Di Pelabuhan saat ini mereka berada. Samantha tetap duduk ditempatnya memperhatikan apa saja yang Maximo lakukan dengan salah satu rekanannya. Rekanannya itu sudah cukup tua, tetapi bersikap sangat sopan pada Maximo. Sepertinya pria itu sangat menghormati Maximo meski usianya terpaut jarak jauh lebih tua dari laki-laki yang berdiri dihadapannya.
“Sebesar apa kekuasaanmu Maximo, sampai semua orang tunduk terhadapmu?” Samantha bertanya dalam hati. Semakin sering ia bersama Maximo, semakin banyak hal yang ia tahu tentang laki-laki berusia tiga puluh tahunan ini. Usianya masih terlalu muda untuk terlalu dikenal sebagai Mafia yang paling berkuasa di kota bisnis Los Angeles.
“Sepertinya aku harus mulai bersikap baik padanya, agar aku bisa mendapatkan lebih banyak informasi dan membuat Maximo melibatkanku dalam banyak usaha bisnisnya.” Pikiran itu kemudian terlintas dipikiran Samantha. Sudah jatuh tercebur maka sebaiknya ia berenang sekalian.
Maximo terlihat berjabat tangan dengan pria itu dan pria itupun memberikan sesuatu pada Maximo. Samantha melihat Maximo yang kemudian menoleh kearahnya. Entah apa yang dipikirkan laki-laki itu.
Hanya beberapa menit saja waktu yang dihabiskan Maximo dengan pria tua itu, sebelum kemudian pria tua itu pergi bersama anak buahnya. Meninggalkan Maximo yang mematung ditempatnya. Tidak lama berselang, Paul tampak menghampiri Samantha. Samantha pura-pura saja duduk acuh tidak peduli pada apa yang dilakukan dua pria itu diluar sana. Dalam beberapa saat, pintu mobil terbuka dan Paul lah yang membukakannya.
“Silakan turun, nona,” ujar Paul dengan sopan. Beda sekali sikap dia terhadap Samantha saat ini. Mungkin karena ia merasa diperingatkan oleh Maximo pagi tadi. Maximo seolah menunjukkan dihadapan banyak orang kalau seorang Samantha berarti baginya.
Tanpa menjawab, Samantha pun turun. Ia memakai kacamata hitam yang disodorkan Paul. Matahari di Pelabuhan memang cukup terik hingga matanya sedikit memincing. Gadis bertubuh seksi itu berjalan menghampiri Maximo yang memandanginya dari kejauhan.
“Ada apa menyuruhku turun?” tanya Samantha pura-pura acuh.
Maximo melepaskan topi yang ada dikepalanya dan memakaikannya pada Samantha. “Kita akan berlayar sebentar, merayakan keberhasilan perjanjian tadi,” ucap Maximo seraya mengulurkan tangannya pada Samantha. Samantha cukup terrenyuh dengan apa yang dilakukan pria ini. Bisa juga seorang Maximo bersikap manis.
“Kamu tidak akan menenggelamkanku kan?” Samantha menggodanya.
Maximo hanya tersenyum kecil lalu menggeleng. Tanpa ragu, Samantha melingkarkan tangannya di lengan Maximo. “Baiklah, aku akan belajar percaya padamu,” cicitnya yang mantap mengeratkan lingkaran tangannya di lengan Maximo.
“Aku tidak akan mengecewakanmu,” timpal Maximo yang tersenyum kecil pada gadis pujaannya.
Mereka berjalan bersama-sama masuk ke dalam kapal pesiar yang ukurannya cukup besar. Udara benar-benar kering dan matahari bersinar sangat terik. Maximo mengajak Samantha duduk di bagian paling atas dari kapal pesiar ini. Dari tempatnya pemandangan laut yang indah benar-benar memanjakan mata. Deburan ombak yang tidak terlalu besar membuat perjalanan begitu nyaman.
“Kamu mau minum?” tawar Maximo. Pria ini mulai memperlakukan Samantha dengan sangat baik.
“Tentu.” Samantha menerimanya dengan senang hati. Ia mengambil gelas itu sambil lalu duduk dengan tenang disamping Maximo. Ia sedikit bersandar ke lengan Maximo yang ada dibelakangnya membuat pria disampingnya mendekatkan tubuhnya pada Samantha, agar gadis ini bisa bersandar nyaman dilengannya.
Memandangi riak air laut ternyata cukup menghanyutkan. Sejauh mata memandang, Samantha hanya melihat air laut yang kebiruan dan berkilauan saat terkena cahaya matahari. Mereka sudah jauh dari daratan.
“Apa urusanmu sudah selesai?” tiba-tiba Samantha bertanya. Ia melepas kacamatanya dan menoleh Maximo.
“Ya. Aku dan rekan bisnisku sudah sepakat untuk melakukan sebuah kerja sama.” Maximo menimpalinya sekali lalu meneguk minumannya dengan tenang.
“Kerja sama macam apa yang hanya disetujui dalam hitungan menit?” Samantha menatap Maximo dengan penasaran.
Maximo balas menatap Samantha lalu tersenyum kecil. “Suatu hari kamu akan mengetahuinya.” Sahut pria itu seraya mencolek hidung Samantha yang bangir.
“Okey.” Samantha mengedikkan bahunya dengan acuh.
“Kamu kecewa?” Maximo penasaran dengan perubahan ekspresi yang ditunjukkan Samantha.
“Tidak terlalu. Aku sadar, tidak secepat itu seseorang bisa menaruh kepercayaannya terhadapku. Seperti aku yang belum bisa menaruh kepercayaanku sepenuhnya terhadapmu. Kepercayaan itu sakral dan aku tidak bisa mengobralnya.” Jawaban Samantha memang selalu panjang dan ia berujar dengan bersungguh-sungguh.
“Kamu menarik, Sam dan membuatku nyaris percaya sepenuhnya. Aku hanya butuh waktu beberapa saat lagi,” batin Maximo. Ia tidak menimpali ucapan Samantha, hanya hatinya saja yang meyakini hal itu.
“Ngomong-ngomong, apa aku boleh berenang?” pikiran nakal itu tiba-tiba saja muncul dibenak Samantha.
“Tidak.” Maximo langsung menyahuti. Ia tidak bisa membiarkan banyak pasang mata melihat wanita ini berenang dan mempertontonkan lekuk tubuh Samantha yang menarik.
“Kamu jahat Maximo. Tapi aku merasa, kalau kamu sedang sangat melindungiku. Apa setiap laki-laki yang melihatku membuatmu cemburu?” Samantha penasaran bertanya.
“Aku tidak suka memberikan peluang yang tidak perlu pada orang lain,” ucap Maximo dengan tegas.
Samantha mengangguk paham. Sejenak ia memandangi Maximo yang sedang meneguk minumannya dan memandang jauh ke depan sana. Saat Maximo menoleh, maka Samantha pun segera mengalihkan pandangannya. Ikut meneguk minuman itu dengan perasaan penasaran yang semakin banyak tentang sosok Maximo.
*****
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 129 Episodes
Comments
N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
hati2 max... dia bisa jadi musuh dalam selimut 🤭
2023-06-08
3
N⃟ʲᵃᵃB⃟cQueenSyaⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈
kayanya dgn cara ini misi samantha bisa lebih berhasil daripada harus ngajak maximo ribut trs 🤭
2023-06-08
3
Bunda dinna
Maximo yg posesif juga ternyata..Samantha makin mudah menggoda Maximo
2023-06-07
3