7. Pengasingan

"Huh, seharusnya aku membaluti lukaku dulu sebelum kabur kemarin" Lirih Nean yang memegangi lengannya yang terluka.

Saat ini Nean tengah dikurung di ruangan gelap oleh pamannya Deus. Ia dikurung karena usahanya untuk melarikan diri dari rumah diketahui oleh pamannya.

Ayah Nean adalah seorang Duke, namun karna kedua orang tuanya meninggal saat usia Nean masih sangat kecil, gelar Duke diserahkan kepada Deus, adik dari ayah Nean untuk sementara.

Nean duduk sambil menyender di dinding, yang bisa ia lihat hanyalah kegelapan, ia kemudian merogoh saku celananya dan menggenggam kulit yupi yang ia makan kemarin.

"Aku ingin memakannya lagi" Lirihnya sambil terus menggenggam kulit yupi tersebut. "Tidak, aku ingin bertemu dengannya lagi" Sambungnya. Nean memasukan kembali kulit tersebut kedalam saku celananya karna ia merasa lengannya semakin sakit dan perih.

"Siapapun diluar, tolong setidaknya ambilkan aku perban" Teriaknya sambil menggedor gedor pintu besar yang terkunci, ia berharap para pelayan dirumahnya mendengarnya.

Lama Nean teriak, ia mulai kehausan dan kehabisan nafas. "Aku melakukan hal yang sia sia, para pelayan tidak mungkin mau mendengarku" Batin Nean, kemudian ia memutuskan untuk tidur meringkuk untuk menahan suhu dingin dalam ruangan tersebut.

...----------------...

Di tengah hutan yang gelap, Jidante sibuk menumpuk kayu bakar untuk membuat api unggun agar menghangatkan mereka dari suhu yang dingin.

"Kakek, apakah kau mengenal Nean?" Tanya Glorva yang tiba tiba, Ia duduk di batang kayu sambil memandangi Jidante yang tengah menggunakan sihir apinya untuk membuat api unggun.

"Bukankah dia pewaris dari Duke George yang sudah meninggal?" Jawabnya santai, kemudian mengambil ubi ditasnya untuk dibakar.

Mendengar hal itu, mata Glorva berbinar. "Ya, kakek tau tentang keluarga George kan? Bisa ceritakan tentang mereka?" Ujar Glorva semangat, membuat Jidante menggeleng kepalanya.

"Kau tertarik dengan keluarga George? Lebih baik kau tidak berurusan dengan mereka" Peringat Jidante sambil membakar ubi untuk mereka makan.

Glorva mendengus, "Tidak bisa, karna aku sudah terikat dengan mereka" Ujar Glorva tegas, "Aku akan menyelamatkan Nean" Sambungnya lagi dengan tatapannya yang penuh keyakinan.

Jidante menatap Glorva, ia merasakan tekad Glorva yang kuat. ''Aku tidak tau apa hubunganmu dengan keluarga George, tapi yang pasti, Nean si pewaris tidak pernah di kenalkan di masyarakat, semua mengira bahwa dia telah mati bersama orang tuanya" Jelas Jidante, Glorva tidak kaget, ia sudah mengetahui fakta itu dari novel yang ia baca, ia hanya ingin memastikannya.

"Tapi kau tau dia masih hidup" Ujar Glorva yang membuat Jidante terkekeh.

"Tidak ada yang tidak aku ketahui. Jadi, apa yang akan kau lakukan?" Tanya Jidante pada Glorva.

"Untuk saat ini aku belum punya kekuatan untuk membantunya, aku yakin sekarang dia sedang dikurung karna ketahuan kabur dari kediaman Duke kemarin" Jelas Glorva lesu, ia tahu karna kejadian Nean kabur dari kediaman Duke tertulis dalam Novel yang ia baca.

"Kenapa kau bisa tau?" Tanya Jidante curiga.

Glorva menoleh, ia menatap Jidante, "Aku bertemu dengannya kemarin, lengannya juga terluka" Jelas Glorva, ia berencana untuk memberi tahu Jidante sebagian dari rahasianya, itu karna ia yakin Jidante akan membantunya.

"Dia pasti kabur karna sudah mengetahui kebenaran bahwa pamannya lah yang membunuh orang tuanya untuk merebut gelar Duke" Sambung Glorva lagi yang membuat Jidante membelakkan matanya.

"Glorva, seberapa tau kau mengetahui tentang keluarga George?" Tanya Jidante dengan wajah seriusnya.

"Semuanya, aku tidak bisa memberi tahumu bagaimana aku bisa mengetahuinya, tapi aku butuh bantuanmu kakek, aku yakin kau yang paling bisa membantuku" Ujar Glorva meyakinkan.

"Nean tidak bisa melakukan apa apa karna dirinya tidak dikenal di masyarakat sebagai pewaris asli Duke sebelumnya, bahkan keluarga kerajaan tidak mengetahui fakta bahwa anak dari Mendiang Duke Arfaus masih hidup." Jelas Jidante.

"Itu benar, kalaupun ia tiba tiba muncul dan menyebarkan fakta ke masyarakat bahwa Duke Deus yang telah membunuh kedua orang tuanya, tidak akan ada yang percaya." Sambung Glorva lagi.

"Tapi aku tidak menyangka bawah Deus yang telah membunuh Arfaus, bahkan duchess Katherine, ini kebenaran yang mengerikan, aku tidak percaya kau mengetahui hal ini" Ujar Jidante.

"Itu benar, ia berhasil menipu keluarga kerajaan dan menguasai kekuasaan Duke yang seharusnya menjadi milik Nean" Geram Glorva.

"Aku tidak yakin akan percaya dengan kebenaran ini atau tidak, tapi jika benar, alasan Deus menyembunyikan Nean sebagai pewaris asli adalah karna ia tidak mau melepaskan Gelarnya kepada Nean" Jelas Jidante setelah menyimpulkan fakta yang diberikan oleh Glorva.

"Itu benar, sebentar lagi Deus akan menikah dan memiliki pewarisnya untuk menyingkirkan Nean sepenuhnya. Ugh ini sangat mengesalkan" Oceh Glorva yang keceplosan.

Jidante mengerenyit, "Apakah itu sebuah ramalan? Bagaimana kau bisa tahu?" Ujar Jidante mengintrogasi.

Glorva pun gelagapan, "Ah tidak, itu hanya menurut pandanganku, Deus tidak bisa menyingkirkan Nean karna sekarang dia belum menikah dan belum memiliki pewarisnya, tidak mungkin ia akan menyerahkan gelar Duke kepada Nean yang bukan anaknya, itu sebabnya kemungkinan ia akan menikah dan memiliki pewaris sangat tinggi." Jelas Glorva, ia menyembunyikan wajah paniknya, dan untungnya Jidante percaya.

"Tidak kusangka anak kecil sepertimu yang lebih tahu kebenaran ini daripada aku" Kekehnya, kemudian memberikan ubi yang sudah matang kepada Glorva.

"Tentu saja, tidak ada yang bisa mengalahkan seseorang yang sudah mengetahui masa depan" Kekeh Glorva dalam hati, ia pun memakan Ubi tersebut dengan lahap.

"Seharusnya ini cerita konyol, tapi entah kenapa kata hatiku menyuruhku untuk mempercayainya" Ujar Jidante tersenyum tipis.

Glorva pun ikut tersenyum, "Kakek harus percaya padaku, kedepannya pun begitu, karna aku akan mengubah sejarah" Ujarnya sambil tertawa. Jidante pun ikut tertawa, Perkataan Glorva memang terkesan seperti candaan, tapi itu adalah keseriusannya.

"Mulai besok aku akan berlatih dan masuk akademi kerajaan, jadi tolong bantuannya kakek" Ujar Glorva setelah menghabiskan 3 buah ubi bakarnya.

Jidante pun mengangguk tersenyum, "Ya, bersiap siaplah untuk tersiksa dari pelatihan ku" Kekehnya, "Kalau begitu tidurlah, aku akan memasang sihir pelindung" Perintahnya, lalu pergi untuk memasang sihir.

Glorva pun mengangguk, ia tidur dengan beralaskan tikar yang ia bawa dari rumah. Glorva menatap langit malam yang gelap, hatinya resah karna mengingat Nean yang saat ini tengah dikurung.

"Luka dilengannya pasti belum diobati, saat ini pun mungkin ia kedinginan dan tidur meringkuk, itu menyakitkan" Batin Glorva, tak sadar air matanya menetes membasahi pipinya.

"Aku mohon bertahanlah Nean, sampai saat kita bertemu, aku janji tidak akan membiarkan mu menanggung penderitaan sendirian" Batinnya lagi, kemudian ia mengusap pipinya yang basah dan menutup matanya perlahan.

Jidante yang diam diam memperhatikan Glorva pun membuang nafasnya pelan. "Aku yakin dia mampu mengubah sejarah seperti yang dia katakan tadi" "Ujarnya tersenyum.

Terpopuler

Comments

C1nt4

C1nt4

ceritanya bagus thor cuman upnya yg g jelas

2023-06-16

1

Erlon

Erlon

Lanjut, semoga g putus ditengah jln ya thor!

2023-06-16

1

Secret

Secret

Nexxttttt! gasabar

2023-06-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!