"Om, yang pasti menculik Ara!" Zee maju dan menuduh Arzen.
"Hei, Nak. Kamu salah besar, justru saya sedang berusaha menemukan adik kalian," timpal Arzen mematahkan tuduhannya.
"Tidak usah panggil anak, kami bukan anak, mu!" seloroh Axel geram. Arzen sedikit mundur, karena tatapan lima anak kembarnya mengerikan.
Zee maju lagi, memukul Arzen dan menangis. "Kembalikan, Ara! Kembalikan adik, Zee! Hiks, jangan culik Ara, kami!"
Krek!
Zee berhenti dan semuanya menoleh ke pintu yang terbuka. Aizhe berdiri di sana sambil gemetar. "Ara? Diculik? Oleh siapa?" tanyanya.
"Axel, Loye, Nath, Zee, Arzqa, di mana adik kalian, sayang?" Aizhe maju, mencari keberadaan anak-anaknya. Davis pun menjawab, sejujurnya kalau Ara diculik orang lain. "Jadi, itu benar? Putriku bukan nyasar, tapi benar diculik?" tanya Aizhe dengan suara syok.
"Benar, Nona. Putri anda, kali ini diculik sungguhan. Tapi anda tenang saja, kami sudah meminta bantuan—" putus Davis berhenti karena Aizhe maju dan meraih tiba-tiba jas Arzen.
"Tolong, tolong temukan dia, Pak! Tolong cari putri saya, Tuan! Tolong saya!" Ia mengguncang Arzen dengan air mata yang berderai.
"Sa-saya, akan melakukan apa saja, asalkan anak-anak saya kembali pulang, tolong temukan dia, Tuan." Aizhe memohon dan perlahan jatuh.
"Tolong saya, Tuan. Mereka adalah hidup saya." Tangis Aizhe pilu.
"Mommy." Lima anak itu menghampiri Aizhe yang pingsan lagi. Arzen menatap Davis kemudian mengangkat Aizhe ke dalam, disusul lima anaknya. Davis pun pergi, ia paham dari tatapan Arzen yang harus menemukan Ara malam ini juga.
"Kalian di sini, jaga Ibu kalian baik-baik." Arzen berdiri, ingin bergabung ke dalam tim pencarian.
"Tunggu, Om!" Chloe dan Arzqa menahan.
"Kenapa?"
"Kami ikut! Tolong, izinkan kami ikut cari Ara!" mohon dua anaknya.
"Baiklah, tapi jangan jauh dari kami." Arzen mengizinkannya. Mereka bertiga pun pergi, mengandalkan Axel, Zee dan Nath yang menjaga Aizhe.
"Mommy…." lirih Ara, berdiri di pintu dan memanggil Ibunya.
"Mommy, Ala disini!" teriak Ara, takut akibat ruangan itu hanya dipancari cahaya dari luar dan sedikit saja cahaya yang masuk ke dalam. Apalagi udara terasa dingin mencekam dan pengap.
"Trang"
"Akhh!" pekiknya mundur saat ada yang mencambuk pintu. Ara beringsut ke belakang, ketika wajah pemilik tanah apartemen muncul di lubang pintu yang dipagari oleh besi.
"Hei, berhenti teriak! Kau hanya membuat orang-orang curiga pada saya!"
Ara mengepal tangan, maju perlahan. "Keluallkan, Ala!" Teriaknya lebih lantang. "Akhh!" Dan kembali mundur saat cambuk hampir masuk dan mengenainya.
"Ck, keras kepala! Kalau kau tak mau diam juga, saya akan membakar mu di sini, hidup-hidup!" ancamnya, seperti yang ia katakan pada Aizhe. Ara mundur lebih dalam, duduk dan diam menggigil. "Mommy," panggilnya dengan suara kecil dan ketakutan.
Tiba-tiba, seseorang datang, dan itu adalah pembantunya. "Pak, ada polisi datang kemari," ucapnya ketakutan.
"Apa? Bagaimana bisa?" Pria jahat itu syok dan berkeringat dingin sampai cambuknya jatuh.
"Saya juga tidak tahu, Pak. Tapi mereka datang bersama dua anak Aizhe,"
"Sialan, ini pasti gara-gara wanita buta itu!" umpatnya. "Ayo, kita keluar, jangan sampai mereka curiga," ucapnya mencoba tenang. Pembantunya pun mengikuti dari belakang.
"Selamat malam, Pak," ucap Pak Polisi dengan ramah, di samping Arzqa, Chloe dan dua pria dewasa di sebelahnya.
Pria jahat itu mengerutkan dahi melihat Arzen dan Davis, merasa tak asing, tapi itu sekarang bukanlah hal penting. Ia harus menyambut mereka dengan cepat.
"Selamat malam juga, Pak. Ada apa ya, kalian datang kemari? Apakah ada penghuni dari apartemen saya yang membuat ulah?" tanyanya dengan senyuman palsu.
Seketika saja, hantaman tinju mengenai wajahnya. "Bugh"
"Tuan Arzen, tenanglah!" Davis dan Polisi menahan Arzen yang mau memukul lagi. Sementara Chloe dan Arzqa cuma diam, cukup terkejut melihat Arzen begitu marah besar. Padahal Ara itu bukan siapa-siapa, tapi kenapa dia marah? Itulah yang terbesit di benak mereka.
"Ada apa ini? Kenapa anda memukul saya?" kesal Pria jahat itu karena hidungnya berdarah dan bengkak.
"Pak, tolong jelaskan, apa yang terjadi di sini?" tanyanya ke Polisi. Pak Polisi maju, langsung meringkus dan memborgol kedua tangannya, beserta pembantunya.
"Pak, anda terbukti telah melakukan penculikan terhadap anak Nona Aizhe yang bernama Inara, dan untuk lebih lengkapnya, kami jelaskan nanti di kantor Polisi."
"Tidak! Lepaskan saya! Saya tidak punya salah apa-apa!" Pria jahat itu memberontak, tapi percuma, hukum telah dijatuhkan kepadanya. Berkat cctv jalanan, Arzen dan Chloe dapat menemukan petunjuk si penculik.
"Araaa!!" panggil Arzqa dan Chloe.
"Brak" Davis dan dua anak itu menoleh. Melihat Arzen menghancurkan sebuah pintu. Mereka diam memucat, menatap Ara meringkuk di lantai dan memeluk tubuh kecilnya yang menggigil. "Mommy…." Bibirnya pun mulai pucat dan pecah-pecah.
"ARAAAAA!" Arzqa dan Chloe berlari. "Davis, berikan saya air!" Setelah menerima air yang sudah disiapkan Davis, Arzen dengan cepat, memeluk Ara. "Minumlah, cantik." Mengarahkan bibir botol ke mulut mungilnya yang bergetar.
Setelah itu, berdiri menggendong Ara dan mengelus pundaknya dengan lembut. "Tidak apa-apa, semua sudah aman, Daddy juga ada di sini."
Langkah Arzqa dan Chloe berhenti, syok mendengar kalimat Arzen.
"Kenapa dengan kalian?" tanya Davis, tampak tak mendengarnya, karena ia barusan menghubungi bawahan untuk berhenti mencari Ara.
Chloe dan Arzqa menggeleng, tak ada apa-apa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Suky Anjalina
Deddy dia bilang Deddy 😲
2024-01-30
0