Raina memperhatikan dengan seksama serpihan es yang ditinggalkan Marella tadi. Diangkatnya tinggi menyatukannya dengan matahari yang bersinar dari atas sana. Serpihan es di tangan Raina tak sedikitpun mencair, bahkan masih mengeluarkan asap tipis dari sana.
Sudah 2 jam berlalu sejak Marella mengeluarkan kekuatannya, tapi serpihan es ini tidak juga mencair.
Raina mengantongi serpihan es itu ke dalam kantong jaketnya. Dia berjalan menuju alamat yang Elian berikan. Tadinya dia ingin masuk kedalam hutan dulu sebelum mencari tahu soal kekuatan dalam dirinya. Tapi urung ia lakukan mengingat perpustakaan yang Elain katakan jauh lebih meyakinkan.
Dengan langkah berat Raina menuju alamat Elian. Yah, kalau saja bukan karena ingin tahunya, Rai tidak akan menginjakkan kakinya. Demi sebuah informasi yang tidak bisa ia dapatkan dimana pun, Raina rela menempuh jalan baru. Lagi pula, Elian tidak terlihat jahat sebab dia yakin, ayahnya tidak mungkin menjodohkannya dengan sembarang orang.
~
"Kau yakin turun disini? Tempat ini berbahaya."
Raina menebarkan pandangan. Jalanan penuh pepohonan, tak tampak pula ada kehidupan di sekitarnya. Tapi alamat inilah yang diberikan Elian padanya.
"Terima kasih."
Rai turun dari taksi setelah membayar, dan mulai berjalan memasuki sebuah jalan kecil menuju ke dalam hutan.
Sebenarnya bukan hutan. Sebab tidak semak dan tampak lebih tersusun deretan pohonnya.
Raina memberanikan diri berjalan dengan memasukkan tangannya ke dalam saku jeketnya. Walau tampak santai, nyatanya Raina menguatkan insting kalau-kalau mendapati sesuatu membahayakannya.
Setelah berjalan seratus meter, Rai berbelok dan mendapati sebuah rumah tua yang amat besar dan megah. Apa itu rumah Elian?
Rai diam memperhatikan mansion yang nampak usang itu. Rasanya dia mengenal tempat ini. Pernahkah dia kesini?
Baru akan melangkahkan kaki, Rai terkejut sampai terduduk saat seekor rusa berlari melewatinya, dan yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah terkaman serigala dari arah yang sama, membuat rusa itu terpaksa merintih dan mati dengan gigitan di lehernya.
Serigala. Ya, itu memang hewan asli, Raina tahu dan bisa merasakan kalau serigala itu bukan jelmaan seperti Elian. Tapi anehnya, serigala ini berbulu putih dan di bagian kepalanya berbulu biru yang panjang. Cantik sekali.
Eh. Rai harus menelan kata-kata barusan, saat serigala itu kini menoleh dan menatapnya tajam dengan rusa yang ada di gigitannya.
Ketegangan Raina semakin meningkat. Terlebih serigala itu kini melepaskan gigitannya dan melangkah ke arahnya. Rai ingin bangkit dari duduknya, tapi melihat serigala itu melangkah mendekat membuatnya mundur dengan tangan bergetar. Terlebih Serigala itu terlihat ingin menerkam Raina.
Tidak. Kau tidak ingin memangsaku, kan? Gumam Rai dalam hati.
Kenapa mata biru yang seharusnya indah malah terlihat mengerikan sekarang?
Raina berhenti saat serigala itu juga berhenti. Dia diam seolah tengah menangkap informasi. Telinga kanannya bergerak lucu, lalu menatap Raina sebentar dan kembali pada mangsa pertamanya lalu pergi.
Seketika Raina menghela napas lega. Hampir saja ia mengeluarkan kekuatan api tak seberapa untuk menakuti serigala itu. Tapi, kenapa mendadak dia pergi, ya?
Raina bangkit, menepuk-nepuk tangan dan pantatnya yang kotor.
Tak mau membuang waktu, ia berjalan menuju gerbang besar tanpa penjagaan itu.
'Haruskah aku masuk?' Raina kembali melihat-lihat sekitar. Barangkali ada penjaga atau siapapun di sekitar sini.
Tidak ada. Akhirnya dia mendorong gerbang hingga terbuka lebar.
Ia hirup udara yang terasa berbeda, lalu berjalan beberapa langkah, sampai ia tersentak dengan hentakan keras dari pintu gerbang yang tiba-tiba tertutup rapat.
Mematung sebentar, Rai menatap gerbang itu. Sempat berpikir ingin kabur saja. Barangkali Elian tengah mengerjainya.
Tetapi ia mendadak kaget saat merasakan sesuatu yang basah di dalam jeketnya. Raina merogoh kantong dan mendapati serpihan es milik Marella ternyata mencair di tangannya.
Dua jam juga es itu bertahan, batin Rai.
Eh? Mata Rai membulat melihat seekor kupu-kupu bersayap indah melintas di depannya.
"Hei, cantik sekali." Kata Rai, ingin menyentuh si kupu-kupu yang terbang dengan anggun ke belakang Rai. Gadis itu memutar tubuhnya, masih fokus pada si kupu-kupu sampai saat sadar, ia harus menganga melihat apa yang ada di hadapannya sekarang.
Kupu-kupu warna warni bersayap panjang beterbangan dengan indah, jejeran tanaman bunga dengan berbagai jenis, yang bahkan ia belum pernah lihat langsung. Harum kembang menghiasi hidungnya.
"I-ini indah sekali.." Gumam Rai takjub.
Halamam usang tanpa taman yang beberapa detik lalu ia lihat berubah seketika.
Rai takjub sampai tak sadar melangkah menikmati indahnya taman itu. Suara kicauan burung terdengar merdu. Suasana yang ia lihat beberapa detik yang lalu sangat berbeda dengan yang sekarang.
Astaga, sekarang lihatlah pada mansion itu. Yang tadi Rai lihat adalah bangunan usang. Tapi sekarang terlihat megah dan sangat luar biasa.
Jadi, harus masuk dulu ke dalam gerbang baru bisa melihat keindahannya, hm? Rai tampak bahagia disana. Sampai lupa dengan tujuan utamanya.
"Wuaah.." decak kagum terus terdengar dari bibirnya. Ia berjongkok, memandang sebuah bunga indah berwarna kuning. Dia menghirupnya, dan sangat-sangat harum.
"Eh?"
Rai melihat seekor kupu-kupu tampak lemas di atas daun hijau. Separuh sayapnya patah, dan ia kesulitan terbang kembali.
"Kasihan. Biar aku obati, ya."
Rai dengan hati-hati meletakkan kupu-kupu bersayap biru itu di atas telapak tangannya. Lalu ia mengeluarkan energi dan membaginya pada si kupu-kupu yang langsung terbang dengan gembira.
Raina sampai ikut tersenyum melihatnya. Hanya beberapa detik, lalu senyum itu memudar saat ia melihat Elian berdiri tegak memperhatikannya dari atas balkon.
~
Raina masuk setelah dipersilahkan oleh Elian. Lelaki itu membawanya menuju tempat yang sudah dijanjikan.
Sepanjang jalan, bibir Raina tak henti mendecak kagum atas kerapian dan indahnya rumah Elian.
Elian membuka pintu, lalu masuk ke dalam diikuti Raina dari belakang. Kembali mata Raina terbelalak melihat isi ruangan itu. Penuh dengan rak buku yang sangat tinggi. Lalu atap yang tinggi berkubah bening, terlihat cekungan besar dari Raina melihat.
"Cari saja apa yang kau inginkan." Elian duduk di sebuah kursi besar, memegang satu buku untuk ia baca.
Sementara Raina mulai memperhatikan tulang buku satu persatu sambil membaca judulnya.
"Kau ingin cari tentang apa?" Tanya Elian tanpa beralih dari buku bacaannya.
"Hemm... tentang dua kekuatan dalam satu tubuh."
Ada jeda saat Raina mengatakan itu. Lalu kemudian sebuah buku keluar dari barisannya. Melihat itu, Raina langsung mengambilnya.
Buku ini keluar sendiri tanpa disentuh? Raina menatap buku usang di tangannya. Lalu menoleh pada Elian. "Kekuatan apa ini?" Tanya Raina. Dia ingat, bahwa ibunya juga punya kekuatan seperti ini.
"Telekinesis."
"Oh." Raina kembali fokus pada buku yang pegang. Kekuatan itu memang mirip dengan ibunya. "Apa hebatnya kekuatan itu?" Desisnya pelan pada diri sendiri.
Wuss!
Rai dibuat kaget saat semua benda di ruangan itu terbang, termasuk buku yang ada di tangan Raina. Seluruh benda yang melayang itu berputar perlahan mengitari Raina.
Gadis itu menggulirkan bola mata tepat kearah Elian yang masih duduk di meja sambil terus membaca buku dengan satu tangan. Disepelekan oleh Raina, tentu dia tidak bisa diam.
Lalu, Elian menutup bukunya. Bersamaan itu pula, semua barang yang beterbangan terjatuh, sampai Rai menutup kepalanya dengan tangan, takut ada yang menimpanya.
I-itu.. kekuatannya? Tanya Rai dalam hati.
Elian berdiri dan meletakkan buku yang sempat dibacanya tadi kedalam rak semula, dan bersamaan pula dengan barang-barang yang terjatuh di lantai pun kembali ke tempat semula hingga membuat ruangan sedikit berisik.
Dalam keheningan yang sempat tercipta, Elian bersuara. "Kalau sudah selesai, panggil aku."
Raina tidak menjawab karena dia masih terkejut dengan kekuatan Elian.
Ah.. jadi dia bisa menggerakkan semua benda dengan pikirannya sendiri? Raina tidak sadar, kalau ternyata telekinesis bisa sekeren itu.
Baru ingin membuka buku, Raina dikagetkan dengan suara aungan serigala. Awalnya hanya satu, lama-lama suara itu ramai terdengar dan dekat pula. Seperti ada di depan.
Raina berjalan cepat menuju balkon, sesaat dia terkejut sampai mundur lagi saat melihat segerombolan serigala sudah mengelilingi rumah Elian. Tidak sedikit. Raina bisa memperkirakan jumlah mereka mencapai ribuan. Semua serigala yang sangat banyak ini adalah murni hewan. Dan serigala berbulu putih dan biru yang sempat ia temui tadi, ada di barisan paling depan.
To Be Continued....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
H. Mashuri
bagus pen
2023-10-02
1
Abdul Kholiq
rajin pantengin pen..
2023-09-29
1
Nikmatul Izzah
keren pen.....,😍😍😍
2023-09-29
1