Suara riuh di sebuah Casino sudah menjadi hal yang lumrah. Saat akan masuk, Samantha sudah dimintai kartu keanggotaan oleh pengawal yang menghadang di depan pintu. Samantha baru tahu kalau ternyata seketat ini aturan agar ia bisa masuk ke dalam casino mewah. Tepatnya, Casino milik Maximo.
“Anda tidak bisa masuk kalau tidak memiliki kartu keanggotaan, nona.” Laki-laki itu kukuh tidak mau membukakan pintu untuk Samantha.
“Aku memang tidak memiliki keanggotaan. Tapi aku punya uang yang cukup untuk bertaruh.” Samantha terpaksa berbohong. Ia sebenarnya tidak membawa uang sepeserpun disakunya. Isi sakunya hanya ada sapu tangan Maximo yang kotor terkena sauce corn man.
“Mohon maaf, Anda tidak bisa masuk nona.” Pengawal berpakaian rapi itu bersikukuh. Tidak terlihat garang sama sekali. Tetapi ia sangat kukuh dengan aturan yang berlaku di casino ini. Samantha semakin yakin kalau tempat ini memang exclusive dan tidak sembarangan orang boleh masuk.
“Dia datang bersamaku.” Tiba-tiba suara Maximo terdengar dari pintu yang terbuka. Pria itu juga menunjukkan kartu keanggotaan VVIP di casino tersebut.
“Mohon maaf tuan. Silakan masuk, nona.” Pria itu segera membukakan pintu lebar-lebar untuk Samantha, membuat gadis itu melenggang masuk ke dalam Casino. Ia sadar kalau ia menjegal orang yang salah.
Maximo tidak berkomentar sedikitpun. Ia berjalan didepan Samantha dan gadis itu mengekori dibelakang. Mereka berkeliling ke beberapa meja yang sedang bertaruh. Melihat satu putaran permainan yang terlihat serius dengan empat orang laki-laki yang sedang duduk berhadapan dan saling mengatur siasat dibenak masing-masing.
“Aku menambahkan dua koin emas.” Salah satu diantaranya menambahkan dua keping emas dan menaruhnya di tengah-tengah mereka.
Dua lawannyapun menambahkan dua koin emas. “Aku tidak ikut.” Satu laki-laki memilih bertahan. Sepertinya kartu yang ia punta tidak cukup baik.
“Aku tambahkan tiga koin.” Laki-laki bertopi lebar semakin semangat menambahkan koinnya. Sepertinya ia sangat yakin kalau ia akan menang.
Kemudian, hanya satu orang yang bersedia menambah koinnya dan satu orang lainnya memilih tidak ikut main.
“Silakan, Anda bisa membuka kartu Anda.” Ujar pegawai Casino yang malam itu menjadi pengatur permainan.
Para pemainpun membuka kartunya dan,
“Hahahahha… aku menang!” seru laki-laki bertopi lebar. Ia tertawa dengan renyah karena berhasil meraup keuntungan dipermainan tersebut. Sementara tiga orang lainnya terlihat kesal karena lagi-lagi mereka gagal.
Samantha yang merasa penasaran, segera menghampiri Maximo. “Aku ingin bermain,” bisiknya pada laki-laki itu.
Maximo tidak lantas merespon, ia menoleh Paul yang berdiri dikejauhan dan pria itu sepertinya paham. Ia mendekat dengan membawa koin di tangannya.
“Ambilah.” Maximo memberikan seikat koin pada Samantha.
“Terima kasih.” Samantha menyahuti dengan senang hati. Ia duduk ditempat salah stau pemain yang memilih hengkang.
“Wah, kita kedatangan pemain baru. Boleh saya tau siapa nama Anda, nona?” laki-laki bertubuh tambun itu mengulurkan tangannya pada Samantha.
Samantha melepaskan topi dan maskernya lalu membalas uluran tangan itu. “Samantha. Anda?” timpal gadis cantik itu.
“Maximo,” sahut laki-laki itu dengan penuh kebanggan.
Samantha tersenyum kecil, ternyata benar kalau ada saja orang yang mengaku bernama Maximo. Sementara Maximo yang asli sedang berdiri dibelakang Samantha dengan perasaan geram karena laki-laki tambun itu menggenggam tangan Samantha setelah mencuri identitasnya.
“Wah, nama Anda terdengar sangat hebat.” Samantha iseng memuji. Perlahan ia berusaha melepaskan tangannya dan laki-laki itu seperti enggan untuk melepasnya.
“Mafia, aku seorang mafia. Harusnya Anda tau siapa saya.” Laki-laki itu tersenyum dengan penuh percaya diri.
Samantha mengangguk hormat. Ia segera menarik tangannya agar terbebas dari cengkraman tangan Maximo palsu. Laki-laki itu tampak terkejut meski pada akhirnya melepaskan tangan Samantha. Ia sempatkan untuk mencium tangannya sendiri dan menyesap wangi tangan Samantha yang masih tertinggal ditangannya.
“Senang bisa mengenal Anda. Boleh kita mulai permainannya sekarang?” Samantha sudah tidak sabar.
“Ya, kita mulai sekarang. Saya memasang tiga koin.” Laki-laki itu menaruh koin lebih dulu. Diikuti oleh Samantha dan dua pemain lainnya. Berikutnya mereka mengambil kartu masing-masing dan melihat angka yang muncul.
“Aku ikut main,” ucap laki-laki itu disusul pemain lainnya. Samantha pun ikut dan mengambil kartu baru.
“Tambahan dua koin.” Samantha menambahkan koinnya.
“Wah, Anda sangat bernyali nona.” Laki-laki itu menatap tidak percaya pada Samantha yang menurutnya sangat bernyali.
Maximo ikut mengintip kartu Samantha dan ternyata sangat hancur. Tidak ada angka yang bisa ia banggakan. Namun, bagi Samantha itu bukan hal penting. Ia memang tidak berniat menang karena ia hanya ingin bermain saja dan menghabiskan uang Maximo.
“Lima koin?” laki-laki itu bertanya pada Samantha.
“Tentu, lima koin.” Samantha memasang koin yang sama. Kartu yang diambilpun masih buruk. Tetapi itu tidak masalah untuk Samantha.
“Lima Koin?” laki-laki itu menambahkan koin lagi dan hanya Samantha yang menyanggupi. Pria itu tampak terkejut dan berusaha membaca pikiran Samantha, namun pembawaan Samantha yang terlalu tenang membuat laki-laki itu tidak bisa menebak isi pikiran Samantha. Baginya, mana mungkin seorang wanita begitu percaya diri masih mau bertaruh padahal uangnya sudah mau habis.
“Lima koin terakhir?” laki-laki itu menatap Samantha dengan sangsi. Dalam pikirnya, Samantha akan mundur.
“Tentu lima koin.” Samantha tetap mengikutinya. Ia tidak tahu persis berapa nilai poin kartu yang sudah ia kumpulkan yang jelas ia ingin uang Maximo habis.
“Silakan buka kartu Anda.” Bandar mempersilakan.
Samantha dan pria itu sama-sama membuka kartu mereka dan benar saja Samantha kalah dan kehilangan semua uangnya.
“Hahahaha… anda terlalu percaya diri nona. Tapi percaya diri saja tidak perlu untuk memenangkan sebuah permainan. Anda harus memiliki trik dan siasat agar kerugian anda tidak terlalu besar.” Laki-laki itu memberi nasihat.
“Terima kasih sudah mengingatkan. Selamat atas kemenangan Anda.” Samantha mengangguk sopan pada pria itu. Ia segera meninggalkan kursinya setelah permainan berakhir.
“Anda kalah, nona?” ada Paul yang menjeda langkahnya dan seperti ingin mengejek Samantha. Ia aji mumpung memiliki kesempatan untuk menunjukkan pada tuannya kalau Samantha tidak seistimewa yang dipikirkan Maximo.
“Ya, aku memang kalah dari Maximo palsu. Tapi aku menang banyak dari Maximo asli. Dia yang kehilangan banyak uang dan tidak bisa protes. Harusnya, ejekan itu kamu tujukan pada tuanmu, bukan padaku.” Samantha melirik Maximo yang berdiri disampingnya. Ia juga tersenyum kecil pada laki-laki itu.
“Maafkan saya, tuan.” Paul segera sadar dengan kesalahannya.
“Diam! Pergilah untuk mengecek Diego dan periksa kesalahan apa saja yang dia perbuat disini.” Maximo menimpalinya dengan memberikan pekerjaan pada Paul.
“Baik, tuan.” Paulpun segera pergi meninggalkan Maximo dan Samantha.
“Apa kamu kecewa?” Samantha bertanya dengan santai. Ia mengambil segeras minuman yang disodorkan pelayan.
“Tidak. Koin tadi tidak seberapa.” Maximo masih dengan sikap angkuhnya.
“Baguslah.” Timpal Samantha kemudian. Ia meneguk minumannya dengan santai sementara Maximo meneguk minumannya dengan sekali teguk.
“Aku mau ke toilet.” Gadis cantik itu menitipkan gelasnya pada Maximo dan Maximo hanya bisa menerimanya.
“Apa yang aku lakukan sebenarnya?” Maximo bertanya pada dirinya sendiri seraya memandangi sosok Samantha yang berjalan menjauh darinya. Bagaimana mana bisa ia mulai berada dibawah kendali Samantha?
****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
rheya_pradita
terlalu banyak nama maximo dan aku yakin bukan max yg asli yg melakukan semua kejahatan itu,,,,
2023-06-17
3
N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
hahahaa... kena lagi lo paul... udah ga usah ngeledekin samantha mulu 😂😂😂
2023-06-12
3
N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
hahahaaa.... hancurrrr 🤣🤣🤣🤣🤣
2023-06-12
3