"Mah, tenangkan dirimu. Ini sudah masuk tindak kekerasan, lihat, kedua betis anak ini, sudah merah dan lebam." Arzen merebut rotan itu dan membuangnya ke lantai.
"Hei, nak, turunlah, berikan ini pada dia," ucap Arzen mengambil spon dari tangan mungil Ara yang bergetar, kemudian menggendongnya.
"Bik, selesaikan,"
"Baik, Tuan muda."
Pembantu menggantikan Ara.
"Arzen! Berhenti, kau mau bawa kemana anak itu?" tanya Katherine.
"Mama, lihat sendiri, gara-gara perbuatan Mama, anak ini mengalami luka di betisnya. Kalau ada orang yang tau dan meliput perbuatan Mama, mereka bisa menuntut Mama ke penjara dan nama baik Arzen juga bisa tercoreng!" jelas Arzen, pergi membawa Ara ke ruang tamu.
"Bagaimana, sakitnya masih ada?" tanya Arzen selesai mengobati kedua kaki Ara dan memperbannya dengan baik. Ara cuman diam, dan menunduk. "Ck, dasar tak tau diuntung, bukannya berterima kasih, malah diam seperti patung," cibir Katherine.
"Mama, berhenti deh, dia ini sedang ketakutan gara-gara Mama," kata Arzen melihat Katherine yang duduk santai dan menggigit buah apel.
"Baiklah, saya kupas apel untuk mu juga," ucap Arzen, mengambil buah apel tetapi Katherine merebutnya. "Mama, tolong deh, berhenti bersikap kekanak-kanakan, dia ini butuh diperhatikan, bukan untuk dimusuhi," tegur Arzen, akhirnya ia mengambil jeruk.
"Nih, makanlah, biar kamu sehat, buah ini mengandung vitamin c dan baik untuk tubuh mu," kata Arzen. Ara membuka mulut dan menerima suapan darinya. "Tellima kasih, Om," lirih Ara tersenyum senang.
"Cih, payah sekali. Makan jeruk seperti tidak pernah mencobanya, segitu miskinnya kah orang tua kalian sampai tidak bisa membeli buah ini?" cemoh Katherine.
Victor yang datang cukup terkesima pada Arzen, tapi tidak untuk Katherine yang mulutnya mulai pedas dan tajam seperti cabai ijo.
"Ada apa kau datang kemari?" tanya Arzen menatap Victor.
"Tuan muda, tugas saya di sini sudah selesai, sekarang saya mau membawa anak itu kembali ke Ibunya," jawab Victor sopan.
"Hm, memang kau sudah tau siapa dia?" Arzen bertanya sambil menguyah buah jeruk juga.
"Ya, Tuan muda. Saya tau dan nama dia adalah Ara." Senyum Victor.
"Oh, kalau begitu, kau tak perlu membawanya pulang, suruh saja orang tuanya atau Papa dia datang ke sini. Sekalian aku mau memarahi dia yang bodoh sekali menjaga putrinya!" kesal Arzen meramas kulit jeruknya.
"Hei, nak, kau tau nomor handphone Papa mu?" tanyanya ke Ara.
"Ala, ndak punya Papa, Om," jawab Ara menunduk.
"Ha? Maksudnya, Papa kamu pisah sama Mama?" tanya Arzen gagal paham.
"Bukan, Ala cuman punya Mommy, Ala ndak tawu dimana Papa," ucap Ara sambil menahan tangisnya.
"Cih, Arzen. Dia itu anak haram, hasil hubungan di luar nikah," cibir Katherine sangat menyakitkan, langsung memperjelas di depan Ara.
"A-ala, bukan-bukan anak hallam!" pekik Ara menangis.
"Mama, kalau mau bicara, dipikir-pikir dulu. Belum tentu dia anak seperti itu," tegur Arzen merasa sedih mendengarnya.
"Apa? Ini memang kenyataannya! Ibunya pasti hamil dan ditinggal oleh kekasihnya. Sangat menyedihkan, lebih buruk dari bangkai." Katherine berdiri, pergi dan tak tahan mendengar tangis Ara.
"Ya Tuhan, sungguh kejam ucapan dari wanita ini, benar-benar tak bisa memfilter mulutnya," hembus Victor duduk di sebelah Ara.
"Tenanglah, anak manis, kamu itu anak baik-baik, semua anak terlahir sebagai anugrah dan cinta, jangan dengarkan ucapan dia, anggap saja ada helikopter yang lagi rusak di sebelah mu," hibur Victor dan menatap Arzen yang meliriknya sinis.
"Apa maksud kau hina-hina Mama saya? Sudah bosen hidup?"
"Jangan tersinggung dulu, saya cuma bermaksud menghibur anak ini, Tuan muda. Lagian, saya juga tidak bermaksud menganggap Nyonya Katherine sebagai helikopter rusak," jelas Victor.
"Dih, sok baik banget," cibir Arzen.
"Sudah, saya masih ada pekerjaan, sekarang mari anak manis ikut sama Dokter, tinggal di sini hanya membuat mu berada di gurun pasir, panas dan bikin hati terbakar." Victor menggendong Ara.
"Heh, berhenti!" Arzen menahan.
"Apa, mau ikut?" tanya Victor.
"Tidak, nih berikan semuanya kepada dia." Arzen memberikan sekeranjang buah-buahan. Masih merasa tidak enak pada Ara yang mendapat perlakuan buruk dari Katherine.
"Anak manis, kalau orang ini membawa mu ke suatu tempat aneh, pukul saja perutnya dan larilah ke rumah ini," pesan Arzen.
"Tuan muda, saya Dokter, bukan penjahat. Permisi dan terima kasih." Victor dengan sesal, keluar membawa Ara pulang. Arzen pun juga pergi, kembali ke kantornya untuk mendengar cerita Davis soal anak kembar itu.
—---—----
"Axel, aku mendapatkannya!" seru Chloe.
"Ara ada di sini?" Tunjuk Axel ke rumah besar milik Arzen.
"Hm, benar. Lihatlah, foto ini, plat mobilnya sama seperti di cctv parkiran rumah sakit. Pasti Ara ada di sini!" jelas Chloe, lalu menghapus semua hasil kerjaannya agar tak ada yang curiga atas kejeniusannya.
"Kalau begitu, ayo kita ke sana!" usul Axel.
"Hm, ayo!" Setuju Chloe berdiri.
"Hm, kemana Zee dan Arzqa?" tanya Chloe.
"Tadah! Kita habis kerja juga," sahut Zee dan Arzqa di belakang.
Axel dan Chloe terperangah, melihat di tangan Zee ada lima lembar uang merah, bernilai cukup tinggi.
"Dapat dari mana?" tanya Axel dan Chloe.
"Ayo, kita pulang dulu, nanti dijalan kami beritahu, setelah itu kita kasih uang ini ke Mommy, terus kita jemput Ara," kata Zee mengantonginya. "Baiklah." Mereka berempat pun, pulang.
"Nath, buka pintunya!" Axel mengetuk pintu. Setelah Nath membukanya, Aizhe di belakang anak itu langsung bertanya, "Sayang, apakah kalian sudah pulang bersama adik kecil kalian?"
"Itu …." Tiba-tiba sahutan Ara menghentikan Axel bicara.
"Mommy! Kakak!"
Mereka semua menoleh ke sumber teriakan.
"Akhhh, Ara!" balas Zee teriak. ia berlari, memeluk adiknya dengan erat dan mencium lima kali rambut Ara yang harum.
"Ara, dari mana, sayang?" tanya Aizhe di samping Nath.
"Hm, itu kakinya—" putus Zee saat dibungkam oleh empat saudaranya. Agar Aizhe tidak cemas kalau mendengar kedua kaki Ara yang habis diperban.
"Mommy, Ala dallih lumah Nenek baik," jawab Ara memeluk Aizhe.
"Syukurlah, kamu baik-baik saja, tapi Ara pulang bersama siapa?" tanya Aizhe lagi dan membelai rambut Ara yang lembut sekali. Tentu saja, sebelum makan, Nyonya Arita menyuruh pembantu memandikan dan memberikan baju baru yang mewah untuk Ara, sehingga anak itu pulang dengan keadaan seperti putri dari keluarga tajir.
"Mommy, itu dia, Om Dokter!" Tunjuk lima anak laki-lakinya pada Victor yang berjalan ke arah mereka.
"Dokter? Yang kemarin periksa Mommy?" Aizhe kemudian mengulurkan tangannya. "Tuan Dokter, terima kasih sudah berbaik hati kepada kami." Meskipun buta, Aizhe tau cara berterima kasih.
Dokter pun mau membalasnya, tetapi Chloe langsung menarik tangan Ibunya. "Om, terima kasih." Dan menjabat tangan Victor sebagai perwakilan Ibunya.
.
Chloe terlalu posesif😘tapi bagaimana nanti kalau ketemu sama Arzen?😂
Daftar nama tokoh ;
-Arzen Neo Ericsson \= CEO Neo
-Aizhe Aza Eveline \= Ibu si twins enam
-Inara \= Bungsu, cantik, imut dan manja.
-Axel \= Sulung, Juru masak, perhatian
-Chloe \= Dua, Juru komputer, pengertian dan posesif.
-Nathan \= Tiga, Juru Akting, suka bercanda.
-Zee \= Empat, Juru bicara, suka debat
-Arzqa \= Lima, Juru bisnis, suka uang.
..
Katherine Jenkins \= Istri Ericsson, Ibu Arzen.
Ericsson Maleveric \= Ayah Arzen Neo.
Arita Maleveric \= Pemilik utama saham Neo.
Evelin \= Nenek yang merawat Aizhe.
Davis \= Asisten Arzen.
Victor \= Dokter
Alur santai dan Konflik ringan. Terima kasih dan ikuti selalu ya, jangan lupa favoritkan untuk bab berikutnya🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Suky Anjalina
aneh orang kaya kok pelit gitu
2024-01-30
0
sella surya amanda
lanjut
2023-06-02
4