Bughh!
Bughhh!!
"Kau menjadi sombong setelah aku memperkenalkanmu ke publik"
Bughh!
"Beraninya kau bersikap seperti itu pada putra mahkota"
Bughh!
Deus terus menendang Nean dengan kakinya hingga Nean tersungkur dan meringkuk dilantai.
"Perbaiki sifatmu itu, aku tidak ingin citraku buruk karna sudah memungut sampah sepertimu" Peringat Deus geram, lalu ia menendang Nean dengan keras sebelum akhirnya ia pergi begitu saja.
Nean berusaha menahan tubuhnya yang kesakitan, ia mencoba untuk berdiri. Para pelayan yang melihat Nean kesusahan hanya memalingkan wajahnya acuh.
Nean berjalan pincang menuju kamarnya, saat acara pesta selesai, Deus langsung mencarinya dan memukulinya begitu saja, Nean hanya bisa diam karna hal ini memang sudah biasa ia alami.
"Hanya ada kita bertiga, pasti Wivon yang melapor pada paman" Batin Nean yang tengah mengobati lebam di tubuhnya.
"Itu sebabnya aku tidak ingin percaya pada siapapun" Lirihnya lagi. Setelah selesai mengobati lukanya sendiri, ia beranjak tidur dan memendam rasa sesak di dadanya.
...----------------...
Disisi lain, hampir ratusan pohon tumbang karna pedang angin yang dikerahkan oleh Glorva, pedang angin merupakan teknik pedang yang dibaluti sihir angin untuk menguatkan hempasannya, selain sihir cahaya, Glorva mempunyai sihir angin yang menjadi sihir pendukungnya
"Tenangkan dirimu Glorva, kau bisa merusak alam" Ujar Jidante yang sedari tadi berusaha menenangkan Glorva, tapi Glorva tetap mengabaikannya dan terus mengamuk meluapkan kesedihannya.
Jidante yang terus diabaikan menghembuskan nafasnya pasrah, ia juga mengerti mengapa Glorva menjadi seperti itu. Saat ia melihat rumahnya rata terbakar, ia terus berteriak memanggil nama orang tuanya dan juga Mevin, dan dari saat itu ia berlari kehutan dan mulai mengamuk hingga larut malam.
Karna tak ingin Glorva menumbangkan banyak pohon lagi, Jidante segera mengikat tubuh Glorva dengan sihir kegelapannya, Glorva yang tidak bisa bergerak terus meronta sambil berteriak.
"Aku akan melepaskan mu jika kau sudah tenang" Ujar Jidante, Glorva yang juga sudah banyak kehabisan tenaga pun menyerah, ia melemaskan tubuhnya dan terjatuh.
Jidante membantu Glorva duduk, "Minumlah dulu, kau juga belum makan dari tadi siang" Ujar Jidante sambil menyodorkan kendi berisikan air kepada Glorva.
Glorva mengabaikan kendi tersebut, "Mereka dimana, apa yang terjadi pada mereka" Seguk Glorva yang sudah kehabisan air matanya, badannya benar benar lemas karna sehabis dari perjalanan jauh ia belum memakan apapun.
"Kau tidak akan bisa tau jawabannya jika kau terus seperti ini, sadarlah" Peringat Jidante menepuk pundak Glorva, lalu kembali menyodorkan kendi yang berisikan air tersebut pada Glorva.
Benar apa yang dikatakan Jidante, ia seharusnya mencari tau apa yang telah terjadi di desanya dan keluarganya, tapi satu hal yang membuatnya tak bisa melakukan hal tersebut, "Bagaimana caranya kita mencari tau, sedangkan semua orang didesa sudah tidak ada" Sahut Glorva setelah meneguk air yang diberikan oleh Jidante.
"Tidak perlu khawatir" Jawab Jidante, ia kemudian bersiul cukup panjang hingga seekor serigala hitam datang berlari kearahnya.
Serigala bermata biru tersebut mengaung saat berada di depan Jidante, "Salam untuk tuanku" Sapa serigala tersebut pada Jidante.
Glorva melotot tak percaya, "Dia berbicara?!" Kagetnya.
Jidante tersenyum, "Dia Wolden, serigala hitam yang menjadi mahluk kontrakku, mahluk kontrak hanya dimiliki oleh penyihir kegelapan sepertiku" Jelas Jidante, lalu ia mengalihkan pandangannya pada Wolden, "Aku menyuruhmu untuk mengawasi sekitar desa, apakah sudah terjadi sesuatu?" Lanjutnya bertanya pada serigala tersebut.
Sebelum Jidante pergi, ia meninggalkan hewan kontraknya untuk mengawasi desa agar bisa mengawasi situasi dan memberitahunya.
"Maaf karna tidak menghubungi tuan, saya kehilangan kalung yang tuan berikan untuk mengirimkan pesan" Jelasnya, "Seminggu setelah kepergian tuan, desa ini didatangi oleh pasukan istana, tapi entah kenapa mereka malah membakar seluruh desa, bahkan banyak warga desa yang dibunuh langsung" Jelas Wolden.
Jidante dan Glorva saling bertatapan, "Apakah kau tau motif kedatangan para pasukan istana?" Tanya Jidante lagi.
"Setahu saya mereka menggeledah salah satu rumah untuk mencari keturunan cahaya"Jelasnya lagi.
Glorva meneteskan air matanya lagi, "L-lalu bagaimana? Bagaimana keadaan pemilik rumah yang didatangi oleh pasukan istana sekarang? Dimana mereka?" Tanya Glorva dengan nada yang bergetar.
Wolden menatap Glorva, ia mengendus sejenak bau tubuh Glorva, "Sepertinya dia murid baru yang dikatakan oleh tuan'' Batin Wolden menyelidiki Glorva, "Mereka dibunuh, saya hanya melihat sedikit warga desa yang berhasil melarikan diri" Jelasnya.
Jidante memejamkan matanya, sedangkan Glorva mengepalkan tangan kuat, ia hendak mengamuk kembali, namun untungnya Jidante berhasil menahannya.
"Tahan dirimu, ini tidak akan menyelesaikan apapun" Larang Jidante sambil menahan tangan Glorva.
"Semuanya, karna aku mereka semua mati" Isak Glorva, hatinya benar benar sesak hingga ia kesulitan bernafas.
"Hanya karna orang sepertiku mereka sampai kehilangan nyawa, ini salahku, aku yang sudah membunuh mereka" Isaknya lagi.
Jidante tak bisa berkata kata, ia memeluk Glorva, "Ini bukan salahmu, percayalah" Ujar Jidante menenangkan, tapi Glorva malah semakin mengeraskan tangisannya.
"Ibu, ayah, aku sudah berjanji pada mereka akan kembali hiks" Isak Glorva, "Mevin juga sudah menungguku, tapi hal mengerikan malah-" Glorva tak sanggup melanjutkan ucapannya, dadanya semakin sesak jika ia mengingat bayang bayang keluarganya.
Jidante melepaskan pelukannya, lalu menaruh kedua tangannya di pundak Glorva, "Dengarkan aku, semua hal yang terjadi pada mereka bukanlah salahmu, walaupun saat ini kau menyalahkan dirimu sendiri, itu tidak akan membuat mereka kembali hidup" Jelas Jidante menyadarkan, "Kau harusnya marah pada mereka yang telah melakukan hal keji ini pada keluargamu dan seluruh desa" Lanjutnya lagi.
Glorva mulai meredakan tangisnya, "T-tapi, hiks, tetap saja pasukan istana itu datang karna mencariku" Ucapnya sesegukan.
Jidante menghela nafasnya, lalu mengusap kepala Glorva lembut, "Kau tau karna saking spesialnya dirimu, kau sampai diincar oleh kerajaan" Ujar nya, "Aku tahu para warga desa yang tidak bersalah ikut merasakan kekejian ini, tapi itu semua bukanlah kesalahanmu, kau berhak melindungi nyawamu dan bertahan hidup, itu sebabnya keluargamu menyuruhmu untuk berkelana dan berlindung" Lanjutnya lagi.
Glorva hanya diam sambil segukan, namun Jidante kembali membuka suara, "Balaslah kematian mereka dengan tetap hidup, ubahlah sistem kerajaan yang semena mena akan hak hidup masyarakat termasuk para pemilik sihir cahaya seperti mu, karna bukan hanya nyawa anggota kerajaan saja yang penting, tapi semua manusia yang hidup, bukankah kau berkata padaku akan mengubah sejarah? kalau begitu buktikan" Tegas Jidante yang berhasil membuat Glorva menghentikannya tangisnya.
"Benar apa yang dikatakan guru, terpuruk seperti sekarang tidak akan mengubah apapun, aku akan mengubah kerajaan yang kolot ini" Batinnya bertekad.
"Kalau begitu, ajarkan aku agar bisa mengaktifkan sihir Tapak Cahaya" Ujar Glorva dengan tatapan tegasnya.
Jidante hendak melarang, namun Glorva memotongnya sebelum ia berbicara.
"Aku harus menguasai sihir itu untuk mencapai tujuanku" Potong Glorva.
Jidante masih ragu, tapi tekad Glorva yang kuat membuatnya goyah, "Kau tau, jika kau mempelajari sihir itu, otomatis kau bisa mengaktifkan sihir penukaran jiwa, aku takut kau akan membahayakan nyawamu" Gelisahnya, sebab ia sudah berjanji pada Davia untuk menjaga anaknya dan memastikan agar Glorva tak berakhir seperti ibunya.
"Aku tahu itu, aku tau semua ancaman yang akan kudapatkan jika aku menguasai sihir itu, tapi inilah pilihanku, aku serius dengan ini dan aku harap kakek menghargai keputusan ku" Tegas Glorva, tatapan matanya berbeda dengan saat ia menangis tadi, ia sungguh menunjukan keseriusannya.
"Baiklah, aku akan mengajarimu, tapi aku akan memberi tahumu satu kenyataan yang pahit" Jawabnya, lalu ia menghela nafas sejenak, "Ibumu meninggal bukan karna kalah perang, ia meninggal setelah perang selesai dan menggunakan sihir penukaran jiwanya untuk menghidupkan putra mahkota" Lanjutnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 36 Episodes
Comments
🔵🍾⃝Ɲͩᥲᷞⅾͧเᥡᷠᥲͣh❤️⃟Wᵃf࣪𓇢𓆸
habis dipukul habis²an langsung ditinggal ya
2023-06-27
0