Sinar matahari yang muncul lebih terik dari biasanya, Padang rumput yang disapu oleh angin membuatnya bersentuhan dengan kulit putih seorang anak kecil yang tengah tidur tergeletak, suara serangga yang mengganggu pendengaran anak kecil tersebut membuat anak itu bangun dari tidur lelapnya.
"Jadi surga seperti ini? Tidak aku sangka aku yang seperti ini bisa masuk ke surga" Ujar nya sembari menguap
"Surga? Apa itu Surga?" Sahut seorang anak laki laki dari atas pohon, anak tersebut lalu meloncat dan menghampiri temannya yang mengucapkan hal aneh setelah bangun tidur.
Glorva tergelak, baru kali ini ia melihat anak kecil yang sangat lucu dengan warna rambut yang coklat terang.
"Hai dik, kamu penghuni surga ini ya? pantas saja wajahmu sangat tidak manusiawi" Ujar Glorva terpesona, ia menggenggam kedua tangan anak kecil dihadapannya dengan mata yang berbinar, disisi lain anak kecil tersebut memasang wajah kebingungan.
"Glorva? Perlukah kita memanggil tabib? coba katakan dikepala bagian mana yang sakit?" Tanya anak kecil dihadapannya dengan khawatir, mendengar pertanyaan tersebut, Glorva baru menyadari bahwa tangannya juga ikut mengecil, bahkan lebih kecil dari tangan anak kecil yang digenggamnya.
"Kaca! Aku butuh kaca! sepertinya aku beneran sakit!" Teriak Glorva yang heboh, ia juga panik karna baru kali ini ada penyakit yang seperti ini, ia melihat sekujur tubuh yang mengecil, ia memegangi rambutnya yang juga berubah, dari yang awalnya panjang kini menjadi pendek.
"Sebentar, aku akan mengambilnya" Jawab anak kecil yang kini berlari ke sebuah rumah kecil tak jauh dari tempatnya berada.
Glorva mulai menenangkan kan diri, berusaha mencerna apa yang sebenarnya nya terjadi.
"Padang rumput yang luas, pohon besar yang seperti pohon peri, rumah kecil di tengah tengah padang rumput, anak kecil yang tampan, dan tubuhku yang mengecil? Bagaimana ini bisa masuk akal? Bukanya harusnya aku mati?" Ucap Glorva yang berbicara sendirian, kedua tangannya memegangi kepalanya yang sakit akibat berfikir sambil mondar mandir.
Dari kejauhan, anak kecil dengan sebuah kaca ditangannya berlari menghampiri Glorva.
"Glorvaa!! I-ni hhhh, kacanya hhh" Ujar Anak itu dengan terengah engah sembari meyerahkan sebuah kaca kepada Glorva.
Glorva dengan cepat mengambil kaca tersebut lalu berkaca, dan benar saja, ia benar benar berubah, bahkan wajahnya ikut menjadi tidak manusiawi seperti wajah anak kecil di depannya. Rambut pendek yang berwarna putih terang dengan bola mata yang berwarna biru, dan gaun dengan model yang tidak seperti di tempat nya, Glorva benar benar kebingungan saat ini.
"Hei kamu, siapa namamu?" Tanya Glorva kepada anak kecil didepanmya, ia benar benar frustasi dengan keadaannya saat ini.
"Aku? Aku Mevin, kenapa kamu menanyakan itu, kamu lupa padaku?" Jawab Mevin sedih.
Glorva menarik nafasnya dalam, lalu menghembuskannya kasar.
"Mevin, sepertinya kepalaku habis kebentur, jadi aku mengalami hilang ingatan sementara, mungkin? Jadi bisakah kamu memperkenalkan semuanya termasuk tentang diriku?" Pinta Glorva, tentu saja Mevin dengan senang hati menjelaskannya.
"Kamu adalah Glorva Dirvanda, usiamu adalah 10 tahun, aku lebih tua dua tahun diatasmu, kita berdua berteman sejak kamu lahir dan sekarang kita tinggal serumah. Tadi kita berdua sedang berlatih pedang, dan kamu tidur karna kelelahan, aku tidak sadar kapan kamu terbentur hingga ingatanmu hilang, maaf." Jelas Mevin dengan wajah yang menyesal karna merasa dirinya tidak bisa menjaga Glorva dengan baik.
"Ah tidak, aku terbentur saat akan tidur tadi ahahaha jadi ini bukan salahmu. selain itu, tempat ini, kita berada dimana?" Tanya Glorva lagi.
"Ini Padang rumput tempat para pekebun dan petani tinggal, letaknya diluar ibukota Chandel" Jelas Mevin lagi.
"Chandel? Ibu kota Chandel katamu? tidak mungkin kan?" Tanya Glorva meyakinkan Mevin dengan mengguncang guncangkan pundaknya.
"Tentu saja, ada apa denganmu Glorva, aku harus melaporkannya pada ibu agar bisa memanggilkanmu tabib" Ucap Mevin hendak beranjak, namun segera ditahan oleh Glorva.
"Jangan Mevin, aku mohon. Saat ini aku sangat sehat, hanya ingatanku saja yang sedikit bermasalah hahahaha" Jelas Glorva yang berusaha meyakinkan Mevin. Mevin hanya mengangguk pelan walaupun sebenarnya ia masih ragu, tapi apa boleh buat.
"Ibu Kota Chandel? Bukankah itu tempat yang ditinggali oleh tokoh tokoh di novel Sinar Bulan Sabit?" Batin Glorva.
"Ah ya satu lagi, apakah negara ini dipimpin oleh seorang raja? emmm raja itu bernama Arnold Delarus?" Tanya Glorva lagi.
Mevin mengangguk, ''Benar! Apakah ingatan mu kini mulai membaik?" Tanyanya girang.
Glorva terkekeh, "Ahahaha sepertinya iya" Ujarnya.
"Bagaimana mungkin? Ini kan persis seperti yang ada di novel Sinar Bulan Sabit, apakah aku lahir kembali didunia novel itu? mungkin itu yang lebih masuk akal sekarang, tapi kenapa hanya nama depanku yang sama? sedangkan wajah dan nama belakangku berbeda? lalu, kenapa aku masih bisa mengingat kehidupanku dimasa lalu? Sepertinya aku harus mencari lebih banyak informasi lagi'' Batin Glorva yang mulai berusaha tenang.
"Sudah mau sore, mari kita pulang dan melanjutkan latihannya besok, ibu pasti sudah menunggu". Ajak Mevin yang menyodorkan tangannya agar Glorva lebih mudah untuk berdiri.
Saat menuju kerumah, Glorva baru menyadari satu hal. "Tadi kamu berkata ibu, Apakah orang tua kita tinggal serumah? Apakah kita satu keluarga?" Tanyanya yang membuat langkah Mevin berhenti, otomatis Glorva juga ikut menghentikan langkahnya.
"Kenapa?" Tanya Glorva bingung melihat raut wajah Mevin yang berubah menjadi sedih, hal itu langsung membuat Glorva curiga.
"Itu,," Mevin menghembuskan nafasnya kasar. "Orang Tuamu sudah meninggal dua tahun yang lalu akibat perang, dan karna orang tua kita berteman, orang tuaku membawamu kerumah dan merawatmu" Jelasnya lesu, ia menunduk tak berani menatap Glorva.
Glorva shock sejenak, "Bahkan dikehidupanku yang sekarang aku tidak memiliki orang tua?"Batinnya.
Lama diselimuti oleh keheningan, Glorva langsung menepuk pundak Mevin, "Ah iyaa aku baru ingat ahahaha, Bukankah sekarang orang tuamu menjadi orang tuaku? Jadi kau harus lebih menjagaku sekarang karna aku adalah adik barumu ahahaha" Ucap Glorva yang membuat Mevin tersentak, Glorva langsung berlari meninggalkan Mevin yang masih menatapnya.
"Adik? Boleh juga" Ujar Mevin tersenyum, lalu berlari mengejar Glorva yang sudah jauh didepannya.
________________________________________
Cahaya matahari yang sudah tenggelam membuat suasana dingin menyelimuti sekitar, Glorva yang tengah berbaring di tempat tidurnya menatap ke arah jendela, memandangi pemandangan malam di dunia lain yang berbeda dengan dunianya dulu.
"Ternyata dunia ini benar benar dunia dalam novel Sinar Bulan Sabit, beberapa yang aku tahu adalah dunia ini tidak terlalu mengenal teknologi, bahkan penerangan saja masih menggunakan lentera, lalu pimpinan disini juga bukan presiden melainkan raja, dan raja saat ini adalah Arnold Delarus, dimana dia adalah ayah dari Wivon Delarus, putra mahkota yang menjadi tokoh utama pada novel"
"Lalu alat tempur mereka bukanlah senapan melainkan pedang, panah, dan sihir. persis seperti yang ada dicerita novelnya, namun hanya beberapa yang bisa menggunakan sihir, jika dilihat dari ceritanya, Raja saat ini, Wivon, dan juga Nean seharusnya bisa menggunakan sihir. Aku jadi ingin mempelajarinya, tapi sepertinya mustahil karna hanya orang tertentu yang bisa. huft."
"Tunggu, bukankah saat ini aku berada di satu dunia dengan Nean? Bukankah itu berarti aku bisa menyelamatkan nya? Benarr!!! Aku bisa menyelamatkan nyaa!!!"
"Aku harus berlatih lebih banyak, karna saat ini aku akan menghadapi banyak bahaya jika ingin menyelamatkan Nean, Aku tidak sabar bertemu dengannya, aku pasti akan menyelamatkanmu Nean."
Ceklekk!!,, suara pintu terbuka, menampilkan sosok Mevin yang membawakan segelas susu hangat untuk Glorva.
"Tadi kalau tidak salah, kamu menyebut nama Nean kan?" Tanya Mevin sembari menaruh segelas susu di atas meja dekat tempat tidur.
"Ah kamu kenal dia?" Tanya Glorva berharap.
"Tentu saja tidak, siapa dia?" Jawab Mevin dengan tampang polosnya.
Harapan Glorva seketika sirna, yah ini bukanlah salah Mevin. "Ah bukan siapa siapa, aku hanya asal sebut" Jawab Glorva.
"Kalau Wivon, apakah kamu kenal?" Tanya Glorva lagi.
Mevin kaget dengan ucapan Glorva yang lantang. "Glorva, kamu tidak boleh memanggil nama yang mulia seperti itu" Tegur Mevin, Glorva hanya memutar kedua bola matanya malas, lalu mengambil segelas susu yang ada dimeja.
"Peranku tidak akan kalah walaupun dia tokoh utama, huh tapi tidak ada alasan untuk membenci Wivon karna dia bukan orang jahat, aku hanya harus fokus untuk menyelamatkan Nean" Batin Glorva sambil meneguk segelas susu ditangannya.
"Kenapa kamu menanyakan yang mulia Wivon?" Tanya Mevin penasaran.
"Tidak, aku hanya iseng. Kalau tidak keberatan, maukah kamu mengajariku berpedang besok?" Pinta Glorva dengan mata yang berbinar.
Mevin memanyunkan bibirnya merajuk, "Mengajarimu? Bukankah selama ini kamu yang memaksaku dan mengajariku berpedang? Kamu mengejekku ya?"
Glorva melongo, "Aku? Bocah 10 tahun mengajarkan bocah 12 tahun berpedang? bukankah itu gila? atau aku yang gila?"Batin Glorva.
"Jangan-jangan kamu juga melupakan ini, kamu sudah berlatih pedang dengan orang tuamu yang seorang ksatria sejak kamu umur 3 tahun, maaf aku lupa bahwa ingatanmu sedang bermasalah" Jelas Mevin.
Glorva akhirnya menghela nafas, ia sempat berfikir bahwa dia adalah manusia ajaib yang tiba tiba bisa menggunakan pedang. "Ah itu kamu tau, aku tidak yakin apakah aku masih ingat bagaimana caranya menggunakan pedang, oleh karna itu aku meminta bantuan mu besok" Pinta Glorva dengan cengiran imutnya, tentu saja Mevin tidak bisa menolak.
"Baiklah, aku akan berusaha semampuku, kemarikan gelasnya, aku akan membawanya ke dapur."
Glorva memberikan gelas kosong ditangannya, "Terimakasih kakakku, besok harus bangun pagi pagi sekali untuk berlatih, ingat jangan sampai telat!" Peringat Glorva tanpa menyadari pipi Mevin yang memerah karna dipanggil kakak.
Mevin menggaruk kepalanya yang tidak gatal. "Baiklah, kamu semangat seperti biasanya, kalau begitu selamat malam" Ujar Mevin sebelum ia meninggalkan kamar Glorva.
"Tentu saja aku semangat, karna aku akan menyelamatkan Tokoh kesayanganku Nean. Untunglah aku berada didunia ini, meskipun saat ini pun aku tidak memiliki orang tua, tapi kehidupanku sekarang jauh lebih baik karna aku memiliki Mevin dan kedua orang tua angkat yang baik, terlebih lagi sekarang aku berada di satu dunia dengan Nean." Batin Glorva bersyukur, pada akhirnya Glorva pun tidur lelap dengan diterangi oleh lentera di kamarnya.
Senyum diwajah kecilnya tidak memudar memikirkan strategi yang akan ia gunakan untuk menyelamatkan tokoh kesayangannya, Nean.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
vina
emang dia pernah kenalan sama kamu
2023-06-27
1
vina
di novel segampang itu yak ke surga
2023-06-27
1
canvie
kadi Tinkerbell??
2023-06-06
1