Jebakan Manusia Harimau

Kenyataan bahwa Marella menjadi musuhnya sekarang membuat Raina mulai merasa takut. Marella yang tidak tahu saja, selalu memarahinya. Apalagi jika Marella tahu soal dirinya yang menjadi istri Elian. Sudah jelas Raina akan menjadi musuh garis keras, yang mungkin akan dibekukan oleh wanita itu.

Sejak tadi Raina berjalan kesana kemari, memikirkan nasibnya jika saja Marella tahu kalau dia telah menikah dengan Elian.

"Sial." Desisnya. Kalau tahu begini, pastilah Raina tidak mau dinikahkan dengan Elian. Marella itu mengerikan. Kekuatannya yang Raina bisa rasakan saja sebesar itu.

Tidak bisa seperti ini. Raina bangkit dan langsung menuju halaman kosong di belakang mansion, diikuti Viga di belakangnya.

"Yang Mulia, anda ingin melakukan sesuatu?"

Raina mengangguk, lalu menujuk salah satu batang pohon yang telah mengering di tengah halaman.

"Apa boleh aku membakarnya?"

Viga tampak bingung sesaat, kemudian mengangguk. "Boleh, Yang Mulia. Apa anda akan memakai kekuatan?"

"Iya."

"Kalau begitu, saya panggilkan Robin, bagaimana?"

Alis Raina mengerut. "Siapa itu?"

Viga tersenyum, matanya terpejam dan pikirannya memanggil seseorang bernama Robin.

Hanya dalam 5 detik, seekor serigala putih biru datang dan menunduk di depan Raina.

"K-kau?"

Dia merubah wujud, menjadi seorang manusia. Hal yang sejak pertama bertemu tidak bisa dirasakan oleh Raina bahwa serigala putih itu adalah jelmaan seperti Elian.

"Robin, kami butuh bantuanmu." Ucap Viga padanya.

"Saya bersedia, yang Mulia."

Raina tampak bingung. "Bantuan apa?"

"Robin memiliki kekuatan air, Yang Mulia. Dia akan segera menyiram api yang anda keluarkan jika itu terlalu besar."

"Wuaan. Hebat!" Puji Raina takjub.

"Yang Mulia, anda lebih hebat." Ujar Robin menunduk. "Sejak pertama kali melihat anda, saya bisa merasakan kekuatan yang sangat besar. Sampailah saya tahu, anda bisa menyembuhkan saya dalam hitungan detik. Padahal saya pikir, saya akan mati. Tapi bahkan kondisi saya semakin baik dan baik setiap hari setelah anda sentuh."

"Ah, kau berlebihan."

"Tidak, apa yang dikatakan Robin, benar, Yang Mulia. Pertama kali pun, saya mengira Yang Mulia hanya memiliki kekuatan api." Sahut Viga.

"Saya belum sempat mengucapkan rasa terima kasih saya pada yang Mulia." Robin menunduk dalam sebelum akhirnya berdiri.

"Aku tidak tahu apa yang ada di dalam diriku. Itu sebabnya aku harus mengujinya." Ucap Raina. Dia harus berlatih karena sewaktu-waktu, Marella bisa saja menyerangnya.

"Oh ya, Robin. Pertama bertemu, aku sempat takjub karena kau serigala yang berbeda warna. Aku pikir, kau benar-benar serigala."

"Itu karena kami harus menyamarkan kekuatan kami, Yang Mulia." Jawab Robin.

"Ah, itu. Bagaimana caranya? Apa aku bisa melakukannya?" Raina pikir, jika dia bisa melakukannya sendiri, maka dia tidak perlu disentuh oleh Elian lagi.

"Oh, itu akan terjadi saat upacara Pentakdiran Darah." Viga tersenyum cerah. Dia senang karena beberapa hari lagi akan terjadi bulan purnama.

"Upacara.. apa?"

"Dua malam lagi, Yang Mulia. Apa anda belum tahu? Malam itu, anda dan Yang Mulia Raja akan melangsungkan upacara pentakdiran Darah. Dimana anda harus meminum setetes darah serigala."

"Apa?" Raina tentu terbelalak. Apalagi Elian tidak mengatakan apa-apa soal itu.

"Hihi. Saya terkejut saat Yang Mulia raja mau melakukan itu." Kata Viga. "Jangan takut. Anda hanya akan meminum darah Yang Mulia Raja, dan setelahnya anda berdua akan terikat hingga maut memisahkan."

~

Raina menghempaskan tubuhnya di sofa kamar. Seharian rasanya lelah karena berjam-jam mengeluarkan kekuatan api. Raina mulai bisa mengendalikan. Dia bahkan melihat perubahan warna api di tangan kanannya. Hanya saja, Raina tidak bisa menciptakan api dari tangan kiri.

Tadi, dia hampir bisa membuat kunang-kunang mirip punya Morgan. Mungkin jika berlatih terus, Raina bisa melakukannya.

Pintu kamar terbuka. Elian tiba-tiba sudah berdiri di depan Raina.

"Kau apakan halaman rumahku?"

Ah... Baru datang sudah menodongkan pertanyaan seperti itu. Raina berdecak dalam hati.

"Aku ingin melatih kekuatanku." Jawab Raina berusaha tenang, walau tatapan mata Elian begitu mengintimidasinya.

"Bersama siapa?"

"Robin dan Viga."

Elian lalu duduk di tepi ranjang. Dia menggulirkan bola mata ke arah lain, sambil mengatakan, "Biar aku yang mengajarimu."

"Oh, benarkah?"

"Ya. Mulai nanti malam."

Tentu Raina senang. Apalagi Elian memang terlihat lebih pandai mengendalikan kekuatannya.

Oh, Raina teringat sesuatu.

"Katanya dua malam lagi, ada upacara pentakdiran darah? Kenapa kau tidak bilang padaku?"

"Oh, itu."

"Viga bilang aku harus meminum darahmu. Lalu dia juga mengatakan jika sebenarnya upacara itu tidak wajib dilakukan. Kau yang menginginkan itu? Kenapa??"

Elian mematung sambil memikirkan alasan untuk menjawab rentetan pertanyaan gadis itu. Pasalnya, dia juga tidak tahu kenapa rasanya perlu melakukan upacara pentakdiran darah. Pada awalnya, Elian berpikir cara itu bisa membuat naluri mereka saling kontak satu sama lain.

Namun, jauh dari dasar hati Elian ingin Raina terus bisa ia lindungi, terlebih dari yang namanya Marella. Tapi Elian enggan mengakui itu secara sadar.

"Ehm. Aku menunggu."

Elian menghela napas. "Aku raja disini. Aku berhak melakukan apapun."

"Iya, benar. Aku tahu itu. Tapi itu bukan jawaban yang aku mau dengar. Kau- Hei, Elian!"

Raina memekik saat lelaki itu pergi menghilang. Uh! Padahal Raina hanya ingin tahu saja alasan pria itu. Dasar!

...🦊...

Raina ingin tahu, upacara itu bagaimana, ya. Besok malam akan dilaksanakan dan itu membuatnya bergetar.

Viga bilang, biasanya para makhluk serigala melakukan itu untuk cinta abadi mereka.

Cinta abadi.. Raina mengira dia hanya akan menikah sementara dengan Elian. Tapi jika Elian melakukan itu, bukankah artinya Elian menginginkan pernikahan ini terus berjalan?

Ah, Raina tidak pernah berpikir sampai kesana. Sepertinya dia perlu bicara dengan Elian. Terus terang, Raina tidak ingin begitu banyak terlibat soal kehidupan serigala. Dia hanya menjalankan keinginan ayahnya, sampai Elian sendiri yang merasa cukup dan mau melepaskannya. Oleh sebab itulah, Raina harus menolak upacara yang akan mengikat dirinya dan Elian.

Suara rintihan hewan yang terdengar kesakitan membuat Raina berdiri dari duduknya. Dia melihat barier yang jauh darinya dan tahu ada yang tidak beres diluar sana.

Raina melihat ke belakang, mencoba mencari Elian yang katanya akan datang untuk mengajarinya. Tidak ada. Padahal dia disuruh menunggu sebentar. Kenapa Elian lama sekali.

Suara itu terdengar lagi, begitu terdengar tersiksa, membuat telinga Raina perih. Dia ingin segera bertemu dan menyembuhkannya.

Tidak bisa menunggu lama, Riana berlari keluar dari barier saat lagi-lagi ia mendengar rintihan kesakitan itu. Tidak mungkin dia bisa bersantai saat ada seseorang yang terluka di dalam sana.

Raina mencari sumber suara. Cukup jauh ia berlari, sampai ia menemukan seseorang tergeletak tak berdaya.

"Ah.. sakitnya.." Rintihnya. Dia meringkuk membelakangi Riana. Tubuhnya bergetar menahan sakit.

Raina mendekat, lalu berjongkok tak jauh dari manusia itu.

"H-halo. Aku.. Raina. Kau kesakitan? Aku bisa menyembuhkanmu." Ucap Raina perlahan, berusaha tenang di tengah gelapnya malam. Hanya bermodalkan cahaya rembulan, Raina bisa melihat manusia itu tengah memegangi perutnya.

Namun Raina seketika terkaget mendengar suara tawa manusia itu. Raina berdiri dan mundur beberapa langkah. Manusia itu terus tertawa lalu berdiri dan membalikkan badan.

"K-kau.."

"Ah, senangnya jika memiliki keponakan yang sangat baik hati."

Manusia Harimau itu tersenyum ramah. Rasanya senang saat dia berhasil membuat Raina keluar dari barier. Rasa ingin menolong gadis itu tinggi, dan membuatnya mudah sekali menjebak istri dari keponakannya itu.

"Hai. Kita belum berkenalan." Pria itu tersenyum, mengulurkan tangan ingin bersentuhan. "Aku paman Elian."

Raina tak ingin berkenalan karena ia merasakan kekuatan besar dan hitam dari manusia harimau itu. Ia lalu bergerak ingin lari. Namun pria itu secelat kilat berpindah tempat menghalangi langkah Raina.

"Aku tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja, Raina. Telah lama aku mencarimu. Ah, aku jadi merindukan Damian dan saat-saat kami dahulu. Sayang sekali istrinya harus meninggal setelah menyerahkan kekuatannya padamu begitu saja. Hm... Apa dia pernah menceritakan tentang aku padamu?"

"Tigri..."

Pria itu tertawa lebar saat Raina berhasil menebaknya. Namun dalam tawa Tigri, dia merasakan kekuatan besar Raina seolah tengah menusuknya. Besar sekali. Karena gadis itu merasakan tubuhnya berapi tatkala mengingatkan dirinya tentang bagaimana Tigri yang telah menghancurkan keluarganya.

To Be Continued....

Terpopuler

Comments

Mystera11

Mystera11

hai pen, akhirnya up jg... aq sngaja nabung loh biar puas bacanya, ya meskipun akan dibuat penasaran lg pd akhirnya...😄 walaupun bgitu aq sllu mnantikan update an karyamu🥰

2023-11-03

1

Imot Thea

Imot Thea

up nya lama pen..😄🤭

2023-10-31

0

Pandagabut🐼

Pandagabut🐼

oke mari kita tunggu episode selanjutnya.... aku menanti mu author.... 🥰

2023-10-31

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!