BAB 20 #Mengusir Aizhe

Kini lima anak kembar Aizhe telah tidur di kamarnya, kecuali Axel yang menunggu Arzen dan Davis selesai makan. Awalnya, Chloe tak mau tidur, tapi karena capek mencari Ara, putra kedua Aizhe itu memilih tidur. Ia percaya, Axel bisa menjaga Ibu mereka.

"Axel, belum ngantuk?" Aizhe duduk di dekat Axel yang sedang menonton tv. Terdengar jelas, suara Axel sedang menertawai kartun kesukaannya.

"Belum, Mommy," ucapnya sambil memeluk tangan Aizhe dan bersandar di lengan Ibunya. Waktu gilirannya bermanja-manja. "Dua orang itu sudah pulang, sayang?" tanya Aizhe lagi sambil membelai rambut putranya.

"Belum, masih di dalam," jawab Axel turun, menyandarkan kepalanya ke atas pangkuan Ibunya dan memegang tangan Aizhe yang hangat.

"Begitu ya, karena mereka belum pulang, Axel belum tidur."

Tiba-tiba suara langkah kaki, keluar dari dapur. Axel duduk, melihat Arzen dan Davis di sana.

"Nona, untuk hari ini, terima kasih sudah mempersilahkan kami bertamu dan mengajak kami makan malam, sekarang sudah waktunya saya pulang, dan untuk kerjasama ini, anda boleh memberi jawaban besok, sekali lagi, terima kasih, dan permisi," ucap Davis tersenyum kepada Axel dan Aizhe.

"Sama-sama, Pak," balas Aizhe juga tersenyum, tapi arah matanya lebih ke Arzen. "Hm, kenapa tidak ikut pulang, Om?" tanya Axel, heran melihat Arzen tidak menyusul Davis yang keluar dari apartemen.

"Hm, siapa itu, sayang?" tanya Aizhe sedikit terkejut.

"Itu, Mommy, Om Palesdir," jawab Axel susah sebut namanya.

"Oh, Om tampan yang Ara maksud?" Arzen kembali tersipu, mendengar ucapan Aizhe. Karena suara Aizhe yang lembut dan terdengar candu.

"Ya, Mommy." Sahut Axel.

"Tuan Presdir, mengapa anda berada di sini? Mengapa tidak pulang bersama asisten anda?" tanya Aizhe tampak tenang. Ia tak cemas, karena berpikir, Arzen adalah orang baik.

"Apa anda kehilangan sesuatu di sini?" Aizhe bertanya lagi.

Arzen mendeham, "Bukan kehilangan, tapi saya mau menginap di sini,"

"Kenapa? Di sini tempatnya sempit dan bau, tidak ada kamar dan tempat tidur lagi, Om," kata Axel semakin heran.

"Apakah, ucapan soal penggusuran itu alasan anda mau menginap di sini?" Aizhe menebak dan belum berpindah dari tempatnya duduk.

"Bukan, soal itu saya belum memastikannya,"

"Lalu, apa tujuan Om tinggal di sini?" tanya Axel.

"Ada seseorang yang sedang saya waspadai dan cari di apartemen ini, dan saya berharap besok dapat menangkapnya." Arzen ingin menemukan sang peretas dulu.

"Kalau begitu, Om mau tidur di mana?" tanya Axel.

"Tidur di sini juga tak masalah." Arzen menuju ke sofa yang dekil. Melepas jasnya kemudian menjadikannya alas tidur. Memejamkan mata dan berkata, "Tak perlu takut, aku banyak uang, dan tak ada niat mencuri di rumah ini."

Axel dan Aizhe bernafas lega. "Mommy, sini, tidur di kamar Ara." Axel menuntun Ibunya.

"Kamu tidur di mana, sayang?" tanya Aizhe cemas.

"Mommy, tenang saja, Axel tidur di luar, sekalian awasi orang itu," ucap Axel menyelimuti Aizhe.

"Baiklah, kalau ada apa-apa, panggil Mommy."

"Mengerti, Mommy." Axel mengecup pipi Ibunya, kemudian mengambil kasur bekas. Membawa keluar untuk tidur di depan televisi. Aizhe memegang tangan Ara, memejamkan mata dan berharap semua anaknya baik- baik saja besok.

Kini, apartemen itu hening. Tak ada suara obrolan selain air kerang di wastafel yang menetes sedikit demi sedikit. Jam dinding juga telah menunjukkan hari sudah pukul dua dini. Mendadak, Arzen terbangun. Kedinginan dan mau pipis. Setelah lega buang air kecil, Arzen kembali ke sofa. Tapi karena dingin, ia menoleh ke Axel yang berselimut.

"Huh, dingin banget! Tanpa AC, apartemen ini lebih dingin daripada di rumah." Arzen yang menggigil, terpaksa tidur di sebelah Axel dan menarik selimutnya sedikit. Saat memejamkan mata, bocah itu tiba-tiba bergerak memeluknya. Arzen terdiam kaku, pertama kalinya mendapat pelukan dari bibit pertamanya. Menepis rasa gengsinya.

Meskipun begitu, rasanya hangat sekali. Arzen tanpa sadar, membalas pelukan putra kecilnya. Tidur bersama di depan televisi. Pemandangan yang indah dan memenangkan jiwa sombongnya, Arzen.

—---—---

Pagi hari tiba dengan begitu cepat, udara pagi yang menghembus masuk terasa sejuk dan segar. Empat anak kembar Aizhe di kamar, terbangun dan segera mencuci muka mereka. Mandi dan gosok gigi dengan teratur.

Aizhe pun juga terbangun, merentangkan kedua tangannya dan menghirup udara segar. Setelah itu, membangunkan Ara. "Ara, bangun." Tetapi putri mungilnya sangat terlelap, akibat kejadian kemarin.

"Ya sudah, Ara tidur saja dulu." Aizhe meraba wajah Ara, kemudian mencium keningnya.

"Hm, orang itu masih di luar atau sudah pulang?" gumam Aizhe penasaran. Ia pun turun dan pergi cuci muka. Tak sengaja, berpapasan dengan empat anaknya. "Asel, ada di sana?" tanya Aizhe.

"Tidak ada, Mommy. Ini kami, Loye, Nath, Zee dan Arzqa." Mereka menjawab kompak. "Hm, kemana kakak kalian?" tanya Aizhe sambil cuci muka lalu menyikat gigi.

"Tidak tau, kami belum melihatnya, Mommy," jawab Chloe.

"Kalau begitu, coba kalian keluar dan lihat apakah di depan televisi ada Asel atau tidak ada?"

"Baik, Mommy!" Mereka meninggalkan Aizhe yang bersiap mandi. Setelah pakai baju, empat anak kembarnya, mengecek televisi. Langsung saja terkejut melihat Axel berpelukan dengan seseorang.

"Siapa itu?" tanya mereka saling bertatapan.

"Ayo, kita lihat!" Mereka mendekat, memperhatikan wajah Arzen.

"Hei, ini kan Om yang bermuka menyebalkan itu!" Tunjuk Zee duduk bersama yang lain dan menunggu Axel bangun.

"Loye, kalian di mana?" Aizhe datang memanggil. Sudah cantik dengan pakaian sederhana. Saat mau menyahut, tiba-tiba terdengar suara pintu diketuk dan suara orang-orang berteriak di luar sana.

Aizhe berbelok, pergi membuka pintu. Setelah menemukan gagang pintu, Aizhe membuka pintu dengan lebar dan langsung mendengar cemoohan para tetangga yang dari lantai bawah dan atasnya.

"Hei, jalllllang! Pergi dari sini! Gara-gara kau, tempat kami mau digusur!"

"Bawa enam anak haram kau juga!"

"Cepat bereskan barang-barang kalian! Dan angkat kaki dari apartemen ini!"

Mereka dengan lantang dan kebencian, berseru mengusir Aizhe.

"Tunggu, Pak, Bu, tolong tenang dulu, saya—" ucap Aizhe mau jelaskan, tapi salah satu dari mereka mendorongnya ke belakang.

...

😢Selalu saja direndahkan, kasihan Aizhe dan anak-anak nya.

Terpopuler

Comments

Suky Anjalina

Suky Anjalina

kasihan

2024-01-30

0

apiii

apiii

ih jahat bgt gila emng

2023-06-05

3

Naura Putri

Naura Putri

lanjut kak....seruu

2023-06-05

2

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 #Enam Anak Kembar
2 Bab 2 #Mengalami Depresi
3 Bab 3 #Hadiah Dari Mommy
4 BAB 4 #Kapan Menikah?
5 BAB 5 #Keracunan
6 BAB 6 #Rumah Ericsson
7 BAB 7 #Sombong Dan Playboy
8 BAB 8 #Tuyul Aizhe
9 BAB 9 #Enam Bibit Unggul
10 BAB 10 #Ala Bukan Anak Halam!
11 BAB 11 #Ala Ndak Punya Papa, Om
12 BAB 12 #Dia Mirip Anakku
13 BAB 13 #Bertemu Arzen
14 BAB 14 #Menawarkan Pernikahan
15 Bab 15 #Punya Enam Anak Kembar?
16 BAB 16 #Om Ndak Boleh Masuk!
17 BAB 17 #Enam Anak Dalam Setahun
18 BAB 18 #Keluallkan, Ala!
19 BAB 19 #Daddy Mu Banyak Uang
20 BAB 20 #Mengusir Aizhe
21 BAB 21 #Pergi Kau Wanita Murahan!
22 BAB 22 #Ternyata Punya Suami Tampan
23 BAB 23 #Kita Mau Kemana, Om?
24 BAB 24 #Sebagai Ayah Biologis
25 BAB 25 #Kelahirannya Tidak Diinginkan
26 BAB 26 #Rasanya Menyakitkan
27 BAB 27 #Lepaskan! Aku Nggak Mau!
28 BAB 28 #Menjadi Teman Tidurku
29 BAB 29 #Aku Nggak Mau Dia Mati
30 BAB 30 #Mommy Kenapa Menangis?
31 BAB 31 #Melakukan Tes DNA
32 BAB 32 #Belum Yakin
33 BAB 33 #Menyuruh Arzen Menikah
34 BAB 34 #Iya, Om Tampan!
35 BAB 35 #Menangis Terharu
36 BAB 36 #Arzen Cemburu
37 BAB 37 #Dia Ayah Anakku?
38 Bab 38 #Menikahlah Denganku
39 Bab 39 #Panggil Sayang Dong
40 BAB 40 #Di-dia Papa Kalian
41 BAB 41 Daddy, Ini Apa?
42 BAB 42 Tak Sudi Punya Menantu Cacat!
43 BAB 43 Bermuka Dua
44 BAB 44 Anak Haram Kok Dibela
45 Bab 45 Hanya Setara Pembantu
46 BAB 46 Hampir Jatuh
47 BAB 47 Langsung Jadi Suami Tampan
48 BAB 48 ERROR BERJAMAAH
49 BAB 49 Kapan Mommy Melihat?
50 BAB 50 Cintaku Sebesar Matahari
51 BAB 51 Nenek Paling Galak
52 BAB 52 Apa Maksud Nenek?
53 BAB 53 Suka Gengsi
54 BAB 54 Kedatangan Erina
55 BAB 55 Itu Adalah Cinta
56 BAB 56 Mencurigakan
57 BAB 57 Ayo Mandi Sayang
58 BAB 58 Siapa Orang Tua Aizhe?
59 BAB 59 Anak Yang Dibuang
60 BAB 60 Takut Kebobolan
61 BAB 61 Permintaan Terakhir
62 Bab 62 Flashback Ericsson : Titipan Dari Tuhan
63 BAB 63 Anak Tuan Ericsson
64 BAB 64 Flashback Ericsson : Surat Terakhir
65 BAB 65 Polisi Mencari Arita
66 BAB 66 Kabar Bahagia
67 BAB 67 Permintaan
68 BAB 68 Takut Arita Meninggal
69 BAB 69 Cucu Baru Untuk Mama
70 BAB 70 Emosi
71 BAB 71 Dapat Cincin
72 BAB 72 Donor Mata Untuk Mommy
73 BAB 73 Membawa Aizhe Operasi
74 BAB 74 Meninggal
75 BAB 75 Pemakaman (ENDING)
76 BAB 76 EKTRA PART 1 : Mau Melahirkan
77 BAB 77 EKTRA PART 2 : Kelahiran Bayi Jenius [Last Part]
78 Novel Baru Istri Tawanan Tuan Kejam
Episodes

Updated 78 Episodes

1
Bab 1 #Enam Anak Kembar
2
Bab 2 #Mengalami Depresi
3
Bab 3 #Hadiah Dari Mommy
4
BAB 4 #Kapan Menikah?
5
BAB 5 #Keracunan
6
BAB 6 #Rumah Ericsson
7
BAB 7 #Sombong Dan Playboy
8
BAB 8 #Tuyul Aizhe
9
BAB 9 #Enam Bibit Unggul
10
BAB 10 #Ala Bukan Anak Halam!
11
BAB 11 #Ala Ndak Punya Papa, Om
12
BAB 12 #Dia Mirip Anakku
13
BAB 13 #Bertemu Arzen
14
BAB 14 #Menawarkan Pernikahan
15
Bab 15 #Punya Enam Anak Kembar?
16
BAB 16 #Om Ndak Boleh Masuk!
17
BAB 17 #Enam Anak Dalam Setahun
18
BAB 18 #Keluallkan, Ala!
19
BAB 19 #Daddy Mu Banyak Uang
20
BAB 20 #Mengusir Aizhe
21
BAB 21 #Pergi Kau Wanita Murahan!
22
BAB 22 #Ternyata Punya Suami Tampan
23
BAB 23 #Kita Mau Kemana, Om?
24
BAB 24 #Sebagai Ayah Biologis
25
BAB 25 #Kelahirannya Tidak Diinginkan
26
BAB 26 #Rasanya Menyakitkan
27
BAB 27 #Lepaskan! Aku Nggak Mau!
28
BAB 28 #Menjadi Teman Tidurku
29
BAB 29 #Aku Nggak Mau Dia Mati
30
BAB 30 #Mommy Kenapa Menangis?
31
BAB 31 #Melakukan Tes DNA
32
BAB 32 #Belum Yakin
33
BAB 33 #Menyuruh Arzen Menikah
34
BAB 34 #Iya, Om Tampan!
35
BAB 35 #Menangis Terharu
36
BAB 36 #Arzen Cemburu
37
BAB 37 #Dia Ayah Anakku?
38
Bab 38 #Menikahlah Denganku
39
Bab 39 #Panggil Sayang Dong
40
BAB 40 #Di-dia Papa Kalian
41
BAB 41 Daddy, Ini Apa?
42
BAB 42 Tak Sudi Punya Menantu Cacat!
43
BAB 43 Bermuka Dua
44
BAB 44 Anak Haram Kok Dibela
45
Bab 45 Hanya Setara Pembantu
46
BAB 46 Hampir Jatuh
47
BAB 47 Langsung Jadi Suami Tampan
48
BAB 48 ERROR BERJAMAAH
49
BAB 49 Kapan Mommy Melihat?
50
BAB 50 Cintaku Sebesar Matahari
51
BAB 51 Nenek Paling Galak
52
BAB 52 Apa Maksud Nenek?
53
BAB 53 Suka Gengsi
54
BAB 54 Kedatangan Erina
55
BAB 55 Itu Adalah Cinta
56
BAB 56 Mencurigakan
57
BAB 57 Ayo Mandi Sayang
58
BAB 58 Siapa Orang Tua Aizhe?
59
BAB 59 Anak Yang Dibuang
60
BAB 60 Takut Kebobolan
61
BAB 61 Permintaan Terakhir
62
Bab 62 Flashback Ericsson : Titipan Dari Tuhan
63
BAB 63 Anak Tuan Ericsson
64
BAB 64 Flashback Ericsson : Surat Terakhir
65
BAB 65 Polisi Mencari Arita
66
BAB 66 Kabar Bahagia
67
BAB 67 Permintaan
68
BAB 68 Takut Arita Meninggal
69
BAB 69 Cucu Baru Untuk Mama
70
BAB 70 Emosi
71
BAB 71 Dapat Cincin
72
BAB 72 Donor Mata Untuk Mommy
73
BAB 73 Membawa Aizhe Operasi
74
BAB 74 Meninggal
75
BAB 75 Pemakaman (ENDING)
76
BAB 76 EKTRA PART 1 : Mau Melahirkan
77
BAB 77 EKTRA PART 2 : Kelahiran Bayi Jenius [Last Part]
78
Novel Baru Istri Tawanan Tuan Kejam

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!