Kebingungan yang sama terjadi berulang, yaitu kebingungan Samantha yang masih belum bisa menguraikan kejadian dalam perjalanan yang tadi siang ia lewati bersama Maximo. Selama mandi ia terus memikiran rute pulang dari Pelabuhan. Urutan perjalanan yang tidak masuk akal itu begitu mengusiknya.
Keluar dari guyuran air shower, Samantha lantas mengenakan kimono mandinya. Mengenakannya untuk menutupi tubuhnya yang indah. Ia berdiri di depan cermin, memandangi pantulan wajahnya yang masih sedikit basah. Ia berpikir sejenak sebelum melanjutkan apa yang mengganggu pikirannya.
“Hah….” Ia menghembuskan uap dari mulutnya hingga mengembun dicermin, lalu dengan telunjuknya ia menggambar rute yang tadi ia ingat. Gambar Pelabuhan, jalananan ramai Los Angeles yang ditempuh dalam jarak sekitar enam puluh dua kilo meter, lalu hutan pinus, naik sedikit ke perbukitan setelah itu entah tempat apalagi yang ia lewati, karena Maximo menutup jendelanya dengan lapisan hitam yang membuatnya tidak bisa melihat keluar sana.
Entah berapa kecepatan supir mengemudikan mobilnya, yang jelas setengah jam dari itu mereka tiba di basement rumah. Maximo membawanya naik menggunakan lift yang berhenti saat tiba di Foyer, sebuah ruangan di dalam rumah, yang berada setelah pintu masuk dan menjadi sebuah peralihan antara ruang tamu dengan ruang tunggu sementara bagi para tetamu.
Biasanya anak buah Maximo hanya berjaga sampai di sana. Setelah masuk ke ruang tamu dan ruangan yang lebih dalam lagi menuju area pribadi rumah ini, hanya beberapa orang saja yang diperbolehkan masuk. Salah satunya, Paul. Orang kepercayaan Maximo.
Pria itu begitu patuh pada Maximo. Setiap titah Maximo seolah menjadi maklumat wajib yang harus ia patuhi. Ia tidak pernah menentang seorang Maximo sedikitpun, sekalipun hanya dengan tatapan matanya atau hembusan napasnya yang berubah kasar. Kewaspadaan Samantha bertambah satu, yaitu pada sosok orang kepercayaan Maximo. Sepertinya ia tidak bisa anggap enteng peran Paul disisi Maximo.
Sekali lalu, sebuah ketukan dipintu membuyarkan lamunan Samantha. Ia segera menghapus gambar yang ia buat diatas permukaan cermin lalu bergegas keluar dari kamar mandi.
“Masuk,” suara Samantha dibuat lantang.
“Selamat malam, nona. Tuan Maximo meminta saya memanggil Anda untuk makan malam.” Seorang pelayan muncul dari balik pintu tanpa berani menunjukkan wajahnya.
Samantha memandangi perempuan itu. Pelayan itu cukup cantik dengan kulitnya yang kecoklatan.
“Masuklah. Bantu aku berganti pakaian.” Samantha sengaja meminta pelayan itu mendekat. Mungkin ia bisa bertanya banyak hal.
Pelayan itu mengangguk patuh dan mendekat pada Samantha. Samantha sengaja mengambil dress berwarna hitam dengan aksen tali dibagian punggungnya yang harus dijalin di sela lubang kancing. Ia memilih baju itu agar bisa membuat pelayan itu berlama-lama ada didekatnya.
“Silakan duduk disini, Nona,” ucap pelayan itu. Meminta Samantha duduk di depan meja riasnya.
Samantha menurut saja dan duduk tegak didepan sang pelayan. Ia memperhatikan wajah pelayan itu dengan seksama.
“Boleh aku bertanya?” Samantha memulai rasa penasarannya.
“Silakan, nona.” Jawabnya, tanpa mengangkat wajahnya dan menatap pantulan wajah cantik Samantha dicermin.
“Sudah berapa lama kamu bekerja disini?” Samantha meneruskan rasa penasarannya.
“Dua tahun, nona.” Wanita itu menjawab Samantha tanpa rasa ragu.
“Bagaimana cara kamu bisa bekerja disini?” gadis ini semakin tertarik untuk menggali informasi lebih banyak tentang orang-orang yang tinggal di sangkar Maximo.
“Melalui sebuah agency.” Jawaban itu terdengar sedikit ragu.
“Agency?” Samantha menyangsikan jawaban wanita itu. Samantha menatap bayangannya dicermin.
Wanita itu tidak mengiyakan ataupun membantah.
“Apa nasibmu dulu sama denganku? Masuk ke tempat ini karena terpaksa dan akhirnya terjebak?” Samantha berbalik dan menatap pelayan itu. Ia tidak peduli meski tali dressnya belum selesai diikat oleh pelayan.
“Tidak, nona. Tuan Paul yang membawa saya masuk ke rumah ini.”
“Ya okey, aku paham. Tapi maksudku, bagaimana kamu bertemu dengan orang-orang Maximo? Kamu tentu bukan seorang pelayan berbakat yang mengikuti sebuah kompetisi memasak atau bersih-bersih kemudian terpilih menjadi pelayannya seorang mafia, bukan?” Kslimst Samantha selalu panjang ketika ia belum memahami jawaban yang ia terima.
Mendengar pertanyaan Samantha yang cukup panjang, wanita itu mengangkat wajahnya. “Saya tidak pernah tau kalau saya bekerja untuk seorang mafia. Saya hanya tahu kalau pemilik rumah ini bisa memberikan gaji yang besar.” Pelayan itu terdengar yakin dengan jawabannya.
“Iya, aku paham. Tapi bagaimana kamu pertama mengenal Paul?” Samantha mengerucutkan pertanyaannya yang bersikukuh minta dijawab.
Kali ini wanita itu tidak menjawab. Ia kembali menunduk, tidak berani memberi jawaban.
“Jangan takut, aku bertanya sebagai sesama perempuan.” Samantha beranjak dari tempatnya. Ia menyentuh bahu pelayan itu lalu mencengkramnya cukup kuat hingga wanita itu meringis. Samantha berdiri disamping pelayan itu dan sedikit mendekat, berusaha mengintimidasi pelayan tersebut.
“Aku ingin tau cara kamu masuk ke rumah ini agar aku bisa memikirkan cara keluar dari rumah ini.” Samantha sedikit berbisik ditelinga wanita disampingnya.
“Tolong jangan tanyakan itu pada saya, nona.” Wanita itu segera menghindar dan seperti ketakutan.
“Hah, sepertinya kamu tidak mau berbagi rahasia denganku. Padahal aku sangat berharap. Pergilah lebih dulu, aku akan segera turun.” Samantha menghentikan aksinya sementara. Sepertinya ia tidak bisa terlalu mendesak orang-orang yang ada disekitar Maximo termasuk seorang pelayan sekalipun.
“Mohon maaf kalau saya mengecewakan nona. Tapi, dirumah ini kami dilarang membicarakan apapun tentang tuan kami. Saya harap nona bisa memahami pilihan saya.” Kalimat itu yang kemudian diucapkan wanita itu seraya menunduk.
Samantha tidak menimpali. Ia hanya tersenyum kecil melihat wanita yang selalu menunduk dihadapannya.
“Ya, sudahlah. Aku tidak akan bertanya lagi. Aku tidak suka mendengar jawaban yang berbelit-belit dan bertingkah seolah kamu bodoh dan tidak memahami pertanyaanku. Itu hanya membuang waktu dan kesabaranku.” Samantha berujar sedikit tegas.
Wanita itu tidak bergeming. Ia hanya mengangguk sopan lalu mundur beberapa langkah, memberi ruang pada Samantha untuk bersiap. Samantha melanjutkan untuk merias wajahnya dan mencari kesempatan lain untuk mengintrogasi wanita ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
para pelayan pasti ga akan berani buka mulut... kalo mereka macam2 mereka bukan hanya akan kehilangan pekerjaan, tapi mungkin juga akan kehilangan nyawa...hihhh...
2023-06-09
3
Kisti
😅😀siapa yg kalah ya dlm 3bulan 🤔...jadi senyum geli ngeliat samantha yg kaya gini...ntar mnang maximo donk,gak sabaran bangt samantha niii
2023-06-09
5
Bunda dinna
Samantha makin nekad,,misteri Maximo masih pekat dan tak.ada celah untuk di buka..belum saatnya
2023-06-09
6