Pertunjukan Kekuatan Api

Raina memejamkan mata. Tak disangka, Marella adalah seekor serigala sama seperti Elian. Tapi, kenapa dia terlihat sangat membenci Elian?

Suara erangan serigala terdengar dekat, langkah pijakan di atas ranting pun sudah dekat. Raina gemetar. Dia takut Marella menemukannya disini. Hubungan mereka tidak baik, belum lagi efek yang akan didapatkannya apabila Marella tahu bahwa dirinya bisa masuk ke dalam hutan terlarang, akan membuat huru-hara baru diantara mereka.

Tapi Raina tidak bisa kabur. Dia tidak mempunyai kekuatan yang bisa membuatnya menghilang. Oleh sebab itu, Raina memejamkan mata, dia pasrah saja jika harus ketahuan oleh wanita itu.

"Kau datang?"

Suara Morgan membuat Raina membuka mata. Dia mengintip dari balik batang pohon, ternyata Morgan kenal dengan Marella? Ah, apa artinya saat Morgan datang, Marella sudah mengenalnya terlebih dahulu?

"Oh, kau. Aku merasakan ada kekuatan besar disini. Ternyata itu kau!" Ucap Marella. "Sesuai janji. Aku ingin menagih penjelasan darimu."

Morgan bergumam. "Soal apa?"

"Apa lagi? Ya, perempuan itu! Kau mengajaknya berkenalan dan aku melihatmu menunggu dia pulang. Cepat, ada hubungan apa kau dengan Raina!"

Namanya disebut, Raina tegang. Jadi, Marella memperhatikannya waktu itu?

"Aku akan ceritakan nanti. Pergilah dulu, temui Paman. Dia menunggumu."

Tidak ada lagi pembicaraan setelah itu. Raina sibuk memikirkan hubungan antara Marella, yang merupakan serigala dengan Morgan, harimau hutan.

"Keluarlah. Dia sudah pergi."

Eh? Raina terkejut. Morgan sudah tahu sejak tadi dia bersembunyi. Berarti Morgan sengaja mengalihkan Marella agar tak melihatnya tadi. Syukurlah. Raina merasa lega. Dia pun keluar dari tempatnya bersembunyi.

"Ah, hai." Sapa Raina kaku. Guruh menggelegar dengan sambaran petir. Hujan pun turun, membuat Raina tersenyum senang hingga membuat kerutan di alis Morgan.

"Kau suka hujan, ya."

Raina mengangguk cepat tanpa memberitahu bahwa hujanlah yang membuat energinya kembali terisi.

~

"Ini dimana?" Raina berjalan dengan tubuhnya yang basah. Hujan masih turun tidak begitu deras, dan ia menolak berteduh. Hingga akhirnya Morgan membawanya ke dalam hutan yang tak begitu banyak pepohonan hingga langit yang mulai menghitam pun bisa dilihat.

"Hampir di ujung batas hutan larangan." Morgan menunjuk ke suatu arah. "Disana, bukit Sierra. Batas akhir hutan Larangan."

"Di sebelah bukit itu ada apa?" Tanya Raina ingin tahu.

"Hutan Sierra. Rumahnya para serigala."

Rumah.. Elian, maksudnya? Raina menoleh pada Morgan yang masih diam menatap tajam bukit itu. Seolah ada sesuatu yang membuatnya geram disana.

"Dan kau, pernah masuk kesana."

"A-apa.."

Morgan duduk di salah satu batang pohon tumbang. Melipat kaki dan tersenyum tipis pada Raina.

"Aku tidak bisa mengikutimu. Kemana pun kau pergi, seperti selalu ada yang melindungi. Jadi, aku akan berterus terang dan kau, jawablah dengan jujur. Karena aku juga merasakan energi berbeda darimu."

"Kau berlebihan." Raina ikut duduk di sebelah Morgan, menatap bukit yang tidak begitu kelihatan karena malam gelap mulai datang.

"Kalau kau ingin tahu, aku menemui Elian karena banyak yang aku ingin tanyakan tentang kekuatanku."

"Healer-mu itu? Apa yang kau ingin tahu? Kau tidak perlu kesana, kau bisa bertanya padaku!" Tukas Morgan cepat.

Mendengar itu, Raina memperbaiki posisi duduknya. Dia memang ingin sekali banyak tahu soal semuanya. Tapi saat ini yang lebih Raina ingin ketahui adalah kekuatan barunya. Kekuatan api Morgan yang kini ada pada dirinya.

"Eum, sebenarnya aku lebih tertarik dengan kekuatanmu."

"Kekuatanku? Ini maksudmu?" Morgan mengeluarkan api dari tangannya. Persis seperti yang Raina lakukan belakangan ini.

"Ya, itu." Bola mata Raina ikut berkobar menatap api berwarna biru di tangan Morgan. Berbeda warna dengan api miliknya, berwarna merah.

"Kau bisa melakukan apa saja dengan api itu?" Tanya Raina penasaran.

"Aku bisa melakukan semuanya." Morgan membakar diri. Seluruh tubuhnya penuh api. Namun ia tampak santai tanpa merasa kepanasan.

"I-itu.. tidak panas?"

"Kalau kau yang pegang, tentu panas." Jelas Morgan, lalu memadamkan api di tubuhnya.

"Kenapa warna apimu Biru, Morgan?"

"Setiap warna api memiliki perbedaan kekuatan. Biru ada di level 4"

"Kalau merah?"

"Entahlah. Yang terbawah, kurasa."

Ah, ternyata kekuatannya masih sangat jauh dari Morgan.

"Aku akan menunjukkan bagian lain dari kekuatanku." Morgan mulai menggosokkan tangannya perlahan, lalu ia meniup titik-titik api yang terbang kemudian berubah menjadi kunang-kunang. Mata Raina melebar dan seketika ia berdiri.

"Astaga! Ini indah sekali." Pekik Raina senang melihat banyaknya kunang-kunang yang berterbangan di atas kepalanya. Terlihat sangat cantik dari manapun ia memandangnya.

"Waaaw..." Bibir Raina tak berhenti bergumam kagum. "Morgan, apa ini bisa disentuh??" Tanya gadis itu antusias.

"Tentu."

Dengan perlahan Raina menggerakkan telunjuknya, mendekat pada kunang-kunang yang terbang di sekitarnya. Gadis itu terlihat sangat bahagia saat seekor kunang-kunang menempel di ujung telunjuknya. Dia tidak menyangka, kalau kekuatan api pun bisa menciptakan ini.

"Aku bisa menciptakan banyak hal dengan api itu, jika kau ingin tahu."

"Ah! Iya, Aku ingin tahu banyak. Kekuatanmu sangat luar biasa." Pekik Raina senang.

Lalu tiba-tiba kesenangan Raina hilang saat semua kunang-kunang itu terbang jauh seolah tertiup angin kencang.

"Hei-hei. Kalian mau kemana?" Teriak Raina pada si kunang-kunang. Gadis itu cemberut karena mainannya pergi. Tak lama kemudian, kunang-kunang itu terpecah menjadi titik-titik api yang halus, lalu menghilang tertelan udara malam.

"Ternyata kau penyebabnya."

Morgan berbicara pada seseorang di belakang Raina, membuat gadis itu spontan menoleh dan mendapati Elian telah berdiri disana.

"E-elian..."

Tak ada kata sapaan balik untuk Raina. Mata Elian sibuk beradu dengan Morgan yang terlihat lebih santai dibanding tatapan tajam Elian untuk Morgan.

"Kau telah menghancurkan kesenangannya. Iya kan, Rai?"

Raina mendapati tatapan Elian kini ke arahnya. Buru-buru gadis itu menggulirkan bola mata ke atas, tidak ingin Elian membaca pikirannya.

'Tolong, jangan libatkan aku dalam pertengkaran kalian.' Oceh Raina dalam hati.

Raina yang berada di tengah-tengah dua manusia hewan ini pun menelan ludah. Jangan sampai mereka bertarung disini, karena Raina tidak akan tahu harus membela siapa.

Morgan sudah menjadi temannya, dan Elian -dengan terpaksa Raina mengakui- adalah calon suaminya.

"Aku akan mengantarmu pulang."

Suara tenang Elian itu tertuju untuk Raina walau matanya tak lepas dari Morgan.

"I-iya, baiklah." Jawabnya takut-takut. Raina berjalan mendekati Elian. Lalu pria itu menggenggam tangannya, membawa Raina pergi secepat kilat hingga mereka tiba di sebuah tempat yang cukup jauh dari hutan terlarang.

"Aduh, kepalaku." Raina belum terbiasa dengan perpindahan tiba-tiba ini. Selalu saja membuat kepalanya pusing.

"Jangan pernah beritahu siapapun soal perjodohan ini."

"Oh, i-iya.." Jawab Raina sambil memegangi kepalanya.

"Kalau begitu, ayo ke rumahmu. Aku akan bertemu dengan ayahmu untuk melamarmu. Secepatnya kita akan menikah."

"Apa??"

To Be Continued....

Terpopuler

Comments

Nikmatul Izzah

Nikmatul Izzah

jejak..

2023-10-11

0

Lili Lintangraya

Lili Lintangraya

penasarn sebenarny morgan jahat tidk sih??

2023-10-11

0

Asma

Asma

😃

2023-10-09

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!