"Huh!" Raina menghela napas panjang setelah pesta pernikahan usai. Dirinya terduduk di atas sofa, menyandarkan punggung yang sakit setelah beberapa jam harus berdiri bersanding bersama Elian.
"Sialan." Desisnya ketika mengingat bagaimana Elian menciumnya siang tadi.
Raina enggan memikirkan itu lagi. Dia ingin ke kamar. Kamar mana yang disediakan Elian untuknya? Raina bangkit dan mulai mencari.
Suara pintu terbuka terdengar, Raina menoleh ke arah pintu itu.
Siapa yang membukanya? Tidak ada orang. Tadi dia melihat Elian masih di depan bersama makhluk plasmata, lalu siapa yang membuka pintu?
Raina berjalan perlahan, berusaha tak membuat suara untuk melihat ada siapa disana. Saat dekat, dia mendorong pintu lebih lebar, dan tak menemukan siapapun ada disana. Raina melongok ke dalam yang ternyata sebuah kamar yang cukup luas.
"Ratu."
"Astaga!" Raina terkesiap saat seseorang bersuara dari belakangnya. Seorang gadis berambut putih panjang tersenyum manis kepada Raina yang bingung. Ratu, dia memanggil siapa?
"Kau.. memanggilku?" Raina unjuk diri, dan gadis itu mengangguk.
"Benar, Ratu. Perkenalkan, Viga." Dia menunduk dengan kaki menekuk, memperkenalkann diri dengan cara yang amat sopan.
"Ratu?"
"Anda menikah dengan Raja kami. Jadi, anda adalah Ratu kami sekarang."
Sejenak mulut Raina terbuka, lalu tertutup lagi setelah mencoba mengerti posisinya sekarang.
"O-oke, baiklah. Lalu, dimana kamarku?"
"Ini kamar yang mulia." Viga menunjuk kamar yang terbuka tadi.
"Lalu, kamar Elian?" Tanya Raina penasaran. Sudah pasti pisah kamar, kan.
"K-kamar...? Yang mulia, ini kamar kalian."
"Apa? Sekamar? Tidak dipisah? Kenapa tidak dipisah? Apa tidak ada kamar lain selain yang ini?" Oceh Raina panjang lebar membuat Vegi mengerutkan dahi.
"K-karena... yang mulia, kalian sudah menikah."
Raina tahu. Hanya saja, dia tidak mungkin kan, sekamar dengan makhluk itu. Tidur satu ranjang? Yang benar saja!
"Yang mulia.." Vegi kembali menunduk, membuat Raina menoleh ke belakangnya dan ternyata Elian sudah berdiri di dekatnya.
"Kau boleh pergi."
"Baik, yang Mulia." Vegi menghilang, entah kemana.
"Jangan terlalu berterus terang di depan mereka." Desis Elian, yang kemudian masuk ke dalam kamarnya. Raina mengekor di belakang. Sebenarnya dia ingin menolak sekamar. Tapi sepertinya itu tidak bisa dilakukan. Di rumah Elian ternyata banyak sekali penghuninya.
"A-aku tidur dimana?" Tanya Raina. Tidak mungkin satu ranjang, kan. Sepertinya Raina tidak bisa!
Terdengar helaan napas Elian. Lalu dia menunjuk dengan tangannya. "Aku sisi kiri, kau sisi kanan. Sekarang, bersiaplah untuk tidur. Aku tidak suka berisik sampai mengganggu tidurku."
Lelaki berbaju putih itu naik ke ranjang dan memiringkan tubuh membelakangi posisi Raina. Sementara gadis itu masih melongo. Elian ternyata seburuk itu. Padahal dia bisa memilih kata yang manis, tapi dia terlalu ketus untuk ukuran pengantin baru.
Dalam hatinya, Raina menolak untuk tidur satu tempat dengan Elian, tapi dia tidak bisa melakukan apa-apa selain menerima saja.
'Seumur-umur aku tidak pernah berbagi tempat tidur.'
"Kau pikir aku pernah?!"
Raina yang baru duduk di tepi melongo lagi. Dia lupa kalau Elian bisa membaca isi hatinya. Sial sekali. Gadis itu menarik selimut, menghela napas, menatap langit malam penuh bintang dari atap yang tembus pandang.
Indahnya....
Apa setiap malam dia akan menyaksikan ini sebelum tidur?
Sudut bibir Raina terukir senyum. Setidaknya, ada yang menyenangkannya disini. Batinnya.
...🦊...
Pagi itu, Elian sudah menghilang saat Raina membuka mata. Entah kemana, bahkan tidak ada saat Raina sarapan. Pelayan di rumah Elian sangat banyak. Padahal saat dia datang pertama kali, tidak ada siapapun disana kecuali Geo.
Raina sudah bilang pada Elian sebelumnya, bahwa dia tetap akan bekerja. Pria itu acuh tak acuh. Angkat bahu seolah laporan dari Raina tidak ia butuhkan.
Raina menghela napas. Kalau dipikir-pikir, pernikahan jenis apa yang dia tengah jalani? Sampai kapan akan berlangsung? Sepertinya dia belum pernah bertanya sampai sana. Kapan ada waktu, dia akan menanyakannya pada Elian.
"Hai!" Raina berputar senang saat seekor kupu-kupu biru mengitarinya. Ekor yang panjang dan sayap lucu itu membuat Raina tersenyum cerah.
"Wah, siapa namamu? Kau benar-benar hewan, kan? Aku tidak bisa merasakan yang lain darimu." Ucap Raina, menyapa kupu-kupu yang hinggap di jarinya.
"Dia asli, yang Mulia."
Raina menoleh, ternyata Viga ada disana juga.
"Kau yang menjaga taman ini?" Tanya Raina sambil memainkan sayap kupu-kupu itu.
"Oh, apakah yang mulia tidak tahu? Saya yang akan menemani Yang Mulia mulai sekarang."
Alis Raina naik. "Aku? Siapa yang menyuruhmu?"
"Yang Mulia raja. Mansion yang sepi, kini kembali seperti dulu lagi. Dan semua itu berkat yang Mulia Ratu."
Raina membiarkan kupu-kupu pergi, dia menghadap Viga. "Maksudnya?"
"Sejak raja William wafat, yang Mulia Elian meminta kami untuk keluar dan membiarkannya sendiri. Kami hanya mengawasi. Tetapi setelah beliau menikah, maka kami kembali, seperti yang seharusnya." Senyum Viga mengembang. Sepertinya dia amat senang.
Raina berjalan perlahan. "Lalu, kau dulu menjaga siapa?"
"Yang Mulia Dewisha."
Raina menoleh sekilas. "Siapa itu?"
"Ibunda Yang Mulia Elian."
Gadis itu berhenti, kini menatap Viga. "I-ibu.. Elian?"
"Ya. Yang Mulia pasti belum banyak dengar. Saya tidak keberatan bercerita asal yang Mulia Elian membenarkan saya."
Raina jalan lagi. Untuk apa dia bertanya, karena dia tak juga mau tahu. Apalagi meminta izin Elian.
Raina terus berjalan sampai ia melihat barier hijau yang nampak seperti perbatasan. Barier yang mungkin saja diciptakan untuk makhluk yang ada disini agar tidak masuk ke wilayah mansion.
"Yang Mulia, jangan kesana!"
Raina berdiri tepat di dekat barier, dia yakin bisa melewati batas ini. Raina memasukkan tangannya, ternyata benar. Tangannya tembus.
"Yang Mulia, anda tidak dibenarkan keluar dari sini." Viga mewanti-wanti. Dia tak mau dimarah karena tidak mengawasi Raina.
Namun sesuatu diujung sana membuat mata Raina terbuka lebar. Dua makhluk nampaknya tengah bertarung. Dan salah satunya tergeletak pasrah.
"Yang Mulia!" Viga mengejar Raina yang keluar dari perbatasan. Perasaannya mulai kacau saat di hari pertama bekerja, sang Ratu malah pergi dan keluar dari tempat aman.
Raina mendekati serigala yang terkapar dengan leher yang terkoyak parah. Lawannya adalah seekor harimau besar. Lebih besar dari Morgan dan berwarna hitam putih. Matanya merah menyala, mengerang penuh amarah.
"Yang.. Mulia.. p-pergilah..." serigala putih Biru yang pernah Riana jumpai pertama kali, dia bersuara.
"Cepat.. bawa.. yang Mulia.."
Viga ketakutan, dia menarik perlahan lengan Raina. "Yang Mulia. Ayo pergi.. Dia.. berbahaya." Ucap Viga dengan takut. Namun Raina malah berjongkok, menyentuh Serigala itu hingga dalam hitungan tiga detik, luka parah yang menganga dan hampir membuatnya mati, kembali tertutup dan energinya semakin meningkat.
Sejenak Viga dan si serigala tertegun lantaran baru tahu kekuatan asli dari istri raja mereka. Dan ternyata, sangatlah hebat.
Serigala biru putih itu mengerang dengan amarah luar biasa, berdiri dengan keempat kakinya melindungi Raina. Kuku tajam dan taringnya semakin hebat terasa, namun musuh di depannya malah terdiam sesaat.
"Raina.." erangan sang harimau membuat Riana terkejut. Namanya disebut, siapakah harimau itu?
"Ternyata benar, kau Raina..."
Serigala di depan Raina mengaung, lalu mengerang lagi, mengancam musuh. Tetapi tetap, harimau putih hitam itu tidak takut. Matanya fokus pada Raina.
"Aku telah menantimu." Dia berjalan mendekat, tidak takut sama sekali dengan siapa yang melindungi Raina, karena dia telah mengalahkannya sejak awal.
"Jangan mendekat!"
Wuzz! Raina mengeluarkan api dari tangannya, bersiap melemparkannya ke arah harimau itu.
Harimau itu berhenti. Rasa takjubnya semakin menjadi-jadi. Dia sudah menduga, bahwa Raina adalah sosok yang luar biasa.
"Aku sangat menyukaimu dari dulu." Harimua itu menatap api di tangan Raina. "Mari ikut aku. Aku akan memperlakukanmu dengan baik. Tapi jika kau menolak, maka aku akan-"
Gerangan hewan buas terdengar bersamaan seekor Serigala yang tiba-tiba hadir dengan erangan yang lebih ganas. Taringnya terlihat sangat tajam. Matanya merah dan kuku-kukunya bersiap untuk menerkam. Raina tersentak saat dilihatnya sosok serigala ini sebesar harimau hitam putih itu.
Erangan itu membuat sang harimau perlahan mundur. Kehadiran serigala itu ternyata membuatnya cukup takut.
"Pergi, atau aku akan menghabisimu lagi!" Suara berat bercampur erangan hewan membuat Raina tahu, siapa serigala besar ini.
"Elian.. senang bertemu denganmu. Aku hanya ingin tahu, gadis mana yang kau nikahi sampai pernikahanmu pun tidak mengundangku. Aku tersinggung." Ujar Harimau itu.
Elian masih mengerang. Dia bersikap siaga untuk menerkam. "Jangan pernah injakkan kakimu diwilayahku!"
Lama dia menatap Riana, lalu harimau itu akhirnya berbalik badan. "Pamanmu ini hanya ingin mengucapkan selamat. Paman senang kau menikahi gadis ini." Dia menoleh ke belakang, tersenyum mengerikan menatap Raina. "Pilihan yang sangat bagus, Elian. Sangat bagus." Ujarnya dan akhirnya pergi dengan cepat.
Suasana di tempat itu masih sangat menegangkan. Terlebih Raina. Hatinya berdesir seketika sesaat setelah mendengar ucapan harimau itu. Siapa dia? Kenapa harimau itu mengenalnya? Dalam hati Raina bertanya-tanya, entah kenapa amarahnya memuncak sekali mendengar suara harimau itu, seolah dia pernah mendengarnya. Sampai tanpa sadar api merah di tangan Raina berubah menjadi jingga.
Mata Elian terpusat ke api itu. Dia tahu, perubahan warna api di tangan Raina menandakan kekuatan panas dari api itu telah meningkat....
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Abdul Kholiq
belum up ternyata... sdh dua hari nungguin 😔
2023-10-18
1
Mystera11
dati td nahan utk nggak komen pen saking serius pingin cepat2 baca bab slanjutnya,,, taktaunya udah akhir bab rupanya😩 jgn lama2 up lg ya pen,,, sumpah pen ini author yg bikin greget. sebel krn sllu d gantung tp bikin penasaran jg klo ngga lnjut baca😭😭
2023-10-17
1
Abdul Kholiq
sabar menanti kalian berdua yang mulia😎😎😎😎😎
2023-10-16
0