"Apa yang sedang kalian bicarakan?" Nyonya Arita berjalan perlahan ke tempat tidur, lalu ia menyelimuti kembali Ara.
"Nenek, kami kaget karena anak kecil ini. Kenapa dia bisa ada di kamar Nenek dan memiliki wajah seperti Nenek?" tanya Arzen.
Nyonya Arita duduk lalu meminum sejenak air gelas di atas meja. Setelah itu, menghela nafas lega. "Nek, ayo jawab," desak Arzen sudah tak sabar.
"Arzen, begini, …." Nyonya Arita pun menceritakan awal Ara pergi ke kamarnya, karena gadis kecil itu terbangun di jam dua dini hari setelah ngompol dan karena itu Ara datang ke kamarnya, kemudian ia meminta tolong kepadanya untuk memberi pakaian pengganti dan sekalian ia membuka infus di tangannya.
Mulut Katherine semakin lebar mendengarnya. Apalagi Arzen kini paham yang ngompol adalah ulah Ara, bukan tuyul.
"Kalau begitu, apakah Nyonya tahu siapa anak ini?" tanya Victor. Nyonya Arita menggeleng, tak tahu. "Waktu saya mau bertanya, anak ini tiba-tiba tidur di sebelah saya," ucap Nyonya Arita dan membelai rambut Ara.
"Jangan-jangan, konspirasi itu benar! Kalau mesin waktu itu memang ada, dan gadis ini adalah—"
"Pletak"
Nyonya Arita melempar majalah ke atas kepala Arzen. Ia paham apa yang dimaksud cucunya itu. "Jangan ngawur lagi, dia bukan Nenek!"
"Kalau begitu, anak kecil ini siapa, Nek?" tanya Arzen, merasakan anak itu terasa dekat atau seperti tak asing baginya. Ketika Nyonya Arita mau berbicara, tiba-tiba Ara menggeliat dan sesenggukan, memanggil seseorang dengan rindu. "Mommy…. dimana," lirihnya ketakutan.
"Hei, nak manis, bangunlah," ucap Nyonya Arita membangunkannya.
Ara membuka mata, beranjak duduk dan menunduk. Setelah itu, ia mengangkat kepalanya. Sontak, Katherine, Arzen dan Victor diam tertegun melihat mata Ara yang unik.
"Um, nenek, Ala takut." Ara mundur dan bersembunyi di belakang Nyonya Arita. "Tidak apa-apa, mereka semua keluarga saya," ucap Nyonya Arita dengan lembut. "Nenek, Ala mawu pulang, ndak mawu di sini, Ala lindu Mommy," lirih Ara tetap takut dan sadar, dirinya bukan berada di istana tapi di rumah orang lain.
Victor memberanikan diri maju, dan bertanya baik-baik pada Ara. "Hai, anak manis, coba kasih tahu sama Om, kamu dari mana? Siapa tahu Om bisa bantu memulangkan kamu," ucap Victor lemah lembut. Sedangkan Arzen cemberut mendengar Victor membujuk anak itu.
"Huwaa… Ala takut sama Doktel," tangis Ara memeluk Nyonya Arita. Karena melihat bekas infus Ara, Victor dan Arzen menyadari anak itu habis dirawat di rumah sakit.
"Nah, ini pasti ulah kau, Victor!" kata Arzen sinis.
"Hadeh, kalau saja aku tahu, aku juga tidak akan bertanya, Tuan muda," balas Victor sinis. Sementara Katherine hanya bisa diam mendengar cerita Ara.
Kini Arzen yang maju. Tersenyum manis dan menunjukkan boneka teddy boy di tangannya entah dapat darimana. "Hai, sayang, jangan takut, katakan saja dari mana kamu berasal, kami semua disini orangnya baik-baik kok bukan orang jahat atau kejam, kecuali Dokter ini, memang kadang aneh, tapi kamu jangan khawatir, Om akan memulangkan mu dengan selamat sentosa kepada sang Mommy," bujuk Arzen.
Ara keluar, maju perlahan dan mengambil boneka itu. Kemudian menatap lekat-lekat Arzen, setelah itu, "Papa…." Ia tiba-tiba memeluknya.
Katherine membelalak, panggilan itu tidak seharusnya keluar dari mulut Ara. Karena kesal dan merasa Ara sudah lancang, ia mengangkat tangan untuk memisahkan Ara dan Arzen, tetapi Nyonya Arita menangkap tangannya.
"Jangan, ganggu anak ini, Katherine." Ia melotot tajam dan tegas, sehingga Katherine tak berdaya dan perlahan mundur. Katherine pun hanya bisa menggigit bibir bawah mendengar Ara menangis di pundak Arzen.
'Sial, siapa anak aneh ini? Beraninya dia memanggil putraku seperti itu!' pikir Katherine tak lupa, mengumpat.
—---—---
"Axel, jam berapa kita keluar mencari Ara?" Zee bertanya, sudah siap dengan sweater berwarna biru.
"Ho'oh, kalau lama-lama di sini, kita nanti kehilangan jejak Ara," ucap Nath dengan sweater berwarna hijau.
"Hm, mumpung hari ini tidak terlalu panas," sahut Arzqa, bersweater berwarna hitam.
"Kita tunggu Chloe dulu," jawab Axel, bersweater jingga. Mereka berempat kini di luar dan menunggu Chloe.
"Hei, hari ini salah satu dari kalian harus tinggal sama Mommy, kalau kita pergi semua, tidak ada yang menjaga Mommy disini." Chloe datang dengan mengenakan sweater berwarna kuning. Masing-masing berpasangan, kecuali Ara yang hilang dan tak dapat memakai sweater merah mudanya. Meskipun sweater bekas yang penuh jahitan tangan, mereka tetap senang dan bersyukur memakainya.
"Kalau begitu, aku yang jaga Mommy!" Nath mengangkat tangannya. Sebelum pergi, mereka saling berjanji harus pulang bersama. Setelah itu, Nath pergi menjaga Aizhe, sedangkan empat saudaranya berjalan ke tempat warnet Arzqa sering bermain. Tidak lama menempuh jalan, mereka tiba di sana. Chloe diam terkagum melihat warnetnya lumayan besar dan ramai. Orang-orang yang disana pun juga terpesona melihat ada empat anak kembar identik datang berkunjung.
Sebagian dari mereka ada yang diam-diam merekam dan mengirim secara live wajah empat anak tersebut. Axel dan Chloe segera menuntun Zee dan Arzqa ke tempat bagian yang sepi.
"Hei, kau lihat itu? Mereka kembar empat!"
"Benar, jarang-jarang aku melihat anak kembar sebanyak itu di sini, apalagi mereka tampan dan menggemaskan!"
"Ululu, lucu banget sih mereka," gemas sekelompok remaja cewek-cewek tersebut. "Aku jadi penasaran, siapa orang tua mereka!" lanjutnya.
"Hei, Zee, kamu jago main gem, kan?" Arzqa menyenggol bahu Zee.
"Jago, memang kenapa?" tanya Zee.
"Bagus, kalau begitu, bagaimana…." Arzqa berbisik, memberitahukan sebuah permainan yang bisa menghasilkan uang.
"Hei, kalian mau kemana?" tanya Axel di sebelah Chloe yang mulai menelusuri cctv rumah sakit.
"Diam saja di situ dan jaga Chloe! Kami berdua mau bermain sebentar!" kata Arzqa tersenyum.
"Baiklah, tapi ingat, jangan jauh-jauh!"
"Ya, siap kapten!" Zee dan Arzqa kemudian pergi menggoda cewek-cewek itu agar mau merekam mereka bermain game supaya dapat sebagian uang dari viewer mereka. Apalagi Zee, juru bicara yang pandai menggombal, ia dengan mudah berhasil meluluhkan mereka. Kecil-kecil sudah tahu menggoda. Itulah enam bibit unggul Aizhe memang tak pernah mengecewakan.
..
😘Jenius di bidang masing-masing
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Suky Anjalina
next
2024-01-30
0
Daliffa
mampir nyimak,karyamu okey🥰😎💪💪
2023-10-06
2