"Itu bukan hal yang harus kamu tau," Jawab Nean dengan nada datar.
Glorva mengangkat kepalanya, menatap wajah Nean dalam. "Kamu benar, mungkin belum saatnya kamu bisa terbuka denganku," Glorva bangun dari duduknya.
"Aku sangat yakin suatu hari nanti kita akan bertemu lagi, dan jika saat itu terjadi, kau wajib memberi tahuku semua tentang dirimu" Ujar Glorva yang menatap lekat wajah Nean didepannya.
"Ah satu lagi, benda yang kau makan tadi, aku masih memilikinya. Aku akan memberikan itu padamu saat kita bertemu lagi. Sampai jumpa, jaga dirimu" Ucap Glorva dengan senyum lebarnya, kemudian ia beranjak dan meninggalkan Nean yang menatap kepergiannya.
"Aneh, apa untungnya dia tahu tentang diriku," Batin Nean, lalu ia mengambil bungkusan kulit yupi dan menatapnya sejenak. "Aku lupa menanyakan namanya," Lanjutnya, lalu ia mengantongi kulit tersebut dan beranjak pergi sambil memegangi lengannya yang kesakitan.
Glorva terus berjalan menuruni bukit dengan wajah sendunya. "Aku tidak menyangka bisa bertemu Nean secepat ini, harusnya aku mengobrol lebih lama dengannya, tapi karna melihat tubuhnya terluka, aku jadi merasa marah dan pergi tanpa mengobatinya, aku memang bodoh" Lirihnya sambil terus berjalan.
Dari kejauhan, ia melihat Mevin yang berlari menggunakan tudung hitam.
"Meviiinnn, kau mau kemana sore soree beginiiiiii!!??" Teriak Glorva yang berusaha mengejar Mevin, tetapi Mevin malah mempercepat larinya dan menghilang begitu saja.
"Hhhhuh, cepat sekali hhh, tenagaku sudahh habishh hh," Ujar Glorva yang menyerah mengejar Mevin.
"Cih, toh dia memang menghindari ku akhir akhir ini, lebih baik aku pulang dan membantu ibu menyiapkan makanan," Sambungnya. Glorva melanjutkan langkahnya pelan pelan karna tenaganya yang sudah menipis.
Setibanya dirumah, ia mendapati Ibu Meden yang tengah membawa kayu bakar untuk dimasukan kedalam rumah.
"Tidak biasanya kau pulang lebih awal Lorva," Sapa Ibu Meden dengan tumpukan kayu bakar di tangannya. Tanpa disuruh, Glorva ikut membantu memasukan kayu bakar tersebut.
"Ibu berkata begitu seolah olah aku selalu pulang larut malam," Jawab Glorva terkekeh.
Ibu Meden kemudian menjitak dahi Glorva pelan. "Ya, kau memang selalu pulang larut dan membuat ibumu ini khawatir," Ujarnya dengan tangan yang berkacak pinggang.
Glorva mengusap usap dahinya sambil memanyunkan bibirnya. "Maaf karna selalu membuat ibu khawatir, tapi Glorva adalah orang yang kuat, jadi tidak mudah untukku terluka" Ujarnya sambil menyengir, Ibu Meden pun menggelengkan kepalanya.
"Merawat anak gadis memang selalu membuat khawatir, sekalipun dia adalah seseorang yang kuat," Ujar Ayah Tenden yang ternyata sudah duduk di kursi untuk melepas penat.
"Tapi bukan berarti kami tidak mempercayai mu, oleh karna itu kami selalu membiarkanmu pergi berlatih hingga larut walaupun hati kami khawatir. Itu karna ayah dan ibu percaya kalau kamu akan kembali dengan selamat," Sambungnya lagi, lalu ia menyirup teh yang sudah disiapkan oleh Ibu.
Hati Glorva tersentuh mendengar ucapan Ayah Tenden, "Aku tidak terbiasa mendengar kalimat seperti ini, padahal mereka hanya orang tua angkatku'' Batin Glorva. Lamunan Glorva saat Ibunya mengusap kepalanya lembut.
"Asal kamu tahu, Ibu dan ayahmu ini benar benar menyayangimu, kamu adalah anak perempuan kami satu satunya, terkadang aku memang sedih karna kamu jarang terbuka dengan kami, tapi sepertinya kamu memiliki alasan untuk melakukan itu, tapi ingatlah untuk selalu mengandalkan kami ya, karna kamu tetaplah anak kecil dimata kami" Ujar ibunya lembut, Glorva yang tak kuasa langsung memeluk ibunya erat, selama ini ia tak pernah menunjukan tangisnya dan selalu mengatasi semua hal sendiri, itulah mengapa orang tuanya merasa bahwa Glorva kurang terbuka dan kurang mengandalkan mereka sebagai orang tua.
"Maaf ibu, aku hanya tidak ingin membuat ibu khawatir, hiks, aku juga tidak mau menjadi anak yang cengeng, tapi sekarang aku menangis karna ibu hiks hiks" Ucap Glorva sambil terus memeluk ibunya erat. Ibu Meden dan Ayah Tenden bertatapan dan tersenyum, ia mengelus punggung Glorva lembut.
"Hei, kamu masih 12 tahun, sudah sewajarnya kan kalau kamu masih cengeng, dari dulu ibu tidak pernah melihatmu menangis lepas seperti ini, justru itu lebih membuat kami khawatir," Ujar ibunya terkekeh.
"Kalian berdua asik sendiri dan melupakan sosok yang ada disini? Tidak ada yang mau memeluk ayah?" Canda ayah Tenden sambil terkekeh.
Glorva menatap ayahnya, lalu memeluknya erat sambil menyengir. "Apakah aku akan mendapatkan buah berry setelah memeluk ayah?" Canda Glorva sambil menatap ayahnya.
"Huh, kau malah bertransaksi" Jawab ayahnya, ketiganya lalu ketawa dengan lepas.
"Sudahlah, Glorva kamu pasti lelah habis berlatih, mandilah dulu, ibu akan menyiapkan makan malam" Suruh Ibunya.
Glorva mengangguk, namun tiba tiba dia ingat tentang Mevin. ''Ibu, Kemana perginya Mevin?" Tanya nya yang membuat kedua orang tuanya saling pandang.
"Mandilah dulu, nanti kami akan menjelaskan sesuatu kepadamu," Suruh ayahnya, yang membuat Glorva mengangguk paham. Ia beranjak menuju kamar mandi sambil menduga duga apa yang akan dijelaskan orang tuanya, mengapa seperti ada sesuatu yang mereka sembunyikan?
Saat Glorva mandi, Mevin datang dengan pakaian lusuhnya. Ia membungkuk kepada orang tuanya sebelum akhirnya beranjak menuju kamarnya, namun langkahnya dicegat oleh panggilan dari ayahnya.
"Sampai kapan kau akan seperti itu Mevin?" Tanya ayahnya, Mevin hanya terdiam menunduk.
"Kau akan terus menghindarinya bahkan saat dia akan pergi?" Tanya ayah nya lagi.
Mevin mengepalkan tangannya, "Sudah kubilang dia tidak akan pergi, aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi," Jawab Mevin meninggikan suaranya, baru kali ini dia bertingkah seperti itu didepan orang tuanya.
Ayah Tenden menghela nafas kasar, "Lalu apa yang akan kau perbuat? Menghindarinya?" Tanya Ayahnya lagi.
"Sudahlah, nanti Glorva mendengar kalian" Ujar Ibu Meden menengahi.
"Hei Mevin, Jawab ayah!" Ujar Tenden meninggikan suaranya, Mevin hanya bisa tertunduk sambil mengepalkan kedua tangannya.
"Kalau Glorva pergi, aku akan ikut dengannya," Jawab Mevin yang masih terus menunduk.
Tenden mengusap kepalanya prustasi, "Kamu serius berkata seperti itu Mevin? Apa yang akan kau lakukan jika ikut bersamanya?" Lanjut Tenden bertanya.
"Apapun itu ayah, setidaknya aku akan terus bersama Glorva, apakah ayah akan membiarkannya pergi sendiri? dia masih kecil ayah!" Jawab Mevin yang kini memberanikan diri menatap ayahnya, tersirat dari matanya bahwa dia bersungguh sungguh dengan perkataannya.
"Mevin, ibu tahu perasaanmu, tapi ini juga demi kebaikan Glorva, tolong mengerti" Sanggah Ibunya dengan nada lembutnya.
Mevin mengusap air matanya, ia berusaha untuk tidak cengeng dan tegar seperti Glorva, terlebih lagi dia anak laki laki. "Tapi apakah ibu dan ayah tidak memikirkan bagaimana jika Glorva yang masih kecil pergi sendirian?" Tanya Mevin dengan nada yang bergetar.
"Aku pergi? Memang aku akan kemana? Ayah? Ibu?" Tanya Glorva yang tiba tiba muncul.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Richie
hadir
2023-06-26
1