dan bahu yang di treatment. Sambil di luluri, ia juga dipijat dengan lembut. Samantha sampai memejamkan matanya menikmai setiap usapan dan pijatan di tubuhnya.
“Ada berapa pelayan yang tinggal di rumah ini?” Samantha iseng bertanya tanpa membuka matanya.
“Ada enam, nona.” Pelayan itu menjawab dengan jujur.
“Apa semuanya bisa memijat?” Samantha penasaran.
“Tidak nona, hanya saya dan satu rekan saya lainnya.”
Samantha mengangguk paham. Ia masih memejamkan matanya menikmati setiap sentuhan yang begitu memanjakan tubuhnya.
Satu jam berlalu, Samantha baru selesai lulur. Setelah itu ia berendam di dalam bath tube dengan wewangian aromatherapy yang begitu menyegarkan. Baru kali ini ia menikmati kehidupan di sangkar milik Maximo. Ia begitu dimanjakan dengan semua fasilitas dan dari layanan sang mafia. Ia bahkan mendapat minuman anggur mahal yang saat ini menemaninya berendam. Sekali teguk, entah berapa dolar yang masuk ke perutnya.
"Tunggu, apa setelah dimanjakan seperti ini aku akan ditembak mati?" Wajah Samantha berubah tegang.
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
Ririn
lahh mulai bucin
2023-07-18
2
N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
hahahaaa
hati2 ada udang dibalik batu ya sam 🤭🤭🤭
2023-06-11
3
N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
hahahaaa...bener2 bucin sih ini... fix no debat 🤣🤣🤣
2023-06-11
3