12. Fakta cahaya

"Roh cahaya? Tapi kenapa penampilan mu berbeda dari sebelumnya?" Tanya Glorva yang masih bingung dengan keadaan saat ini.

Theia nampak sedang berfikir, "Apakah maksudmu perwujudanku? Itu tergantung dari kekuatan sihirmu untuk memanggilku" Jelasnya yang membuat Glorva sedikit paham.

Glorva mendekati Theia, lalu duduk disebelahnya, "Itu berarti dulu bentukmu seperti kunang kunang karna sihir ku saat memanggil mu masih lemah?" Tanya Glorva memastikan.

"Itu benar, itu adalah wujudku yang menyebar sehingga diriku menjadi terpecah belah dan menjadi banyak, dan satu lagi, aku bukanlah kunang kunang, aku adalah pemimpin dari semua roh cahaya, jadi tolong jangan menyamakan kedudukanku dengan kunang kunang" Jelasnya dengan senyum diwajahnya, namun ada sedikit rasa kesal yang terlihat karna dirinya tidak terima disamakan oleh kunang kunang.

Glorva terkekeh mendengar Theia yang mengoceh di depannya, "Baiklah, maafkan aku, tapi senang bertemu denganmu dalam wujud yang sempurna seperti ini" Ujar Glorva tersenyum lebar.

"Ya, berkat kerja kerasmu, mari kita bekerja sama untuk kedepannya'' Balas Theia ramah.

Glorva memandangi Theia bingung, "Bekerja sama?" Tanyanya.

"Ya, karna kau sudah berhasil memanggilku dengan wujud yang sempurna, aku akan menjadi senjata mu selama kau hidup, sudah lama ada manusia yang berhasil memanggilku" Jelasnya yang membuat Glorva tercengang.

"APAA!? Pemimpin para roh cahaya akan menjadi senjataku? bukankah aku menjadi tak terkalahkan sekarang?!?!" Heboh Glorva yang membuat Theia melongo.

Theia terkekeh, "Yah kurang lebih seperti itu, tapi itu tidak akan membuatmu tidak terkalahkan" Ujar Theia yang membuat Glorva terdiam.

"Kekuatan cahaya adalah kekuatan langka yang jarang dimiliki oleh manusia, fungsi utama kekuatan ini adalah sebagian besar untuk melindungi, sehingga kekuatan cahaya jarang digunakan untuk menyerang, jika ingin melakukan penyerangan dengan sihir cahaya, kau harus mengaktifkan sihir lain," Lanjutnya lagi, Theia lalu melihat wajah Glorva yang nampak seperti menunggu kelanjutan ceritanya.

Theia menarik nafasnya, "Aku memang akan menjadi senjata mu, tapi bukan senjata penyerang, melainkan senjata pelindung, tak hanya itu, aku juga bisa menggunakan kekuatan penyembuhan, jadi jika kau terluka, kau bisa memanggilku, karna aku akan menyembuhkan mu sebesar apapun lukamu, itu kelebihan ku sebagai pemimpin, karna aku memiliki kekuatan penyembuhan tanpa batas" Jelasnya lagi sambil tersenyum.

Glorva yang mulai paham nampak sedang berfikir, ''Jadi begitu, kekuatan cahaya yang dimiliki para roh memang tidak bisa dipakai untuk melakukan penyerangan, tapi kekuatan ini sangat berguna untuk penyembuhan" Batinnya sambil memanggut manggutkan kepalanya.

"Lalu bagaimana dengan Tapak Cahaya? Bukankah itu sihir cahaya yang bisa melakukan penyerangan? Tanyanya memastikan.

"Itu benar, para pengguna cahaya biasanya mengaktifkan Tapak Cahaya untuk menggunakan sihir penukaran jiwa, tetapi selain itu, Tapak Cahaya juga bisa digunakan untuk penyerangan, tapi roh sepertiku tidak bisa mengaktifkan sihir seperti itu, hanya kamu yang bisa" Jelas Theia.

"Benar dugaanku, baiklah, kalau begitu tolong kerja samanya" Ujar Glorva sambil menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

Theia yang bingung pun hanya mengikuti hal yang dilakukan oleh Glorva, ia juga menyodorkan kan tangannya, dan mereka pun berjabatan tangan sambil tersenyum.

"Baiklah, kalau begitu, bantuan pertama yang aku minta adalah menjadi lampu penerangan, karna aku tidak bisa melihat jalan pulang yang gelap" Pinta Glorva dengan cengiran diwajahnya.

Theia nampak tersenyum paksa, ''Aku tidak menyangka, seorang pemimpin sepertiku diperintahkan menjadi lampu penerang sebagai tugas pertama" Keluh Theia dalam hati, tapi ia tetap melaksanakan perintah Glorva tadi.

Glorva pun nampak berjalan dengan senyum berseri seri diwajahnya, karna kini ia memiliki satu pasukan pendukungnya, terlebih lagi dia tidak akan kesepian karna ia akan memanggil Theia untuk bersamanya.

Sesampainya Glorva dirumah, ia memulangkan Theia sebelum Jidante melihatnya, tapi sebelum itu ia mengucapkan terimakasih banyak kepada Theia karna telah membantunya.

Glorva memasuki rumah dan mendapati Jidante yang tengah membuat ramuan penyembuh.

"Kakek, bagaimana kalau aku kembali kerumah? Bukankah ini sudah cukup lama aku pergi?" Tawar Glorva yang tiba tiba.

Jidante memejamkan matanya sambil membuang nafas, tangannya masih terus sibuk menuangkan ramuan tersebut kedalam botol, "Aku bosan mendengar permintaan konyolmu" Jawabnya singkat, ia nampak mengabaikan Glorva.

''Huft, ini bukanlah permintaan konyol, bukankah sudah sewajarnya aku meminta pulang dan menemui keluargaku? Aku akan mengecek situasi di sana, jika keadaan masih belum baik aku akan pergi lagi, tapi setidaknya aku ingin bertemu mereka sebentar" Pinta Glorva dengan nafas yang menggebu gebu, Jidante menghentikan kegiatannya dan menatap Glorva.

Jidante membuang nafas untuk kesekian kalinya, "Kalau begitu bersiaplah untuk perjalanan panjang"

Glorva yang mendengar hal itu langsung meloncat kegirangan, "Tentu, aku selalu siap" Ujarnya sambil tersenyum lebar, "Kalau begitu izinkan hamba untuk beristirahat setelah latihan panjang, selamat malam" Pamitnya dengan wajah yang masih berseri seri, Jidante pun terkekeh melihat perilaku muridnya.

"Ibu, ayah, Mevin, aku tidak sabar bertemu kalian" Batin Glorva senang.

...---------------...

Dua hari telah berlalu, Glorva dan Jidante tengah dalam perjalanan panjang untuk kembali ke kampung halaman Glorva.

Meskipun cahaya matahari yang sangat terik, Glorva terus melangkahkan kakinya semangat sambil bersenandung kecil.

Disisi lain, Nean yang sedang berlatih pedang di taman belakang Kini tengah berisitirahat, ia mengelap keringatnya yang bercucuran menggunakan sapu tangannya.

"Sepertinya kau butuh ini" Tawar seseorang yang menyodorkan kendi berisikan air.

Nean menoleh, "Sepertinya kau mulai berani keluar masuk di dalam kediamanku" Sindir Nean.

Eirla menyengir, "Tapi Duke mengizinkan nya, kau juga selalu sendiri, jadi aku datang untuk menemuimu" Jawab Eirla, ia masih berusaha menyodorkan kendi tersebut walaupun diabaikan oleh Nean.

"Aku tidak butuh itu, tidak usah repot repot" Ketusnya, lalu ia berdiri dan hendak pergi meninggalkan Eirla, tapi langkahnya tertahan karna Eirla menahan lengannya.

Nean memandang tidak suka kearah Eirla, tapi itu semua sirna saat ia melihat Eirla meneteskan air matanya, "Kau selalu mengabaikan aku dari awal pertemuan, dan ini adalah yang kesekian kalinya kau pergi tanpa mau mengobrol denganku, aku juga tidak mengerti kenapa aku terus terusan menghampirimu padahal kau selalu menolakku, tapi aku hanya ingin berteman denganmu, kenapa kau seperti membenci ku, apa aku atau keluargaku pernah membuat kesalahan? Kalau iya tolong maafkan aku dan bertemanlah denganku'' Lirih Eirla dengan wajahnya yang basah akibat air matanya, Nean yang panik melihat orang menangis didepannya pun reflek mengusap air mata Eirla.

"Maaf" Singkatnya sambil membersihkan wajah Eirla dari air mata.

Eirla tersenyum, lalu menggenggam lengan Nean, "Kalau begitu sekarang kau mau berteman denganku?" Tanya Eirla memasang wajah memohonnya.

Nean nampak bimbang sejenak, "Aku tidak pernah memiliki teman, tapi dia tidak pernah berbuat salah padaku, dia juga terus terusan datang hanya untuk menjadi temanku selama tiga tahun ini, tidak ada salahnya aku berteman dengannya" Batin Nean.

"Baiklah, mati kita berteman" Jawab Nean kaku, ia tidak tau harus berekspresi seperti apa sekarang.

Mata Eirla berbinar, ia lalu menjabat tangan Nean, "Salam kenal, teman baruku" Ujarnya ceria.

"U-um salam kenal" Jawab Nean dengan wajah kakunya. Dia tidak tau apakah berteman dengan Eirla adalah hal yang bagus, tapi tidak ada salahnya mencoba.

Eirla akhirnya menemani Nean yang tengah melanjutkan latihan pedangnya, meskipun dirinya tidak terlalu tau tentang pedang, tapi dia sangat menikmati menonton Nean yang berlatih.

Nean sesekali melihat kearah Eirla, ia tidak mengerti mengapa Eirla bersikeras mau berteman dengannya, meskipun begitu ia mengabaikan pikiran tidak penting itu dan tetap berusaha fokus dengan latihannya.

"Sejak paman bertunangan dan menikah, ia semakin jarang mengekangku dan menyiksaku, apakah dia benar benar sudah berubah?" Batin Nean sembari mengayunkan pedangnya.

"Tidak, tidak mungkin dia berubah, mungkin saat putranya lahir ia akan menjalankan rencananya, aku tidak boleh lengah" Batinnya lagi.

Perubahan drastis pada sikap Deus setelah mengenalkan Nean ke publik membuat Nean menjadi semakin was was, ia memperkenalkan Nean dengan cerita yang dipenuhi oleh kebohongan. Meskipun begitu, selama tiga tahun semenjak perutunangan dan pernikahannya, Deus yang awalnya selalu keras pada Nean kini mulai mengabaikan Nean, walaupun itu adalah hal yang baik untuk Nean, tapi tetap saja ia merasa ada yang janggal.

Terpopuler

Comments

Secret

Secret

sampul baru ya thor

2023-06-19

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!