Tiba di apartemen. Isak tangis Aizhe pecah setelah memeluk tubuh putrinya. "Huhuhu…. syukurlah, kalian masih bersama Mommy." Mencium berkali-kali kepala Ara dan memeluk anaknya bergantian.
"Pak, apa yang sekarang anda pikirkan?" tanya Davis di samping Arzen yang memandangi begitu lama Aizhe dan enam anak kembarnya.
"Davis, kira-kira apa pilihan ini terbaik?"
"Pilihan apa, Pak?"
"Saya merasa ingin membawa mereka ke rumah, tapi saya ragu, apakah ini yang terbaik bagi saya atau tidak?"
"Daripada membawa mereka, langsung nikahi saja Ibunya," saran Davis mantap, bukan kaleng-kaleng.
"Tidak, saya tidak mau, pernikahan itu berdasar atas cinta, bukan—" putus Arzen dipotong oleh ucapan Davis.
"Tuan Arzen, saya heran, jika anda tidak mau, lalu kenapa anda waktu itu merebut kesuciannya?" Tatap Davis jengkel.
"Kan sudah saya bilang, waktu itu saya, khilaf bukan karena cinta. Cinta dan khilaf itu artinya beda jauh." Arzen memperjelas.
"Baiklah, terserah anda. Tapi saran dari saya, sebaiknya menikah demi masa depan anak-anak kalian. Lagipula, cinta bisa datang kapan saja," kata Davis menepuk bahu Arzen. "Saya percaya, Tuan Arzen dapat memberi keputusan tepat soal ini." Davis keluar, tak tahan melihat suasana yang mengharukan itu.
Aizhe yang sudah tenang, memanggil Arzen. "Tuan, apakah anda masih ada di sana?"
"Ya, Om itu masih ada, Mommy," ucap anak kembarnya.
"Mengapa menanyakan saya?" tanya Arzen sedikit gugup dan was-was.
"Terima kasih banyak telah menemukan Ara dan memenjarakan pemilik tanah yang jahat itu. Saya berhutang budi sebesar-besarnya kepada anda. Silahkan katakan apa yang anda inginkan malam ini, Tuan?"
Arzen menyentuh dagu dan melirik satu demi satu enam anak di dekat Aizhe. "Baiklah, saya mau bertanya sesuatu, tapi saya harap bisa dijawab malam ini juga,"
"Baik, katakan saja, Tuan," angguk Aizhe.
"Begini, ehem… kalau boleh tahu, dimana ayah anak-anakmu?" tanya Arzen ingin dengar langsung dari mulut Aizhe. Begitupula, enam anak itu telah lama ingin tahu tentang ayah mereka.
"Soal itu, saya tidak tahu," jawab Aizhe lirih. Membuat anaknya menunduk lesu, sedangkan Arzen malah cemberut.
"Maaf, kalau begitu, apa kau pernah menyukai pria selama hidup mu?"
Enam anak Aizhe mengernyit heran, pertanyaan Arzen diluar lapisan tujuh atmosfer bumi.
Aizhe menunduk, "Tidak ada, saya belum pernah merasakan itu sebelumnya. Dicintai atau mencintai adalah perasaan yang tak mungkin saya dapatkan dari seorang pria."
"Berarti, cuma ayah mereka yang pernah dekat dengan mu?" tanya Arzen mendekat. Aizhe mengangguk. "Iya, hanya dia," jawab Aizhe tak bisa jujur kalau sebenarnya, ia langsung diperkosa bukan karena berawal dari cinta.
"Om, kenapa bertanya tentang itu? Apa tidak ada lain?" Axel, Nath, dan Zee merasa risih mendengar Arzen ingin tahu soal Ibunya.
"Baiklah, aku tidak akan bertanya lagi, ini sudah cukup," ucap Arzen sebelum mereka curiga.
"Kalau begitu, apa lagi yang perlu saya lakukan?" tanya Aizhe.
"Mommy, sudah," mohon Axel tak suka Ibunya begitu.
"Tidak, sayang. Ini belum cukup membalas bantuan mereka kepada kita," kata Aizhe. Arzen pun mengamati dan kemudian matanya berhenti ke arah dapur.
"Om, lihat apa?" tanya Ara yang berada dipangkuan Aizhe.
"Kalian punya makanan? Saya mulai lapar," ucap Arzen memegang perut datarnya.
Axel berdiri, langsung menawarkan rendang buatannya. "Ada, tadi kami makan rendang bebek, mungkin masih ada sisanya di dalam, Om mau coba?"
Mata Arzen berbinar-binar dan seketika berdiri. "Bagus, tunjukkan mana rendangnya."
"Sini, ikut masuk, Om!" Axel mengajak Arzen.
"Hm, kenapa kalian diam saja, sayang?" tanya Aizhe pada Chloe, Nath, Zee, dan Arzqa, kecuali Ara yang telah terlelap di pangkuan Aizhe.
"Itu, Mom, Om itu orang kaya, kalau lapar 'kan tinggal makan di restoran, bukan makan di sini," ucap mereka heran, apalagi kepada Axel, yang tadi geram pada Arzen, tiba-tiba berubah lembut. Aneh, bukan?
"Tidak perlu dipikirkan, yang jelas kita harus bersyukur ada orang kaya yang bersedia membantu kita dan makan masakan kakak kalian," kata Aizhe tersenyum. Mereka pun tersenyum dan memeluk Aizhe.
"Hei, Nak, apa kamu yang buat ini?" tanya Arzen senang melihat rendangnya tampak lezat dan nikmat.
"Benar, Om. Saya dan Mommy," jawab Axel cepat.
"Hm, aromanya enak," hirup Arzen dalam-dalam sampai ke paru-parunya. Tersenyum lebar, membayangkan dirinya berada dalam panci yang berisi daging bebek.
"Kalau begitu, panggil orang yang bersama Om, mungkin dia juga lapar dan mau mencicipi masakan ini,"
"Baik, Om!" Axel segera memanggil Davis. Tiga puluh detik, Davis datang. "Hei, Pak, serius anda mau makan di sini?" tanya Davis ragu.
"Diam dan duduklah, coba sendiri rendangnya!" kata Arzen. Davis pun mengambil piring yang diberikan Axel, kemudian ikut menikmati hidangan di atas meja kayu. Mata sipitnya, langsung membulat sempurna.
"Wow, ini lebih enak dari rendang di rumah anda," puji Davis makan dengan lahap. "Hahaha, sudah aku duga, kau akan menyukainya!" tawa Arzen kemudian melihat Axel. Benihnya, yang tahu kesukaannya. Ini luar biasa! 5 bintang untuk Axel.
"Hei, Nak, di masa depan, saya jamin, kamu akan menjadi koki terkenal di kota ini!" kata Arzen memberi jempol. Wajah Axel memerah, mendengar itu hatinya berdebar-debar senang. Tetapi, ia langsung menunduk lesu karena sadar diri itu hanyalah angan-angan saja.
"Hm, kenapa kamu sedih?" tanya Davis heran.
"Terima kasih, tapi Asel tidak punya apa-apa untuk mewujudkan itu," lirih Axel.
Davis tertawa kecil, "Puff, tak usah sedih, Daddy mu ini punya banyak uang, nomor satu di kota ini," ucap Davis, saking mabuknya dengan rendang, mulutnya tidak sengaja keceplosan. Bahkan, Arzen nyaris mati tersedak tulang, setelah mendengarnya.
"Daddy? Maksudnya?" Tatapan Axel kembali tajam.
"Hahaha, lupakan," tawa Davis mencairkan suasana. Arzen mengelus dada, sudah mengatur nafasnya kembali.
"Kalau begitu, Asel keluar dulu, Om lanjut saja makannya," pamit Axel mulai risih berada di samping dua pria itu yang bertingkah aneh.
"Ck, kau ini hampir membunuhku!" Kesal Arzen.
"Maaf-maaf, Pak." Davis menunduk, mengaku bersalah.
..
🤣🤣Ayo bongkar saja lah🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Suky Anjalina
hayoo yg keceplosan
2024-01-30
0
Ma Em
aku senang akhirnya sikembar di pertemukan dengan ayah kandungnya semoga saja Arzen mau menikahi aidze.
2023-06-06
4