11. Perwujudan sempurna roh cahaya

Sudah 3 tahun semenjak Glorva menjalani kehidupannya bersama Jidante, mereka tinggal disebuah bukit dimana bukit tersebut hanya Jidante dan orang atas izin darinya lah yang dapat memasukinya. Bukit tersebut berisi lapisan sihir Jidante yang sangat tebal hingga tak ada manusia yang bisa memasuki kawasan tersebut, bahkan terlihat pun tidak.

Saat ini Glorva sudah hampir menguasai penuh sihir cahayanya, bahkan ilmu pedangnya sudah terbilang sangat pro untuk anak seusianya, itu semua ia dapati dari latihannya yang sangat keras. Tapi hanya satu hal yang belum ia kuasai, yaitu sihir Tapak Cahaya, dimana sihir tersebut adalah satu satunya sihir cahaya yang dapat melakukan penyerangan hebat berupa kilat cahaya, tak hanya itu, menguasai sihir Tapak Cahaya juga dapat membuat penggunanya bisa menggunakan sihir Penukaran jiwa, dimana sang pengguna bisa menukarkan jiwanya untuk menghidupkan kembali orang yang sudah mati.

"Ukhh" Ringis Glorva saat lukanya dibersihkan oleh Jidante.

"Kali ini kecerobohan apa yang kau buat hingga bahumu bisa terluka begini" Tanya Jidante yang masih sibuk membersihkan luka Glorva.

"Hanya hal kecil" Jawab Glorva singkat, ia menggigit bibirnya untuk menahan perih.

Saat luka Glorva selesai dibersihkan, Jidante langsung menggunakan sihir penyembuhan pada Glorva, "Alasan mu selalu itu, tapi yang kulihat lukamu selalu besar" Decih Jidante membuat Glorva hanya menyengir.

"Aku bosan di tempat yang tidak ada orang ini, jadi saat habis berlatih, aku pergi bermain dengan para hewan, mereka hanya belum terbiasa jadi mereka mencakarku" Jelasnya santai.

"Para hewan? Aku harap kau tidak akan mengatakan kalau itu adalah hewan buas seperti singa" Ujar Jidante yang masih mengerahkan sihir penyembuhan di bahu Glorva.

"Waah mantan ahli sihir memang hebat, bahkan kau sudah tahu sebelum aku menyebutnya" Kekeh Glorva yang sengaja memancing gurunya.

Jidante menghela nafasnya, "Jika kau terluka karna hal konyol seperti itu lagi, aku tidak akan menyembuhkan mu, kau paham itu" Ujarnya memperingati, lalu beranjak setelah selesai mengobati luka Glorva.

Glorva pun ikut beranjak untuk melanjutkan latihannya, selama tiga tahun ini ia hanya menjalani kegiatannya yang monoton, yaitu latihan, latihan, dan latihan, paling ia akan bermain bersama para hewan di hutan untuk mengusir rasa kesepiannya.

"Kakek, aku akan pergi melanjutkan latihanku, sampai jumpa" Teriaknya, ia pun mengambil pedang besinya untuk berlatih di atas bukit.

"Yosh, 2 tahun lagi aku akan masuk ke akademi dan bertemu Nean, jadi aku harus bertambah kuat secepatnya" Batin Glorva dengan semangatnya yang menggebu gebu.

Usia Glorva kini sudah 15 tahun, itu artinya ia akan memasuki akademi disaat usianya 17 tahun.

"Dimasa ini pasti Nean menjadi lebih dekat dengan Eirla, si tokoh utama wanita. Huft sedikit menyakitkan jika melihatnya jatuh cinta dengan wanita lain" Batin Glorva sambil terus mengayunkan pedangnya.

"Tapi di dalam cerita, cinta Nean bertepuk sebelah tangan dan dirinya berakhir dengan tragis, haruskah aku membantu hubungannya dengan Eirla? Itu terlalu menyakitkan untukku" Batinya lagi, Glorva terus mengayunkan pedang dengan hati yang bimbang.

Glorva berhenti dan memukul pipinya keras, lalu menggelengkan kepalanya, "Tidak tidak, aku tidak boleh melibatkan perasaanku, yang harus aku lakukan adalah menyelamatkan Nean dan membuatnya bahagia bersama perempuan pilihannya, ya itu tujuanku dari awal" Ujarnya pada dirinya sendiri.

"Hei, kenapa kau berdiam diri?" Teriak Jidante dari kejauhan, ia menghampiri Glorva yang tengah melamun.

Glorva pun menoleh ke sumber suara, ia tersenyum melihat Jidante yang datang, "Apakah hari ini kita akan berlatih bersama?" Tanya Glorva sumrigah.

"Ya, kebetulan aku tidak ada kerjaan" Jawabnya.

"Kalau begitu ajarkan aku sihir Tapak Cahaya" Ujar Glorva yang membuat Jidante memasang wajah tidak sukanya. Setiap Glorva meminta Jidante mengajarinya sihir Tapak Cahaya, Jidante selalu marah dan beralasan bahwa sihir itu berbahaya.

"Sampai kapanpun aku tidak akan membiarkan mu mempelajari sihir itu, berapa kali sudah kukatakan bahwa sihir itu bisa merenggut nyawamu" Marah Jidante.

Glorva yang awalnya memasang wajah semangatnya, kini kembali murung setelah mendengar perkataan Jidante, "Aku tau, tapi aku harus mempelajari sihir itu, waktuku tidak banyak lagi" Ujar Glorva.

"Aku mohon, tujuanku berlatih keras hanya untuk itu, semua akan sia sia jika aku tidak bisa menggunakan sihir Tapak Cahaya" Lanjutnya lagi sambil memohon.

Jidante menghela nafas, ia sangat prustasi sekarang, "Apapun yang kau katakan, aku tidak akan mengizinkanmu menggunakan sihir itu" Tegasnya.

"Kau lupa? Tujuanmu mengasingkan diri agar tidak tertangkap oleh pasukan istana, itu karna supaya kau tidak memakai sihir itu, kau tidak memikirkan keluargamu?" Lanjutnya lagi dengan raut wajahnya yang marah.

Mendengar hal itu, Glorva seperti ditampar oleh kenyataan, ia tiba tiba mengingat ibu, ayah, dan Mevin yang masih menunggunya dirumah, "Kakek benar, maaf" Ujarnya, lalu beranjak pergi dengan pikiran kacau, ia melangkahkan kakinya menuju danau dan meninggalkan Jidante.

Jidante hanya menghela nafasnya sambil menatap kepergian muridnya, "Aku hanya tidak ingin kau berakhir seperti ibumu" Lirih Jidante.

...----------------...

Glorva duduk ditepi danau hingga hari semakin gelap, ia terus melempar kerikil kedalam danau dan mengabaikan hatinya yang gelisah.

"Meskipun mereka bukan orang tua kandungku, tapi mereka sangat menyayangiku seperti putri kandungnya, apa yang akan mereka rasakan jika melihatku mengaktifkan Tapak Cahaya hanya untuk mengorbankan nyawa demi orang lain? Mevin pasti sangat marah hahaha" Lirih Glorva dengan tawa sumbangnya, entah berapa banyak kerikil yang sudah ia lempar.

"Tapi Nean bukanlah orang lain untukku" Lanjutnya, "Ini sudah 3 tahun, sepertinya tidak akan masalah jika aku kembali kerumah, setidaknya aku akan menghabiskan sisa waktuku bersama mereka sebelum aku pergi ke akademi untuk menyelamatkan Nean" Lirihnya lagi.

Glorva baru menyadari bahwa ia hanya disinari oleh cahaya bulan, ia jadi tidak bisa kembali pulang karna didalam hutan sangat gelap.

"Ah, bukankah aku bisa memanggil para roh cahaya, aku melupakannya selama tiga tahun terakhir, padahal aku sudah bilang akan memanggilnya saat kita hanya berdua, ini adalah kesempatanku''

Glorva lalu mengingat bagaimana saat ia bisa memanggil ribuan para roh cahaya tiga tahun yang lalu, karna ia sudah lebih menguasai sihirnya, ia kini lebih mudah untuk mengendalikan energinya.

Glorva memejamkan matanya, semua energi sihir yang ia kumpulkan sudah terpusat dan tubuhnya menghangat dengan cepat, saat ia merasa sudah berhasil, ia membuka matanya, namun yang ia temukan bukanlah roh cahaya seperti yang ia temui tiga tahun yang lalu.

"S-siapa? Kau penunggu danau ini? Maaf kalau aku mengganggu" Kaget Glorva yang reflek menjauhkan dirinya dari seorang wanita dengan rambut panjang emas yang terurai.

Wanita itu tampak tertawa, Glorva terpana melihat kecantikan wanita dihadapannya, "Maaf kalau aku menakutimu, tapi bukankah kamu yang memanggilku kemari?" Ujar wanita itu dengan memamerkan senyumnya yang manis.

Glorva menaikan satu alisnya, ia menatap intens wanita cantik dihadapannya, wanita dewasa dengan kulit putih cerah, bulu mata lentik yang berwarna emas, dan yang lebih membuat Glorva terpana adalah rambut panjangnya yang berwarna emas cerah, wanita itu seperti Dewi.

"B-bagaimana aku bisa memanggil Dewi seperti mu, s-sepertinya kau salah sambung" Jelas Glorva dengan gagap.

Lagi lagi wanita itu tertawa, bahkan lebih kencang dari sebelumnya, "Hahaha maaf maaf, tapi kau sangat lucu jadi aku tidak bisa menahan tawaku" Ujarnya, "Salah sambung? Apa itu hahaha" Lanjutnya lagi sambil terus tertawa.

Glorva yang melihat wanita di hadapannya tertawa pun menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia juga ikut terkekeh, "Lalu, siapa kamu?" Tanya Glorva, wanita tersebut lalu menarik nafasnya agar tawanya berhenti.

Wanita tersebut menaruh tangan kanannya di dada, lalu menundukkan kepalanya untuk menyapa, "Lama tidak bertemu Glorva, aku adalah roh cahaya yang kamu panggil, namaku adalah Theia Aprhodine, pemimpin para roh cahaya dan penguasa cahaya" Sapanya yang membuat Glorva menganga lebar.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!