Waktu terus berjalan dengan cepat, sudah hampir 2 tahun Glorva tinggal di dunia Novel yang dibacanya.
Kini usianya sudah 12 tahun, saat ia berulang tahun diusianya yang ke-11, ia menyadari bahwa dirinya memiliki sihir elemen cahaya, dimana sihir itu merupakan sihir langka yang hanya dimiliki oleh garis keturunan tertentu.
Glorva menyembunyikan fakta bahwa ia memiliki sihir cahaya, hal itu karna sihir cahaya memiliki kekuatan untuk menghidupkan kembali seseorang yang telah meninggal, namun sebagai konsekuensinya, nyawa si pemilik sihir tersebut akan hilang alias mati. Oleh karna itu pemilik sihir ini sering diburu untuk menghidupkan kembali anggota penting keluarga kerajaan, sehingga pemilik sihir cahaya menjadi langka.
Untuk bisa menghidupkan seseorang yang telah meninggal, pemilik sihir cahaya akan mentransfer mana yang sangat besar ke tubuh orang yang akan dihidupkan, saking besarnya, nyawa dari pemilik sihir akan dikorbankan. Lalu syarat lain dari sihir ini, orang yang akan dihidupkan adalah seseorang yang belum lama meninggal, artinya, jika seseorang itu sudah meninggal selama 24 jam, maka orang tersebut tidak bisa dihidupkan kembali.
"Hei, aku tahu kau bisa menggunakan sihir, coba katakan padaku sihir seperti apa itu?" Tanya Mevin pada Glorva yang tengah membaca buku tentang sihir.
Glorva mengabaikan Mevin disampingnya, ia terus membaca buku tersebut dari halaman demi halaman.
Mevin mendesah pelan, "Aku memiliki rahasia besar, kau mau tau?" Tanya Mevin dengan senyum smirk diwajahnya. Glorva menatap sinis Mevin. "Jangan coba menipuku, bukankah kau sedang menjauhiku? aku tidak penasaran dengan rahasiamu, jadi kau diam saja" Ketus Glorva yang membuat Mevin menggerutu.
"Yasudah aku tidak akan memberitahumu, aku akan pergi ke puncak, kau mau ikut?" Tawar Mevin.
Glorva yang tertarik langsung menutup bukunya, lalu menatap Mevin dengan mata yang berbinar. "Tentu saja! Kita mau berlatih kan? sudah lama kau tidak mau berlatih denganku" Ujar Glorva semangat, pasalnya akhir akhir ini Mevin memang lebih jarang bersamanya, alasannya selalu saja akan melakukan sesuatu yang penting, dan sesuatu yang penting itu tidak pernah diberitaukan kepada Glorva, itulah alasan Glorva kesal karna Mevin seperti menjauhinya.
"Tentu saja tidak, bukankah sampai sekarang aku tidak pernah berhasil mengalahkanmu? Aku seperti orang bodoh" Jawab Mevin santai.
Wajah Glorva memerah, "Ya, kau memang bodoh, seharusnya kau berusaha untuk mengalahkan ku, tapi kau malah menyerah dan menjauhiku. Sudahlah aku berlatih sendiri saja" Kesal Glorva yang pergi meninggalkan Mevin, ia menghentak hentakkan kakinya karna kesal. Disisi lain, Mevin hanya diam dan terus memandang kepergian Glorva dengan ekspresi wajah yang sulit diartikan.
_______________________________________
Setibanya Glorva dipuncak, ia duduk di ujung tebing sambil menatap dua permen yupi yang masih ada dari dua tahun yang lalu. Sedikit demi sedikit, memori masa kecilnya sebagai Glorva didunia ini mulai muncul, ia benar benar bereinkarnasi ke dunia ini dengan nama yang sama sebagai Glorva.
"Ternyata kehidupan ku didunia ini, aku memiliki kedua orang tua yang sangat keren, sayangnya aku tidak bisa lama bersama mereka" Lirih Glorva mengingat kenangannya bersama kedua orang tuanya didunia ini, Ibu dan Ayahnya adalah pasukan kerajaan yang meninggal dalam perang, ayahnya adalah seorang ksatria sedangkan ibunya adalah seorang ahli sihir, Glorva juga mengingat masa masa saat ia dilatih keras oleh ayahnya agar bisa menggunakan pedang.
Glorva tersenyum pilu, "Ternyata aku hilang ingatan sementara karna ingatanku dikehidupan sebelumnya muncul, sekarang aku harus menampung dua ingatan dikehidupan yang berbeda" Batin Glorva, ia melempar lempar batu kecil kebawah tebing.
"Sudahlah, tidak usah memikirkan hal yang rumit, sekarang mari fokus untuk tujuan yang sebenarnya, MISI MENYELAMATKAN NEAN, HUAHAHAHAHA," Teriak Glorva sendiran dengan tawa yang keras.
Glorva beranjak dari duduknya, kemudian ia mulai melatih sihirnya karna dia memang belum menguasai sihir cahaya yang dimilikinya.
"Sihir yang rumit ini, cara cara penggunaannya bahkan tidak tertulis dibuku, bagaimana aku bisa mempelajarinya?!" Keluh Glorva prustasi.
"Mungkin karna sihir cahaya ini langka sehingga jarang ada yang tahu cara penggunaannya, makanya yang tertulis hanya sihir dengan elemen yang sering ditemukan. Kalau begitu tamatlah aku," Lanjutnya lagi, semangatnya yang menggelora tadi padam seketika.
Disaat keputus asaan menyelimuti Glorva, ia mendengar suara tangis anak kecil didekatnya, Glorva pun melangkah perlahan untuk menghampiri asal suara tersebut.
"Aku yakin didunia tidak ada yang namanya setan" Batin Glorva yang terus mengendap endap menghampiri asal suara.
Saat sampai, ia melihat seorang anak kecil dari kejauhan yang tengah duduk sambil menangis memegang lengannya, Glorva shock melihat sekujur tubuh anak tersebut dipenuhi oleh bekas luka. Tanpa pikir panjang, Glorva berlari menghampiri anak tersebut.
Anak kecil tersebut reflek menghusap air matanya karna kedatangan Glorva yang tiba tiba, ia menatap tajam mata Glorva, sedangkan tangan kanannya sudah siap memegang pisau tempur.
Glorva melongo menatap anak kecil yang menatap dirinya tajam
"Jika wajah Mevin sudah tidak manusiawi,
maka wajah bocah ini lebih tidak manusiawi, memangnya boleh anak kecil memiliki wajah sesempurna ini?" Batin Gorva terpana, ia tidak menyadari bahwa anak tersebut sedang bersiap untuk menyerangnya.
Anak tersebut dengan gerakan cepatnya, berhasil mengunci Glorva kedalam serangannya, ia mendekatkan pisaunya ke leher Glorva.
"Hei, jika kau adalah seorang mata mata, maka kau akan mati sekarang juga," Ujar anak tersebut dingin, auranya dipenuhi oleh aura mengancam dan berhasil membuat Glorva bergidik ngeri.
"Mmata ma-ta? Aku kesini karna mendengar suara tangis, untuk apa aku memata matai orang yang menangis?" Jelas Glorva yang berusaha tenang, namun anak tersebut belum juga menjauhkan pisau dari lehernya.
Glorva langsung teringat sesuatu, ia mengeluarkan satu buah permen yupi dikantong celananya. "Ini, aku tidak tahu masih enak atau tidak karna sudah dua tahun, tapi dulu setiap aku menangis, aku selalu memakan ini dan itu lumayan membuatku tenang" Ujarnya sambil menyodorkan sebuah permen yupi.
Anak tersebut menatap ragu benda yang ada ditangan anak tersebut.
"Aku tidak pernah melihat benda aneh itu di dunia ini, apakah itu racun?" Tanya anak itu dingin.
"Racun? Kenapa bocah sekecil ini bisa mempunyai trust issue yang sangat tinggi?" Batin Glorva.
"Huh, harusnya kau mencoba dulu, jika kamu keracunan, kau boleh membunuhku sebelum kau mati kan?" Kesal Glorva.
Anak tersebut sepertinya mulai tertarik, ia menjauhkan pisaunya dari leher Glorva lalu mengambil permen yupi dari tangan Glorva dengan malu malu. Melihat hal itu, Glorva tersenyum senang dan menarik lengan anak itu untuk duduk disebelahnya, mereka berdua akhirnya duduk bersama dibawah pohon besar yang dulu sering digunakan oleh Glorva dan Mevin untuk memanjat.
"Makanlah, setelah itu, kau bisa mengeluh padaku tentang hal yang membuat mu sedih" Ujar Glorva dengan senyum hangat diwajahnya.
Anak tersebut menatap benda aneh ditangannya bingung, lalu memasukan benda itu kemulutnya tanpa membuka bungkusnya terlebih dahulu.
Glorva yang kaget langsung menghentikannya. "Astagaa kenapa kau makan tanpa membuka kulitnya terlebih dahulu?" Ujar Glorva yang berhasil mengambil kembali permen tersebut.
Anak itu menatap Glorva bingung. "Kulit?" Tanya nya polos.
"Pfttt, maksudku adalah bungkusannya ini, setelah ini dibuka, baru kau bisa memakan isinya" Jelas Glorva sambil membuka kulit yupi tersebut, lalu memberikan yupinya kepada anak kecil dihadapannya.
Anak tersebut mengambil yupinya, ia menekan nekan tekstur yupi yang kenyal sebelum akhirnya melahapnya.
Mata anak tersebut berbinar, "Enak" Ucapnya singkat.
Glorva ikut senang melihat wajah anak didepannya yang kembali ceria. "Apakah suasana hatimu membaik? Tanya Glorva memastikan.
"Ya berkatmu, maaf sudah salah paham kepadamu" Ujarnya dengan wajah menyesal.
Glorva reflek mengelus kepala anak kecil didepannya karna tidak tahan dengan keimutan yang dipancarkan oleh anak tersebut. "Itu bukan masalah, yang terpenting saat ini kamu ceria kembali. Oh ya, siapa namamu?" Tanyanya sambil terus mengelus kepala anak tersebut.
"Nean, panggil saja begitu" Ujarnya menunduk.
Glorva langsung menghentikan tindakannya, ia terpatung.
"Ada apa?" Tanya Nean yang bingung dengan perubahan yang terjadi pada Glorva.
Glorva menundukan kepalanya, senyumnya digantikan oleh wajah yang dipenuhi oleh kebencian.
"Nean, siapa yang membuatmu dipenuhi luka seperti ini?"
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Pande Krisna
ceritanya makin seru nihhh, jadi mengingatkan ku pada suatu anime :>
2023-06-04
1