5. Kenyataan dan keputusan

Kedatangan Glorva yang tiba tiba membuat semua yang ada di ruangan saling pandang.

"Ibu? Ayah?" Tanya Glorva lagi.

"Maaf Glorva, sekarang sudah saatnya kami memberi tahumu" Tenden dengan suara rendah, Meden hanya bisa duduk tertunduk.

"Mungkin kamu sudah mengetahui tentang sihir mu, kamu memiliki elemen cahaya kan?" Lanjut Tenden yang membuat Glorva membelak kaget.

"Bagaimana ayah bisa tau?" Tanya Glorva yang kaget.

Tenden tersenyum sendu, "Ternyata benar, kamu memilih untuk tidak memberi tahu kami, tapi, kami sudah mengetahuinya bahkan sebelum kamu sadar bahwa kamu memiliki sihir cahaya" Ujar Tenden memberi tahu.

"B-bagaimana bisa?" Gagap Glorva.

"Itu karna Ibumu memiliki sihir cahaya, ia meninggal bukan karna perang, tapi karna ia harus menghidupkan kembali pewaris Kerajaan yang terbunuh di medan perang" Jelas Meden dengan mengepalkan erat tangannya. "Maaf sudah menyembunyikan kenyataan ini" Sambungnya lagi.

Glorva shock mendengar kenyataan yang diucapkan oleh Tenden dan Meden, di dalam Novel memang tertulis bahwa Wivon, pewaris tahta pernah selamat dari kematian saat ia kecil, tapi tak disangka ternyata Ibunya saat ini lah yang mengorbankan nyawa untuk putra mahkota.

Glorva menunduk, ia berusaha menyembunyikan ekspresi marah sekaligus sedihnya. "Jika kalian berniat menyembunyikan kenyataan ini, kenapa kalian membongkarnya padaku hari ini?" Tanya Glorva.

"I-itu karna" Meden tak sanggup melanjutkan ucapannya, lalu ia memandang suaminya.

"Kau sedang diburu untuk menggantikan posisi ibumu sebagai ahli sihir kerajaan, tapi kami rasa itu hanya dalih mereka untuk memburu pengguna sihir cahaya. Mungkin anggota kerajaan sudah menyadari bahwa kau mewarisi sihir cahaya dari ibumu, itu sebabnya mereka mencarimu," Jelas Tenden.

"Maka dari itu, kau harus pergi dari sini Glorva, kau tidak boleh tertangkap," Sambungnya lagi dengan nada yang bergetar.

"Aku akan ikut dengannya ayah!" Ujar Mevin yang baru membuka suaranya.

Glorva yang mulai paham dengan keadaannya menghela nafas berat. "Baiklah, aku akan pergi berkelana agar mereka tidak menemukanku dimana pun, tapi bagaimana jika mereka mencari kalian dan menangkap kalian karna berusaha menyembunyikan ku?" Tanya Glorva, wajahnya yang penuh dengan kekhawatiran memandang kedua orang tuanya lekat.

Meden tersenyum lembut, "Kamu tidak perlu mengkhawatirkan kami, kamu hanya perlu fokus menyelamatkan dirimu sendiri" Jelas Meden.

Glorva mengepalkan tangannya, "Jadi kalian menyuruhku untuk fokus terhadap keselamatan ku seorang diri dan mengabaikan keselamatan kalian? Padahal kalian jadi terancam karna berusaha melindungi ku, bagaimana bisa aku seegois itu?" Ujar Glorva.

Meden pun mendekati Glorva dan memegang kedua pundaknya. "Sudah seharusnya orang dewasa melindungi anak kecil, terlebih lagi anak itu sangat istimewa seperti kamu" Ucapnya tersenyum lembut, ia kemudian mengusap kepala Glorva pelan.

"Tapi-" Saat Glorva akan menjawab, suaranya dipotong oleh Tenden.

"Tidak perlu khawatir, kenalan ibumu yang seorang mantan ahli sihir akan menjemputmu, kamu berkelana lah dengannya, kami bisa mengatasi semuanya disini, jadi bersiaplah malam ini," Ujar Tenden, kemudian mendekati Mevin yang sedari tadi berdiam diri menahan kesedihannya

"Maaf, tapi kau tidak bisa ikut Mevin, itu hanya akan menghalangi mereka" Ujar Tenden yang berusaha membuat Mevin mengerti, bukanya menjawab, Mevin pergi meninggalkan semuanya kedalam kamar, tanpa mengeluarkan satu katapun.

Glorva memandangi kepergian Mevin, "Berarti aku harus pergi besok ya?" Tanyanya sedih.

Meden mengangguk, lalu memeluk erat tubuh kecil putrinya. "Maafkan kami" Isaknya.

Glorva membalas pelukan ibunya, "Aku juga minta maaf, terimakasih karna sudah berusaha melindungi ku" Ujarnya lagi yang ikut terisak.

Akhirnya dimalam itupun Glorvia bergegas untuk menyiapkan barang barang yang akan ia bawa pergi, tidak semuanya, hanya beberapa yang penting saja yang akan dia bawa.

Ia membawa satu bingkai yang berisi lukisan dirinya dan keluarganya disini, ia mengusap bingkai tersebut lembut.

"Walaupun ini bukan foto, tapi baru kali aku memiliki hal seperti ini bersama keluarga ku" Lirihnya, lalu ia memasukan lukisan itu kedalam tas nya.

Saat selesai, ia membuka jendela kamarnya, lalu menatap gelapnya malam yang hanya disinari oleh sinar bulan sabit dan ribuan bintang.

"Aku tidak tahu apakah keputusan untuk pergi dari sini benar atau tidak, tapi masih ada Mevin yang akan melindungi ibu dan ayah kan" Batin Glorva.

"Ah iya, aku harus berbicara dengan Mevin," Sambungnya lagi, lalu ia berlari kecil menuju kamar Mevin.

Tok tok tok

Glorva mengetuk pelan pintu kamar Mevin, namun sama sekali tak ada jawaban. Berulang kali Glorva mengetuk namun tak ada tanda tanda Mevin akan membuka pintunya. Saat Glorva mencoba membuka pintu, ternyata pintunya terkunci dari dalam, ia lalu mendesah pelan.

Glorva kemudian memikirkan suatu ide, ia berlari menuju kamarnya, lalu keluar rumah dengan memanjat dari jendela kamarnya. Ia kemudian melangkah pelan menuju jendela kamar Mevin, dan benar saja dugaanya, Jendela kamar Mevin terbuka. Tanpa berfikir panjang, Glorva langsung melompat masuk kekamar Mevin dari jendela kamarnya yang terbuka.

Saat memasuki kamarnya, ia melihat Mevin yang tertidur dimeja bacanya bersama tumpukan buku. Glorva kemudia mendekatinya dan mengambil salah satu buku yang dipegangi oleh Mevin.

Glorva membaca sekilas buku tersebut yang berisi tentang cara menyembunyikan sihir, ternyata selama ini Mevin tengah berusaha untuk membantu Glorva, tetapi ia malah berfikiran buruk kepada Mevin.

Glorva mengusap lembut kepala Mevin, rupanya ia habis menangis karna wajahnya yang basah.

"Mevin, tidurlah dikasur atau badanmu akan sakit nanti" Perintah Glorva lembut.

Mevin membuka matanya perlahan, ia terkesiap melihat Glorva yang berada disampingnya.

"Kenapa kamu disini" Tanyanya, Ia mengusap cepat wajahnya yang basah.

Glorva tersenyum, lalu duduk di kasur Mevin. "Tentu saja memberi salam perpisahan, aku yakin besok kau tidak akan mau mengantar kepergian ku kan?" Ujar Glorva dengan senyum cengirannya.

Mevin menunduk, padahal ia sudah berusaha untuk tidak menangis.

"Terimakasih" Ucap Glorva tersenyum, Mevin mengangkat wajahnya, gelinang air mata sudah terlihat di kedua bola matanya yang bulat.

Glorva mendekati Mevin, lalu memeluknya. "Aku tidak pernah merasakan punya seorang kakak, tapi kali ini kau membuatku merasakan itu semua, terimakasih karna sudah menjadi kakak yang terbaik, walaupun kau memang sedikit lebih cengeng dariku" Ucap Glorva, tangisnya pun ikut pecah, begitu juga Mevin.

"Aku juga ingin ikut pergi bersamamu " Ujar Mevin yang masih memeluk erat tubuh Glorva.

"Tapi kau harus menjaga ibu dan ayah, jika keadaanya sudah membaik, aku akan mencari kalian lagi" Yakin Glorva.

Mevin tidak menjawab, ia hanya terus memeluk Glorva sambil menangis.

"Malam ini, biarkan aku menangis sepuasnya, aku janji saat kita bertemu lagi akan menjadi orang yang lebih kuat, dan saat hari itu tiba, aku tidak akan menjadi laki laki cengeng seperti sekarang. Jadi untuk malam ini, biarkan aku menangis, hiks" Isak Mevin yang masih memeluk tubuh mungil Glorva.

Glorva mengangguk, ia juga ikut menangis dipelukan Mevin.

Malam itu mereka berdua menangis sepuasnya hingga tertidur bersama, karna saat pagi tiba, mereka akan terpisah untuk waktu yang lama.

Terpopuler

Comments

Secret

Secret

Peluk jauh buat Mevin

2023-06-16

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!