"Permisi, Tuan muda,"
"Hm, ada apa?" tanya Arzen yang sedang duduk di meja kerjanya dan mengecek hasil meeting nya tadi siang.
"Makan malam sudah siap," jawab pembantu di dekat pintu.
"Hmmm, baiklah. Saya segera turun," ucap Arzen tanpa menoleh.
"Oh, sebentar!" Pembantu itu berhenti dan bertanya, "Ya, Tuan muda?"
"Apa kau sudah memberikan bagian untuk Nenek saya?"
"Sudah, Tuan muda. Saya barusan mengantarkan—"
"Sana, pergi. Saya tak perlu mendengarnya sampai selesai."
"Baik, Tuan muda." Pembantu mengangguk dan pergi dengan sedikit kesal karena sifat Arzen yang terlalu sombong dan acuh. 'Tuan Arzen tampan, tapi sayang sekali sombong dan playboy! Lebih baik, dia tak usah punya istri. Kasihan nanti istrinya punya suami tak bisa menghargai orang lain!' gerutu pembantu dalam hati.
Sampai di dapur, ia diam dan kaget melihat sisi di kiri atas meja, kosong. "Hm, kemana hidangan untuk Tuan muda?" gumamnya bingung.
"Ah, duh, mungkin saya lupa menaruhnya!" Ia pergi mengambil pengganti lain. Bersamaan Katherine dan Arzen masuk ke dapur.
"Arzen, bagaimana perusahaan mu? Apa semua berjalan lancar?" tanya Katherine basa-basi.
"Yah dong, Ma. Kalau Arzen yang urus, semuanya berjalan mulus." Arzen menjawab sambil menyombongkan dirinya.
'Hm, kenapa dia sangat sombong?' pikir Ara di bawah meja. Bersembunyi di sana dan makan daging sambil melihat bayangan kaki mereka di balik kain taplak meja.
"Baguslah," ucap Katherine mengelus dada.
"Loh, Bik!" panggil Arzen.
"Ya, Tuan muda?"
"Rendang bebek saya mana?" tanya Arzen menunjuk piringnya yang kosong.
"Ehh, barusan saya sudah taruh di sini, Tuan,"
"Cih, kerja yang benar dong! Sana, bawakan yang lain!" seloroh Arzen kesal. "Loh, kenapa tidak pergi juga? Mau saya beri uang dulu?"
"Mohon maaf, Tuan. Daging bebeknya sudah tidak ada di dalam panci."
"APA?!!" Arzen menggebrak meja sehingga Ara hampir tersedak di bawah sana. Ia segera mengintip dan terkejut melihat ada tiga orang besar dengan pakaian mahal sedang bertatap-tatapan.
"Waduh, kenapa ada manusia di sini? Apa meleka dikilim ke sini juga?" gumam Ara segera mengambil termos air di atas meja. Minum sampai benar-benar tenang.
"Loh, Bik, air di sini juga mana?" Kali ini Katherine yang bingung.
Tiba-tiba lampu di dapur berkedip, dan hembusan angin dari jendela membuat mereka mengelus lengan dan merinding.
"Ah sial, aku makan ke kamar saja deh!" Arzen mengambil sepiring hidangan kemudian naik ke kamarnya. Sedangkan Katherine juga membawa hidangan miliknya ke kamar.
"Duh, sejak kapan dapur angker begini?" gumam pembantu sambil membereskan sisa makanan di atas meja. Saat mencuci piring lagi-lagi bulu kuduknya berdiri setelah terdengar suara cekikikan.
"Siapa itu?" Pembantu menoleh dan tak ada siapa-siapa.
"Akhh..... jangan ganggu saya setan!" Pembantu yang menyelesaikan cucian piringnya, bergegas keluar dari dapur.
"Hihihi…. melleka semua penakut." Tawa Ara yang berdiri di belakang pintu dan sudah kenyang makan satu potong daging bebek milik Arzen.
"Umm....mommy mana ya?" Ara berjalan mencari Aizhe di lorong, kemudian naik ke lantai atas. "Mommy…." panggil Ara pelan dan takut karena rumah itu besar dan luas. Bahkan tak ada satupun orang yang terlihat.
"Uhh, kamall apa ini?" Ara berhenti dan mengintip ke dalam. Ia terdiam sejenak melihat Arzen di sana sedang bekerja. "Oh, itu kan Paman galak yang suka malah-malah! Kenapa dia ada di sini? Kenapa belum pulang?"
"Oh, jangan-jangan lagi catat kejahatan ollang?" gumam Ara.
"Kalau begitu, Ala halus ke sana telus suluh paman itu catat k kejahatan ollang yang suka ganggu Mommy! Iyah, Ala hallus bantuin Mommy." Ara maju perlahan dan diam-diam. Ia berdiri di depan meja Arzen yang tinggi dan besar. Sementara Arzen sibuk mencatat sesuatu.
"Hm, kira-kira catat apa lagi ya?" gumam Arzen bingung. Tiba-tiba ada yang menyahut, "Catat ollang jahat, Om!"
"Hm, catat olang? Apa itu?"
"Ehh, loh, dari mana suara tadi berasal?" Arzen menoleh kiri dan kanan, tetapi hanya dirinya saja di ruangan itu.
"Hiiih, sejak kapan rumah besar ini ada tuyulnya?" Bulu kuduk Arzen berdiri semua. Ia pun kembali melompat kaget ada jawaban lagi. "Ala bukan tuyul...Om!"
"Ihh...tuyulnya bahkan punya nama?"
"Argh, ini mungkin ulah Victor! Dia pasti sudah mengirim sesuatu di rumah ini!" Arzen menggerutu dan berjalan keluar tanpa melihat di depan mejanya ada Ara yang cemberut.
[Ilustrasi Rumah Arzen]
"Hmm, kenapa pellgi? Sehalusnya Ala yang mallah tawu!" sentak Ara merasa sebal ditinggal sendirian. Gadis kecil itupun menyusul Arzen di belakang dan masih memegang kantong infusnya.
"Arzen, siapa yang membuatmu marah?" tanya Katherine tak sengaja berpapasan dengannya. Ara pun bersembunyi di belakang pot bunga besar dan memperhatikan Katherine.
"Barusan aku dengar ada anak kecil menyahut di ruang kerjaku, dan sekarang aku mau menemui Victor, Ma."
"Sudahlah, mungkin kau terlalu capek sampai halusinasi, lebih baik sana masuk ke kamar dan istirahatlah," suruh Katherine.
"Huh, baiklah, Ma." Arzen masuk ke dalam kamarnya, sedangkan Katherine menuju ke kamar sendiri.
"Hm, ndak boleh tidull dulu, Om itu halus bantu Ala pulang!" Ara berjalan cepat. Ia membuka pintu perlahan dan masuk ke dalam kamar. Gadis itu diam-diam mendekati Arzen yang terbaring di atas tempat tidur.
"Uhh, Om, udah tidull ya?" panggil Ara berbisik. Tapi Arzen yang lelah telah masuk ke dalam mimpi.
"Aduh, bagaimana ini? Ala kan mawu pulang." Ara berjalan ke arah jendela. Membuka gorden dan melihat langit di luar sana yang gelap gulita. Ara yang ketakutan, ia pun naik ke tempat tidur dan masuk ke dalam selimut gara-gara udara malam yang dingin. Ia tidur begitu saja di samping Arzen.
Esok paginya yang cerah benderang, Arzen terbangun. Beranjak duduk dan meregangkan kedua otot tangannya. Sontak, hidung mancungnya bergerak naik turun mencium bau pipis. "Hueek, bau dari mana ini?" Arzen menarik selimutnya dan terperangah melihat bekas pipis di sana.
"Akhhhh! Sejak kapan aku ngompol?!" Arzen berteriak kaget. Padahal umurnya sudah 26 tahun, tapi masih ngompol?
"Tolong bangunkan saya, ini pasti mimpi!" Arzen juga tak habis pikir, Presdir muda yang tampan sepertinya telah menodai selimutnya sendiri. Namun aslinya, itu adalah perbuatan Ara, si kecil cantik yang ketakutan sampai ngompol di tempat tidurnya.
...
🤣Dikasih oleh-oleh tuh Pak Ceo
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Suky Anjalina
hahahaha🤣🤣🤣
2024-01-30
0
Rafanda 2018
ko ara bodoh,katanya anak jenius,binggung
2023-10-15
2
Siti Nurjanah
good Ara kasih kado salam kenal untuk tuan arogan ,sombong nan playboy yang tak bertanggung jawab
2023-06-16
1