9. Roh cahaya yang kecil

"Kakeekkk!!!" Teriak Glorva yang menyadari Jidante berdiri tak jauh didepannya.

"Bagaimana kau bisa memanggil mereka?" Tanya Jidante yang masih melongo melihat fakta bahwa roh cahaya benar benar ada dihadapannya, bahkan dengan jumlah yang sangat banyak.

"Mereka? Apakah maksudnya para kunang kunang ini?" Ujar Glorva memastikan.

Mendengar Glorva memanggil roh cahaya dengan sebutan kunang kunang membuat Jiante mematung shock, "K-kau? Menyebut roh cahaya seperti itu?" Kaget Jidante, seluruh tubuhnya seperti akan melemas.

"Bahkan aku saja tidak bisa memanggil roh cahaya'' Batin Jidante.

"Roh cahaya? Apakah itu hal yang luar biasa?" Tanya Glorva memastikan dengan mata berbinarnya.

Ctakk!

Jidante menyentil kening Glorva hingga ia meringis.

"Hufff, mari kita duduk dan aku akan menjelaskannya" Ajaknya, lalu ia duduk dibatang kayu dengan api unggun didepannya.

Glorva yang mendecih pun berjalan mengikuti sembari mengusap keningnya yang disentil. Ribuan roh yang ia panggil juga mengikutinga membuat Jidante menghela nafas kesekian kalinya.

"Setidaknya kau memulangkan mereka terlebih dahulu, apakah kau akan terus terusan membawa ribuan para roh?" Ujarnya sambil memijat keningnya prustasi.

Glorva tersadar bahwa dirinya juga tidak tahu bagaimana cara memulangkan para roh yang sudah ia panggil.

"Anu, aku tidak tau cara memulangkannya'' Sahutnya pelan, ia menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.

"Anu? Apa itu Anu?" Heran Jidante yang baru pertama kali mendengar hal asing ersebut.

Glorva terperangah, lagi lagi ia keceplosan membawa bahasa dari kehidupan sebelumnya.

"Tidak, aku hanya asal sebut" Jelasnya gelagapan, "Jadi aku harus bagaimana?" lanjutnya mengalihkan pembicaraan.

Jidante membuang nafasnya pelan, "Aku tidak pernah memanggil roh cahaya, bahkan ini pertama kalinya aku melihat roh cahaya" Jelasnya.

Glorva menaikan satu alis, memasang wajah tidak percayanya, "Bukankah kau seorang ahli sihir? Kau juga punya elemen cahaya bukan?"

Jidante mengangguk.

"Aku memang memiliki sihir elemen cahaya, tapi aku hanya bisa menggunakan 10% nya saja, dan elemen sihir utamaku adalah sihir kegelapan" Jelasnya.

Glorva yang mendengarkan fakta itu merasa familiar, "Ah jadi dia sang kegelapan yang sangat sakti itu, dia sempat muncul didalam cerita saat perang kerajaan yang hampir menewaskan Wivon, putra mahkota. Tapi bukankah dia memiliki patner? Ah benar, patner nya adalah ahli sihir yang dijuluki penguasa cahaya" Batin Glorva setelah mengingat isi novel yang ia baca.

"Jadi kau sang kegelapan itu, jika tidak salah, apakah ibuku adalah partnermu dulu? Dia sang penguasa cahaya kan?" Ujar Glorva memastikan, ia mulai mengetahui sedikit demi sedikit bongkahan puzzle yang berserakan.

Jidante menatap Glorva, tiba tiba matanya seperti memancarkan rasa bersalah dan kesedihannya sekaligus, ''Itu benar, aku bisa menggunakan sedikit elemen cahaya karna ibumu, kegelapan dan cahaya adalah dua hal yang tidak bisa disatukan, tapi karna ibumu, kedua sihir itu bisa menjadi dua hal yang saling melengkapi" Jelasnya, ia menatap langit gelap mengingat kenangannya dulu bersama murid jeniusnya, Davia.

"Itu benar, cahaya akan kehilangan perannya jika tidak ada kegelapan, dan kegelapan akan selamanya menjadi gelap karna tidak ada cahaya" Sahut Glorva.

"Sudah kuduga ibuku adalah orang yang hebat, aku bangga lahir darinya" sambungnya lagi, ntah bagaimana Jidante yang mendengarkan ucapan Glorva jadi terkekeh.

"Yah kau memang mirip dengannya, terlebih lagi sikapnya yang asal asalan" Kekehnya.

"Huh, tapi kenapa orang sehebat dirinya bisa gugur dalam perang ya'' Lirih Glorva yang membuat Jidante kaget.

Jidante yang mengetahui fakta yang disembunyikan dari dunia pun merasa sangat bersalah, ia dipenuhi oleh kegelisahan saat Glorva menyinggung tentang ibunya, Davia.

Melihat Jidante yang hanya terdiam, Glorva berusaha mencairkan suasana, ''Aku salah, dia gugur karna sudah berhasil menjalankan tugasnya dengan baik, bukankah itu hal yang keren?" Ujar Glorva dengan senyum di wajahnya, ia memandang para roh cahaya yang berterbangan menerangi kegelapan.

Jidante tersenyum, "Hah aku kalah dewasa dengan anak sekecilmu" Kekehnya, "Lalu, bagaimana kau akan mengatasi para roh ini?" Sambungnya yang melihat para roh masih berterbangan.

Glorva juga sedang memikirkan cara untuk mengembalikan para roh yang dipanggilnya, "Apa aku cukup membayangkan mereka hilang?" Batinnya, lalu ia memejamkan matanya dan mencoba mebayangkan para roh tersebut menghilang.

Tak lama kemudian, ia membuka matanya perlahan, "Huff masih berterbangan" Keluhnya saat melihat para roh masih berkeliaran disekitarnya.

Jidante hanya mengamati gerak gerik Glorva, "Dulu Davia juga pernah memanggil para roh cahaya, tapi aku lupa bagaimana ia memulangkannya" Batin Jidante, tapi tak lama kemudian ia teringat sesuatu.

Jidante mendekati salah satu roh, saat ia mengamati, roh tersebut nampak seperti peri yang sangat kecil dengan sayap yang bercahaya. Jidante melihat mulut roh tersebut bergerak, namun ia tak dapat mendengarnya.

"Glorva, coba kau amati salah satu roh dari dekat" Suruhnya, Glorva pun langsung melakukan seperti apa yang diperintahkan oleh Jidante.

Glorva meletakan salah satu roh ditangannya, saat diamati, roh tersebut nampak seperti manusia yang sangat kecil dengan telinganya yang panjang.

"I-ini spesies tinkerbell? Lucu sekaliiii" Batin Glorva saat memandang roh tersebut dengan mata berbinarnya, "Aku kira mereka hanya kunang kunang biasa" Sambungnya lagi.

"Nama kami bukan tinkerbell, kami tidak mengenal mahluk seperti itu. Dan kami juga bukan mahluk selemah kunang kunang'' Sahut roh tersebut dengan suara yang seperti nyamuk, namun masih bisa didengar oleh Glorva.

Mata Glorva semakin berbinar mendengar roh tersebur berbicara, "Astagaaa kau mahluk yang sangat lucu, kau bisa mendengar kata hatiku? Itu ajaib sekali" Teriak Glorva mengabaikan Jidante yang kebingungan melihat tingkahnya.

"Kau sangat aneh, bukankah kau putri Davia?" Tanya roh tersebut.

"Benar, kau kenal ibuku?" Tanya Glorva balik.

Roh tersebut nampak menghembuskan nafasnya kasar. "Tidak kusangka kalian benar benar mirip, aku akan memperkenalkan diri disaat kita hanya berdua nanti, jadi kami akan pergi atas seizinmu" Ujar roh tersebut sambil melirik kearah Jidante sekilas.

Glorva yang mengerti pun langsung mengangguk, "Baiklah, aku akan memanggilmu lagi saat kita hanya berdua" Ucapnya. Roh tersebut mengangguk dan berkumpul menjadi satu sebelum akhirnya mereka menghilang.

Tempat yang tadinya terang, kini kembali ditutupi oleh kegelapan.

Glorva kembali menghampiri Jidante, "Jadi kau sudah berhasil rupanya?" Ujar Jidante yang tersenyum.

Glorva hanya mengangguk dan tersenyum, sampai ia ingat sesuatu yang harus ia lakukan.

"Bisakah kita teleportasi?'' Tanya Glorva yang tiba tiba dan membuat Jidante kaget untuk kesekian kalinya.

"Kau yakin dengan pertanyaan-"

"Aku tau kau bisa, jadi tolonglah aku untuk hari ini'' Ujarnya memotong ucapan Jidante.

"Nean pasti sangat membutuhkanku saat ini" Batinnya meringis.

Jidante menarik nafasnya dalam, "Aku sudah tidak bisa menggunakan sihir teleportasi" Jelasnya.

"Terakhir kali aku menggunakan sihir ini adalah saat perang, sejak saat itu aku tak bisa lagi mengaktifkan sihir ini, aku juga tidak tau alasannya" Sambungnya lagi.

"Benar juga, jika iya, tak mungkin kita akan berjalan sejauh ini untuk kesuatu tempat" Batin Glorva pasrah.

"Baiklah, kalau begitu aku akan tidur duluan, besok aku harus berlatih lebih awal" Ujar Glorva dengan wajah sayunya, air sudah menggenang dikelopak matanya, ia tidak ingin ketahuan menangis.

"Maaf Nean, malam ini kau harus menanggung sakit itu sendiri, aku tidak bisa menghampirimu" Isak Glorva dalam hati.

"Aku memang tidak berguna" Sambungnya lagi sambil terus terisak. Semalaman ini ia terus menangis dalam diam sambil menyalahkan dirinya sendiri karna belum bisa berbuat apapun untuk Nean.

Jidante yang mengamati dalam diam pun ikut merasakan rasa putus asa dalam diri Glorva.

"Entah apa hubungannya dengan bocah George itu, tapi sepertinya dia benar benar serius" Batin Jidante.

Terpopuler

Comments

Erlon

Erlon

Nangis gbisa ketemu ayang

2023-06-17

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!