Akh!!
Glorva tersungkur saat sihirnya gagal dikendalikan, ia kemudian tidur terlentang dengan nafas ngos ngosan.
"Tidak kusangka memunculkan cahaya saja sesulit ini" Keluh Glorva dengan nafas yang masih ngos ngosan.
Jidante yang sedari tadi hanya memperhatikan latihan Glorva terkekeh, "Itu karna kau kurang memperhatikan satu hal" Jelasnya memberi tahu, "Kau terlalu fokus mengalirkan energi ketanganmu tanpa membayangkannya" Jelasnya lagi.
"Maksudnya?" Tanya Glorva bingung, ia kemudian berdiri dan menghampiri Jidante.
"Alirkan energi ke tanganmu sambil membayangkan cahaya itu menyala di telapak tanganmu" Ujar Jidante memberi tau, tanpa menunggu lama, Glorva mulai mempraktekkannya.
Glorva memejamkan matanya, ia fokus mengalirkan energinya dan membayangkan cahaya seperti yang diperintahkan oleh Jidante. Rasa panas mulai menyelimuti telapak tangannya, namun perlahan rasa panas itu menghilang digantikan dengan rasa hangat, ia kemudian membuka matanya.
"Akhirrnyaaa!!! Lihatt aku berhasil" Teriaknya gembira saat cahaya kecil muncul ditelapak tangannya.
Jidante pun tersenyum melihat perkembangan Glorva, "Yah kuakui kau cukup hebat karna berhasil memunculkan cahaya kecil dalam waktu setengah hari" Ujarnya memuji, "Tapi kau akan kuakui jenius jika bisa memunculkannya tanpa memejamkan matamu" Lanjutnya lagi.
"Tanpa memejamkan mata? Maksudmu aku harus membayangkannya tanpa menutup mata, bukankah itu sulit?" Ucap Glorva ragu.
"Tidak ada yang mudah, terlebih lagi sihir cahaya, itu sebabnya kau harus berlatih. Berusahalah sampai sore nanti, aku akan berburu untuk makan malam. Saat aku tiba, aku harap kau sudah berhasil" Ujar Jidante, kemudian ia pergi meninggalkan Glorva yang melongo sambil mempertahankan sihir yang masih menyala di tangannya.
"Baiklah, tantangan diterima! Aku harus bisa" Ujarnya semangat, ia kemudian mencoba hal tersebut berulang kali, jika Glorva salah sedikit saja dalam mengendalikan energinya, dia bisa saja terpental dan batuk darah, bahkan yang lebih fatal ia bisa pingsan selama berhari hari, Oleh karna itu, Glorva lebih memfokuskan untuk menguasai pengaliran energi tubuhnya.
Glorva menarik nafasnya, ia mulai mengalirkan energi tubuhnya dan mengumpulkannya ketangan, namun suara hewan yang lewat membuat fokusnya buyar dan membuatnya terpental lagi, berkali kali ia terpental hingga batuk darah.
"Jika fokusku mudah hilang saat mengendalikan energi, itu akan sangat berbahaya" Batinnya sambil mengusap darah dibibirnya. Baju yang ia kenakan sudah dipenuhi oleh tanah, rambut putihnya yang pendek juga ikut kotor.
''Yang bermasalah adalah fokusku, aku tidak akan bisa mengendalikan energi jika fokusku mudah goyah" Ujarnya pada diri sendiri, kemudian ia mencari batu yang bisa diduduki, setelah ketemu, ia kemudian duduk bersila dan mulai memejamkan matanya, ia mengatur nafasnya pelan sambil membayangkan satu titik di pikirannya, pada awalnya banyak gangguan, namun semakin lama, ia berhasil mengosongkan pikirannya dan hanya membayangkan satu titik tersebut tanpa hilang.
Lama Glorva berlatih fokus, sampai ia tak berasa bahwa hari mulai gelap. Saat ia merasa berhasil, ia membuka matanya, lalu mengendalikan energi dan mengumpulkannya ketangan dengan cepat. Dan benar saja, latihan fokusnya membuahkan hasil, energinya terkumpul dengan cepat, selanjutnya ia mulai membayangkan cahaya yang hidup ditelapak tangannya tanpa membuka mata, dan sesuai harapan, ia berhasil.
"Hahhhh sudah kuduga yang bermasalah fokusku! Aku tidak sabar menunjukannya pada Kakek" Girang Glorva, kemudian ia menyadari bahwa hari akan gelap, melihat dirinya yang penuh dengan tanah, ia memutuskan untuk pergi ke sungai terdekat dan membasuh dirinya.
"Huh aku harus memanjangkan rambutku agar bisa mengikatnya" Keluh Glorva pada rambutnya yang lumayan mengganggunya saat berlatih, Ia kemudia mengambil pakaian gantinya didalam tas bawaanya dan beranjak pergi menuju sungai.
Saat ini Glorva dan Jidante masih hidup nomaden didalam hutan, itu karna tempat tujuan mereka masih jauh dan masih membutuhkan waktu satu bulan untuk sampai disana, tempat itu adalah tempat tinggal Jidante.
...----------------...
Disisi lain, Nean yang masih dikurung memakan makanannya dengan lahap, dalam waktu satu hari ini, ia baru diberi makan satu kali oleh pelayannya, dan itupun makanan sisa.
Saat Nean sedang makan, pintu besar yang menguncinya terbuka, menampilkan sosok yang sangat familiar baginya.
"Dia akan mencambukku lagi" Batin Nean yang sudah menyiapkan hati dan tubuhnya untuk menerima rasa sakit yang akan ia dapatkan.
Pletakk! Ujung cambuk tersebut berhasil mengenai lengan Nean yang terluka. Nean menutup mulutnya menahan sakit.
Pletakkkk!!
Cambuk tersebut kemudian mengenai punggung Nean, kemudian kakinya, perutnya, hingga lehernya. Nean masih berusaha menutup mulut menahan teriakan karna kesakitan yang luar biasa, lengannya yang terluka kembali mengeluarkan banyak darah.
"Kenapa kau keluar rumah? Apakah kau mau menunjukan sosokmu kedunia? Bukankah sudah ku peringati untuk tidak menampakkan diri keluar?!!" Teriak Deus, kemudian mencambuk Nean dengan keras.
Nean tak menjawab, ia seperti akan kehilangan kesadaran karna sakit yang diterima, ia duduk meringkuk menahan tangisnya.
"Arghh! Awas saja jika kau berani melangkahkan kakimu keluar, tidak ada harapan untukmu hidup lebih lama" Ancam Deus, lalu melempar cambuk yang ia gunakan tadi dan kembali mengunci Nean.
Kegelapan kembali menyelimuti, Nean menatap benci punggung pamannya.
"Aku akan membalasnya" Ujarnya, lalu ia kehilangan kesadaran akibat sakit yang luar biasa ditubuhnya.
...----------------...
Glorva yang asik berendam di sungai mulai merasa aneh, hatinya tiba tiba sakit dan tanpa sadar ia menangis.
"Lagi lagi aku teringat Nean, dia pasti masih terkurung" Batinnya, "Ah sudah gelap, aku harus kembali pada Kakek" Sadarnya, ia kemudian bangkit dan menyelesaikan mandinya. Saat akan menuju tempat peristirahatannya, ia tak bisa menemukan jalan karna gelapnya malam, ia lupa bahwa selama ini Jidante selalu menggunakan sihir cahayanya untuk meneranginya, dan sekarang ia terpisah dari Jidante.
"Huaaa kakek pasti menungguku, cahaya ini terlalu kecil untuk menerangi jalan" Keluh Glorva saat sihir cahayanya tidak berfungsi untuk menerangi jalan agar ia bisa kembali.
Glorva berusaha menenangkan dirinya, "Jika ini kecil, maka aku harus bisa membuatnya besar'' Batinnya.
Glorva kemudian memfokuskan pikirannya, lebih dalam, lebih dalam, dan lebih dalam hingga badannya terasa sangat panas, saat energi yang cukup besar sudah terkumpul, ia kemudian memindahkannya ke telapak tangan sambil terus mengalirkan energi, selanjutnya ia membayangkan cahaya besar yang terbang ditangannya, dan Dip! Ribuan kunang kunang bercahaya muncul di hadapannya.
Glorva melongo, "Sepertinya ini bukan yang aku bayangkan, padahal aku membayangkan cahaya seukuran bola voli seperti milik kakek" Gerutunya menatap ribuan kunang kunang bercahaya tersebut, lama ia terdiam, ia kemudian menyadari bahwa sinar yang dipancarkan oleh kunang kunang tersebut jauh lebih besar daripada sinar yang dipantulkan oleh bola cahaya Jidante.
"Ini bagus, aku bisa melihat jalan. Baiklahh,, mari tunjukan aku jalan wahai mahluk kecil" Ujarnya sambil mengikuti para kunang kunang tersebut.
Jidante yang resah karna tak menemukan Glorva tiba tiba melihat sesuatu yang terang berjalan mendekat, ia kemudian menganga melihat ribuan roh cahaya terbang berkeliaran, saat Glorva muncul ditengah tengah para roh cahaya, Jidante hampir kehilangan nafasnya karena shock.
"Glorva, sekarang apa lagi yang akan kau tunjukan" Batin Jidante dengan wajahnya yang masih melongo.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
Secret
DEUS SIALAN! KASIAN NEAN OY
2023-06-17
1
krisyan
ditunggu kelanjutan ceritanya ya thorr
2023-06-17
1