Kini lima anak kembar Aizhe telah tidur di kamarnya, kecuali Axel yang menunggu Arzen dan Davis selesai makan. Awalnya, Chloe tak mau tidur, tapi karena capek mencari Ara, putra kedua Aizhe itu memilih tidur. Ia percaya, Axel bisa menjaga Ibu mereka.
"Axel, belum ngantuk?" Aizhe duduk di dekat Axel yang sedang menonton tv. Terdengar jelas, suara Axel sedang menertawai kartun kesukaannya.
"Belum, Mommy," ucapnya sambil memeluk tangan Aizhe dan bersandar di lengan Ibunya. Waktu gilirannya bermanja-manja. "Dua orang itu sudah pulang, sayang?" tanya Aizhe lagi sambil membelai rambut putranya.
"Belum, masih di dalam," jawab Axel turun, menyandarkan kepalanya ke atas pangkuan Ibunya dan memegang tangan Aizhe yang hangat.
"Begitu ya, karena mereka belum pulang, Axel belum tidur."
Tiba-tiba suara langkah kaki, keluar dari dapur. Axel duduk, melihat Arzen dan Davis di sana.
"Nona, untuk hari ini, terima kasih sudah mempersilahkan kami bertamu dan mengajak kami makan malam, sekarang sudah waktunya saya pulang, dan untuk kerjasama ini, anda boleh memberi jawaban besok, sekali lagi, terima kasih, dan permisi," ucap Davis tersenyum kepada Axel dan Aizhe.
"Sama-sama, Pak," balas Aizhe juga tersenyum, tapi arah matanya lebih ke Arzen. "Hm, kenapa tidak ikut pulang, Om?" tanya Axel, heran melihat Arzen tidak menyusul Davis yang keluar dari apartemen.
"Hm, siapa itu, sayang?" tanya Aizhe sedikit terkejut.
"Itu, Mommy, Om Palesdir," jawab Axel susah sebut namanya.
"Oh, Om tampan yang Ara maksud?" Arzen kembali tersipu, mendengar ucapan Aizhe. Karena suara Aizhe yang lembut dan terdengar candu.
"Ya, Mommy." Sahut Axel.
"Tuan Presdir, mengapa anda berada di sini? Mengapa tidak pulang bersama asisten anda?" tanya Aizhe tampak tenang. Ia tak cemas, karena berpikir, Arzen adalah orang baik.
"Apa anda kehilangan sesuatu di sini?" Aizhe bertanya lagi.
Arzen mendeham, "Bukan kehilangan, tapi saya mau menginap di sini,"
"Kenapa? Di sini tempatnya sempit dan bau, tidak ada kamar dan tempat tidur lagi, Om," kata Axel semakin heran.
"Apakah, ucapan soal penggusuran itu alasan anda mau menginap di sini?" Aizhe menebak dan belum berpindah dari tempatnya duduk.
"Bukan, soal itu saya belum memastikannya,"
"Lalu, apa tujuan Om tinggal di sini?" tanya Axel.
"Ada seseorang yang sedang saya waspadai dan cari di apartemen ini, dan saya berharap besok dapat menangkapnya." Arzen ingin menemukan sang peretas dulu.
"Kalau begitu, Om mau tidur di mana?" tanya Axel.
"Tidur di sini juga tak masalah." Arzen menuju ke sofa yang dekil. Melepas jasnya kemudian menjadikannya alas tidur. Memejamkan mata dan berkata, "Tak perlu takut, aku banyak uang, dan tak ada niat mencuri di rumah ini."
Axel dan Aizhe bernafas lega. "Mommy, sini, tidur di kamar Ara." Axel menuntun Ibunya.
"Kamu tidur di mana, sayang?" tanya Aizhe cemas.
"Mommy, tenang saja, Axel tidur di luar, sekalian awasi orang itu," ucap Axel menyelimuti Aizhe.
"Baiklah, kalau ada apa-apa, panggil Mommy."
"Mengerti, Mommy." Axel mengecup pipi Ibunya, kemudian mengambil kasur bekas. Membawa keluar untuk tidur di depan televisi. Aizhe memegang tangan Ara, memejamkan mata dan berharap semua anaknya baik- baik saja besok.
Kini, apartemen itu hening. Tak ada suara obrolan selain air kerang di wastafel yang menetes sedikit demi sedikit. Jam dinding juga telah menunjukkan hari sudah pukul dua dini. Mendadak, Arzen terbangun. Kedinginan dan mau pipis. Setelah lega buang air kecil, Arzen kembali ke sofa. Tapi karena dingin, ia menoleh ke Axel yang berselimut.
"Huh, dingin banget! Tanpa AC, apartemen ini lebih dingin daripada di rumah." Arzen yang menggigil, terpaksa tidur di sebelah Axel dan menarik selimutnya sedikit. Saat memejamkan mata, bocah itu tiba-tiba bergerak memeluknya. Arzen terdiam kaku, pertama kalinya mendapat pelukan dari bibit pertamanya. Menepis rasa gengsinya.
Meskipun begitu, rasanya hangat sekali. Arzen tanpa sadar, membalas pelukan putra kecilnya. Tidur bersama di depan televisi. Pemandangan yang indah dan memenangkan jiwa sombongnya, Arzen.
—---—---
Pagi hari tiba dengan begitu cepat, udara pagi yang menghembus masuk terasa sejuk dan segar. Empat anak kembar Aizhe di kamar, terbangun dan segera mencuci muka mereka. Mandi dan gosok gigi dengan teratur.
Aizhe pun juga terbangun, merentangkan kedua tangannya dan menghirup udara segar. Setelah itu, membangunkan Ara. "Ara, bangun." Tetapi putri mungilnya sangat terlelap, akibat kejadian kemarin.
"Ya sudah, Ara tidur saja dulu." Aizhe meraba wajah Ara, kemudian mencium keningnya.
"Hm, orang itu masih di luar atau sudah pulang?" gumam Aizhe penasaran. Ia pun turun dan pergi cuci muka. Tak sengaja, berpapasan dengan empat anaknya. "Asel, ada di sana?" tanya Aizhe.
"Tidak ada, Mommy. Ini kami, Loye, Nath, Zee dan Arzqa." Mereka menjawab kompak. "Hm, kemana kakak kalian?" tanya Aizhe sambil cuci muka lalu menyikat gigi.
"Tidak tau, kami belum melihatnya, Mommy," jawab Chloe.
"Kalau begitu, coba kalian keluar dan lihat apakah di depan televisi ada Asel atau tidak ada?"
"Baik, Mommy!" Mereka meninggalkan Aizhe yang bersiap mandi. Setelah pakai baju, empat anak kembarnya, mengecek televisi. Langsung saja terkejut melihat Axel berpelukan dengan seseorang.
"Siapa itu?" tanya mereka saling bertatapan.
"Ayo, kita lihat!" Mereka mendekat, memperhatikan wajah Arzen.
"Hei, ini kan Om yang bermuka menyebalkan itu!" Tunjuk Zee duduk bersama yang lain dan menunggu Axel bangun.
"Loye, kalian di mana?" Aizhe datang memanggil. Sudah cantik dengan pakaian sederhana. Saat mau menyahut, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk dan suara orang-orang berteriak di luar sana.
Aizhe berbelok, pergi membuka pintu. Setelah menemukan gagang pintu, Aizhe membuka pintu dengan lebar dan langsung mendengar cemoohan para tetangga yang dari lantai bawah dan atasnya.
"Hei, jalllllang! Pergi dari sini! Gara-gara kau, tempat kami mau digusur!"
"Bawa enam anak haram kau juga!"
"Cepat bereskan barang-barang kalian! Dan angkat kaki dari apartemen ini!"
Mereka dengan lantang dan kebencian, berseru mengusir Aizhe.
"Tunggu, Pak, Bu, tolong tenang dulu, saya—" ucap Aizhe mau jelaskan, tapi salah satu dari mereka mendorongnya ke belakang.
...
😢Selalu saja direndahkan, kasihan Aizhe dan anak-anak nya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Suky Anjalina
kasihan
2024-01-30
0
apiii
ih jahat bgt gila emng
2023-06-05
3
Naura Putri
lanjut kak....seruu
2023-06-05
2