2. Tujuan Baru

Pagi pagi sekali Glorva sudah bangun dari tidurnya, bergegas mengganti pakaiannya yang menurutnya nyaman digunakan untuk berlatih pedang. Glorva juga mengikat setengah rambutnya yang pendek agar tidak terlalu mengganggu saat ia berlatih.

Saat selesai dengan persiapannya, Glorva langsung keluar dari kamarnya, yang ia lihat hanya Ibu dan Ayah Mevin yang tengah bersiap untuk pergi ke ladang.

"Glorva? kamu mau berlatih jam segini lagi? Bukankah ibu sudah bilang berlatih diluar saat masih gelap itu berbahaya" Tegur ibu yang tengah memakai sarung tangan.

Mendengar istrinya, Tenden langsung menoleh ikut menatap Glorva yang menyengir didepan kamarnya.

"Haha dia benar benar mirip seperti Danian dan Davia. Sudahlah biarkan saja, toh matahari sebentar lagi akan muncul" Ujar Tenden yang terkekeh.

Glorva pun langsung berbinar mendengar ucapan ayah Tenden yang dipihaknya.

"Benar, Ibu dan Ayah tidak perlu khawatir, karna aku dan Mevin akan pulang dengan selamat seperti biasanya, aku juga berjanji akan melindungi Mevin" Ujar Glorva dengan penuh keyakinan, membuat kedua orang tua didepannya menggeleng terkekeh.

"Baiklah baiklah, jangan sampai terluka ya, ibu sudah menyiapkan makanan untuk kalian, bawalah bekal untuk berlatih nanti" Ucap Ibu Meden mengingati.

"Kalau begitu ibu dan ayah berangkat dulu, saat ibu kembali ibu tidak ingin melihat ada yang terluka" Tambah Ibu Meden lagi sebelum akhirnya ia dan suaminya beranjak pergi ke ladang.

Glorva hanya membungkuk memberi salam sekaligus mengantar kepergian ayah Tenden dan ibu Meden. "Maaf ibu, tapi mustahil jika berlatih pedang tidak terluka" Batin Glorva yang tengah beranjak ke kamar Mevin untuk membangunkannya.

Sesampainya dikamar Mevin, Glorva menghembuskan nafasnya kasar melihat Mevin yang masih tertidur pulas dengan wajah polosnya.

Glorva mendekati ranjang Mevin, "Meviin bukankah kita sudah berjanji untuk pergi latihan pagi pagi, ayo bangun" Ujar Glorva sambil memisahkan Mevin dari selimutnya.

"Beri aku waktu sebentar lagi Glorva" Ucap Mevin dengan mata yang masih tertutup.

Glorva mendesah pelan, "Apa boleh buat, aku akan pergi berlatih sendiri, sampai jumpa" Ujarnya

Mendengar hal itu, Mevin langsung loncat dari ranjangnya, ia mengijapkan matanya untuk menghilangkan rasa kantuk yang tersisa. "Tentu saja kita akan pergi berdua! Tunggu aku akan ganti bajuku sebentar" Ujar Mevin semangat.

Glorva terkekeh melihat tingkah Mevin, ia langsung beranjak keluar kamar dan membiarkan Mevin mengganti pakaiannya.

Tak lama menunggu, Mevin keluar dengan membawa pedang kayu ditangannya, tak lupa juga ia membawa tas kecil berisi pisau tempur untuk berjaga jaga.

"Ketampanan anak kecil didunia ini memang tidak manusiawi" Batin Glorva yang terpana melihat ketampanan dari tampang polos wajah Mevin.

"Ayo, Kita akan berjalan cukup jauh hari ini, jangan sampai mengeluh" Peringat Mevin pada Glorva. Glorva hanya mendecih dan melangkah mengikuti Mevin keluar dari rumah.

Matahari yang belum muncul membuat suasana diluar masih terasa dingin dan gelap, tapi itu tak membuat semangat Glorva yang membara redup, ia berjalan dengan meloncat loncat kecil sambil bernyanyi pelan, berbeda dengan Mevin dibelakannya yang melangkah lamban karna masih menggigil kedinginan.

"Glorva, bisakah kau pelan pelan? Aku mulai kehabisan nafas" Rengek Mevin dengan wajah kelelahan.

"Hahaha tadi yang melarangku untuk tidak mengeluh siapa ya?" Ejek Glorva pada Mevin, membuat Mevin merasa malu karna menelan omongannya sendiri.

Karna tak tega melihat Mevin yang kelelahan, Glorva mengajak Mevin untuk istirahat sejenak, wajar saja Mevin merasa kelelahan karna sudah mendaki bukit cukup lama, hari ini mereka berdua memang berencana untuk berlatih di atas bukit.

Matahari mulai memunculkan sedikit sinarnya, Glorva dan Mevin duduk dibawah pohon apel sambil menyenderkan punggung mereka.

Sepanjang perjalanan, Glorva terus memikirkan Nean, ia sangat ingin melihat wajah kecil Nean secara langsung, karna selama ini ia hanya bisa membayangkan wajahnya melalui gambaran yang dituliskan dalam novel.

"Jika alur cerita pada novel Sinar Bulan Sabit benar benar terjadi, maka aku harus berlatih lebih keras lagi untuk menyelamatkan Nean, ceritanya akan dimulai saat mereka memasuki akademi, jadi aku masih punya waktu 7 tahun untuk berlatih" Batin Glorva sambil menggenggam erat pedang kayu ditangannya.

Glorva mengeluarkan sesuatu dari saku celananya.

"Meskipun begitu, masa sekarang pasti masa masa tersulit Nean kecil karna harus menghadapi tekanan dari keluarganya, huff andai aku bisa menemuinya sebentar hanya untuk menghiburnya" Batin Glorva lagi, memandangi dua buah permen yupi ditangannya yang entah kenapa bisa ikut terbawa di dunia ini.

"Aku harap didunia ini ada yang memproduksi permen yupi" Lirih Glorva.

Mevin yang sedari tadi memejamkan matanya mulai sadar melihat Glorva yang sedari tadi hanya terdiam. Melihat Glorva yang tidak seperti biasanya, ia langsung beranjak bangun.

"Ah maaf, padahal kamu sangat ingin berlatih tapi aku malah kelelahan dan membuang waktu, matahari sudah mulai kelihatan, jadi ayo kita lanjut berjalan" Ajak Mevin pada Glorva, dengan cepat Glorva memasukan kedua permennya kedalam saku, lalu beranjak berdiri dan melanjutkan perjalanan mereka.

Glorva membuang semua pikiran sedihnya tentang Nean, Ia bertekad akan menjadi orang kuat agar kisah pilu yang menimpa Nean tidak akan pernah terjadi, itulah yang membuat dirinya semangat berlatih seperti saat ini.

Glorva berkali kali mengenai pedang kayunya ketubuh Mevin, walaupun ia tidak pernah ingat bahwa dirinya pernah belajar berpedang, namun tubuhnya sangat lincah seolah olah sudah terbiasa, padahal dia hanya anak kecil yang berusia 10 tahun.

Mevin kembali tersungkur ketanah, keringat nya sudah bercucuran, belum lagi matahari yang mulai terik membuatnya semakin gerah.

"Lagi lagi aku kalah, hhh sepertinya-hhh aku bukan lawan tandingmu lagi-hhh'' Ujar Mevin terengah engah, ia menyenderkan punggungnya disebuah pohon besar, pelan pelan ia mengatur nafasnya lalu meminum air yang sudah ia bawa dari rumah.

Matahari sudah berada tepat diatas, dan

mereka sama sekali belum istirahat. Glorva ikut bersender disebelah Mevin, ia juga meminum air dan meneguknya dengan cepat.

"Mari kita makan siang, setelah itu kita lanjutkan berlatihnya" Tawar Glorva dengan semangatnya yang masih penuh, ia lalu membuka bungkusan kain yang membalut bekal makan siang mereka lalu melahapnya dengan cepat.

Mevin melongo melihat semangat yang dimiliki oleh Glorva, "Bukankah kamu selalu menang saat melawanku, bahkan aku daritadi tidak pernah menang, jadi untuk apa kita berlatih lagi" Ujarnya lesu, ia langsung mengambil kotak makannya dan ikut makan dengan lahap.

"Menang melawan mu bukan berarti aku harus berhenti berlatih, itu tidak akan membuatku berkembang" Jawab Glorva sambil mengunyah makanan dimulutnya.

"Aku tahu, tapi bukankah jika kamu terus berlatih dengan orang sepertiku, perkembanganmu hanya sampai disitu saja? maksudku kamu harus berlatih dengan orang yang lebih kuat untuk mendapatkan hasil yang lebih memuaskan, aku terlalu lemah untuk menjadi lawanmu, aku khawatir kamu tidak akan berkembang karna terus berlatih denganku" Sahut Mevin cemberut, disatu sisi ia ingin terus berlatih dengan Glorva, tapi disisi lain ia juga sangat lemah untuk membantu Glorva menjadi kuat.

"Aku tidak tahu apa tujuanmu ingin menjadi kuat, tapi aku bisa meminta ibu untuk mencarikan mu guru untuk berlatih. tapi-" Mevin memotong ucapannya.

"Tidak mau, jika mencari guru, sudah pasti aku harus pergi dari rumah dan keibu kota untuk berlatih bukan? Itu tanda nya aku akan meninggalkan mu dan semuanya disini kan?" Tolak Glorva yang masih tetap asik mengunyah makanannya.

"Ba-bagaimana kamu bisa tau? Aku tidak pernah memberi taumu? Apakah ayah yang mengatakannya?" Tanya Mevin.

Glorva menatap Mevin sejenak, lalu lanjut memakan makanannya. "Tentu saja aku tahu, sebagaian besar tentang dunia ini, dan yang akan terjadi kedepannya, aku yang lebih mengetahuinya karna aku yang membaca cerita novelnya" Batin Glorva.

Glorva menghentikan makannya, lalu menggenggam kedua tangan Mevin.

"Seperti yang kau katakan, seseorang akan menjadi kuat jika melawan orang yang kuat. Karna saat ini aku lebih kuat darimu, maka lawan lah aku hingga kamu menjadi lebih kuat dan mampu mengalahkanku, dengan begitu kita bisa bertarung dengan serius nanti. Aku tidak akan meninggalkan mu hanya karna saat ini kamu masih lemah" Ucap Glorva yang penuh keyakinan.

Mendengar perkataan dari Glorva, mata Mevin berkaca kaca menahan tangis, "Hiks, bagaimana orang yang lebih kecil dariku bisa lebih dewasa, huaaaa" Tangis Mevin pecah, ia lantas memeluk Glorva sambil terus menangis kencang.

Glorva membalas pelukan Mevin, mengusap usap pelan punggungnya agar bisa menenangkannya. "Lebih kecil apanya, walaupun badanku terlihat seperti itu, tapi jiwaku ini adalah seseorang yang sudah hampir beranjak dewasa tau" Batin Glorva.

Terpopuler

Comments

vina

vina

namanya juga fiksi va

2023-06-27

1

Secret

Secret

Mevin lucu bgt ><

2023-06-16

1

Pande Krisna

Pande Krisna

seruu banget ceritanyaaa

2023-06-03

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!