"Arzen, hari ini bisa temanin Mama keluar?" Pagi ini, Katherine bangun lebih awal dan menghadang Arzen yang mau berangkat kerja.
"Ke studio Erina, lagi?" Katherine mengangguk dan berharap mendapat jawaban, ya! Tetapi, Arzen menolak, "Tidak."
[Visual Erina, Model dan Aktris]
"Arzen, ayolah, kali ini saja, Nak, please…." Mohon Katherine.
"Ma, Arzen hari ini sibuk, harus hadiri meeting, pergi bertemu calon klien perusahaan," tolak Arzen baik-baik.
"Sekarang, Mama di sini saja, jaga Nenek." Arzen pamit lalu pergi mengemudi mobilnya. "Arghhh, ini semua gara-gara wanita peyok itu. Arzen, masih muda, seharusnya menikmati dunia percintaan daripada dunia bisnis. Kenapa sih, dia malah sakit? Merepotkan saja." Katherine marah, kepada Nyonya Arita karena tak punya waktu untuk menciptakan hubungan Arzen dan Erina.
"Siapa yang sedang kau marahi?" sahut Victor, datang pagi-pagi.
"Kau tak perlu tahu." Katherine menjawab ketus dan pergi ke kamarnya.
"Ckckck, anak dan Ibu, sama-sama sombong. Tapi memang tidak perlu heran, Nyonya Arita pun juga sama sombongnya. Ya, tapi, itu dulu. Sekarang sudah tobat."
"Siapa yang kau maksud, tobat?" sahut Nyonya Arita. Victor berbalik badan, langsung dengan sopan menjawab, "Saya, Nyonya Arita." Terpaksa menuduh dirinya sendiri demi tak dicabut kontraknya.
"Oh ya, kenapa Nyonya tiba-tiba keluar?" tanya Victor membantunya berjalan. "Saya merasa suntuk di kamar, jadi ingin berjalan-jalan sebentar."
"Kira-kira, kau melihat Arzen?" Nyonya Arita ternyata keluar dari kamar untuk mencari sang cucu.
"Barusan saya berpapasan Tuan Arzen di luar," ucap Victor. Ia menyapa Arzen tadi, tapi Presdir Neo itu berjalan acuh.
"Victor, menurutmu, wanita yang cocok untuk dia seperti apa?" tanya Nyonya Arita duduk di sofa.
"Mohon maaf, saya tak bisa menjawabnya, Nyonya,"
"Hm, kenapa? Bukannya kamu seorang Dokter?" ucapnya melihat Victor.
"Sa-saya memang Dokter, tapi bukan Dokter spesialis jodoh. Lagipula, saya juga masih jomblo, belum paham sepenuhnya soal sifat wanita." Nyonya Arita pun tertawa mendengar ucapan Victor.
Kini Aizhe mencuci sisa daging bebek yang telah diambil oleh Zee di kulkas tetangga. Tampak ia sibuk membuat rendang siang ini.
"Axel,"
[Visual Axel, Jago masak dan Perhatian]
"Ya, Mommy!" sahut Axel sedang memotong bawang. "Arzqa dan Chloe sudah bayar listrik dan air?" tanya Aizhe sambil mencari wajang.
[Visual Chloe, Jago Komputer dan Posesif]
"Barusan pergi, Mommy," jawab Axel dan dengan ketangkasannya, ia sudah menyiapkan bumbu rendang dan tinggal memasak semua dengan sempurna.
"Ara, Zee dan Nath dimana? Kenapa suara adikmu hilang?" cemas Aizhe.
[Visual Nathan, Jago Akting dan Lucu]
"Itu, Mommy! Di depan tv, mereka bobo." Axel mengambil kursi, naik dan menyalakan kompor.
"Mommy, kesana saja. Biar Axel yang tunggu rendangnya masak," suruh Axel tak mau Ibunya lelah. "Kalau begitu, kalau ada apa-apa, Axel panggil Mommy ya, sayang." Aizhe meraih kepala Axel dan mengecupnya lembut.
"Mengerti, Mommy." Axel menyahut paham. Tak lama menunggu, rendang sudah dimasak. Aizhe yang duduk di samping tiga anaknya, ia membangunkan mereka.
[Visual Zee, Jago Bicara dan suka gombal]
"Woah, baunya enak, Mommy!" ujar Zee dan Nath berlari ke dapur. Sementara Ara menuntun Aizhe ke sana. "Kalian cuci muka dan tangan dulu dong!" Tunjuk Axel ke wastafel sebelum dua adiknya itu makan.
"Hehe, hampir lupa." Zee, Nath dan Ara pergi bersama Aizhe. Setelah itu, mereka masing-masing duduk di kursi dan pas sekali, Arzqa dan Chloe pulang. Mereka makan siang dengan harmonis dan penuh syukur. Selesai cuci piring, Aizhe menyuruh anak kembarnya tidur siang.
[Visual Arzqa, Jago bisnis dan suka menabung]
"Baik, Mommy." Mereka masuk, kecuali Ara masih di samping Aizhe.
"Mommy,"
"Hm, Ara? Kenapa tidak tidur?" tanya Aizhe, sambil menyapu. Ia merasakan setiap lantai dengan teratur, kemudian berjongkok dan memungut sampah dengan tangannya sendiri agar tak ada barang anak-anaknya ikut terbuang. Melihat Aizhe bungkuk, Ara merangkul leher Ibunya.
"Hm, kenapa tiba-tiba manja, sayang?" tanya Aizhe sudah selesai. Ia sedikit terkejut karena putrinya mengecup pipinya.
[Visual Inara, Jago nangis dan manja, anak Aizhe paling mungil setelah Arzqa]
"Ala, mau tidull sama Mommy," ucapnya manja.
"Baiklah, sini kita tidur bersama." Aizhe balas mencium kepala Ara. Itulah yang selalu terjadi setiap hari. Setelah makan, kerja lalu tidur. Setelah tidur, kerja lalu makan. Tetapi, hari ini, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu di luar.
[Visual Aizhe, manis dan cantik] dan [Visual Arzen, tampan dan arogan]
"Hm, siapa?" gumam Aizhe.
"Mommy, itu pasti tetangga," ucap Ara.
"Hm, kita pergi cek dulu." Aizhe berjalan, meskipun merasa cemas, Aizhe harap bukan si pemilik tanah apartemen lagi. Dan ternyata, yang datang adalah Arzen dan Sekretaris Davis.
"Ya, dengan siapa?" tanya Aizhe setelah membuka pintu. Seketika, dua pria berjas hitam elegan dan bertopi itu diam mematung di depan Aizhe. Sedangkan Ara, tersenyum lebar didatangi oleh Arzen, ayah biologis yang tak diketahui Aizhe dan ke-enam anak kembarnya.
"Hei, Davis, aku tidak halusinasi sekarang, kan?" bisik Arzen sambil tersenyum kaku kepada Ara. Ia tak sangka, Ibu dari gadis itu adalah Aizhe.
"Sepertinya begitu, Pak. Saya sendiri, melihat jelas wanita ini mirip dengan gadis itu," balas Davis sangat terkejut sampai tak bisa bergerak. Ia tahu dari hasil ilustrasi yang digambar oleh Arzen.
"Lalu, menurutmu, apakah anak ini anak hasil perbuatan ku dulu?" tanya Arzen berbisik lagi.
"Bisa jadi, Pak. Wajah anak ini mirip dengan Presdir Arita versi kecil. Tapi saya, merasa anak ini cukup mengesankan dengan kedua matanya yang unik," jawab Davis bergumam kecil.
"Itu, artinya aku punya enam anak, kan?"
Davis menoleh, tambah kaget mendengar ucapan Arzen.
"Apa maksud anda, Pak?" tanya Davis.
"Kau tahu, anak ini kemarin nyasar di rumah saya dan katanya dia punya lima kakak, alias bersaudara kembar enam," jawab Arzen masih berdiri seperti patung.
"Berarti, anak kembar yang mau kita kunjungi itu jangan-jangan adalah anak anda, juga, Pak?" Davis menerka, kemudian lebih syok lagi mengetahui kenyataan itu.
[🤣Kaget nggak tuh🤭sekali tembak keluar enam bibit]
"Ehem, halo, apa kalian masih ada di sini?" tanya Aizhe mengayunkan tangan ke depan, tetapi Arzen mundur sebelum Aizhe menyentuhnya.
"Pak, apakah anda masih ingin lanjut atau kita pulang?" tanya Davis berbisik lagi.
Arzen diam, berpikir dulu. "Sebaiknya, jangan. Kita lanjut saja dan pastikan apakah wanita ini benar-benar buta atau tidak." Arzen menolak pergi.
"Hei, Om! Kenapa ndak jawab Mommy Ala?" tanya Ara maju. Ia capek melihat dua pria itu berbisik-bisik. Arzen pun menyenggol bahu Davis.
"Begini, Nona. Saya berasal dari perusahaan Neo." Davis mengulurkan tangan dan memperkenalkan diri. Tapi Aizhe tak bisa melihatnya.
"Neo? Perusahaan apa itu?" Rahang Arzen hampir jatuh mendengar perusahaannya tidak dikenal Aizhe. Padahal perusahaannya sudah berdiri 1 abad yang lalu.
"Mommy, itu yang seling Ala tonton di telepisi," jawab Ara langsung paham karena suka menonton kartun di stasiun itu.
"Oh yang itu, untuk apa anda datang kemari, Pak?" tanya Aizhe sopan.
"Sebelum menjawabnya, apa kita boleh masuk lebih dulu? Rasanya kurang nyaman kalau membicarakannya di sini," ucap Davis. Aizhe diam dan bimbang.
“Mommy, ajak saja, orang ini yang tolong Ala kemallin," pinta Ara menarik-narik tangan Aizhe.
"Hm, Om Tampan baik yang itu?" Aizhe menunjuk asal. Sedangkan Davis, mengerutkan dahi melihat Arzen salah tingkah disebut Tampan.
'Aku baru tahu, kata itu adalah counternya.' Davis, merasa geli. Bukan counter sih tapi lebih tepatnya, Aizhe memanglah pawangnya.
.
🤭ciee kepincut Aizhe langsung kesem-sem tuh si pak ceo😂😂😂
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Suky Anjalina
bikin ngakak dua orang ini bicaranya yang bisik bisik 🤣🤣🤣🤣
2024-01-30
0
Rafanda 2018
KAGET NGGAK TUH,gaaaaakkkkk
2023-10-15
1
KrisTie Lyiee
aku juga outo ketawa😆😆😆😆😆😆
2023-09-03
0