"Haha, sama-sama." Victor tertawa gemas dan merasa ke-enam anak Aizhe memang cukup mengesankan.
"Maaf, kalau anak-anak merepotkan Anda, Tuan," ucap Aizhe dengan sopan. "Tak apa-apa, Nona. Semua anak anda, anak yang baik dan berbakti. Saya kagum dengan didikan anda pada mereka." Puji Victor.
Aizhe tersenyum, sedikit tersanjung dan tersipu.
"Kalau begitu, saya pamit pulang." Victor tersenyum pada enam anak Aizhe kemudian berjalan pergi.
"Mommy, ayo masuk, Ala punya oleh-oleh buat Mommy!" Ara dan Zee menuntun Aizhe masuk ke dalam. Sedangkan, Chloe, Nath, Axel dan Arzqa berlari mengejar Victor.
"Om, Dokter!" panggil mereka lantang.
"Hm, ada apa memanggil saya?" Victor yang mau menuruni anak tangga apartemen, berhenti sejenak.
"Om, kalau kita punya uang lima ratus, apakah itu sudah cukup membayar biaya rumah sakit?"
"Hm, untuk apa kalian menanyakan itu?" tanya Victor mengangkat alis.
"Kami, sayang Mommy dan mau kasih mata baru untuk Mommy, Om," jawab mereka serempak.
Victor terdiam, sangat tersentuh mendengarnya. Kegigihan dan kasih sayang mereka sungguh besar terhadap Aizhe. Victor memegang kepala Axel dan menjelaskannya sedikit-sedikit.
"Om cukup kagum pada kalian, tapi sayang sekali, melakukan operasi mata tidaklah semurah dan semudah itu. Lagipula, kita juga perlu menyiapkan mata pengganti," jelas Victor.
"Om, untuk mata pengganti, Arzqa mau beri mata ini ke Mommy,"
"Benar, Nathan juga bersedia kasih mata buat Mommy,"
"Kami semua sayang Mommy, Om."
Mereka berharap Dokter tersebut mau mengabulkan permohonan mereka, namun Victor menggelengkan kepala karena itu tidaklah baik. Ia tak bisa memutuskan tanpa persetujuan Aizhe sendiri.
"Maaf, anak-anak. Saya tidak bisa." Victor menolak dan pergi.
Chloe, Axel, Nath dan Arzqa menunduk. Mereka merasa sedih karena niat baiknya ditolak. "Axel, mungkin Mommy belum saatnya melihat," lirih Nath.
"Hm, aku tidak tau, aku benci orang itu." Axel pergi, dengan emosi kesal.
Mereka pun menyusul Axel dengan perasaan hancur karena tak bisa memberikan hadiah terbesar untuk Ibu mereka.
"Hahah… Kakak Zee lucu tau!" tawa Ara terpingkal-pingkal.
"Hm, apa yang lucu, sayang?" tanya Aizhe sambil menerima suapan jeruk dari tangan kecil Ara. "Mommy, lihat sendilli, Kakak Zee bisa sillikus!" Tunjuk Ara kepada Zee yang melakukan antraksi lempar jeruk.
Aizhe diam, dan tersenyum. Zee berhenti dan sadar kalau Ara telah menyinggung perasaan Ibunya. "Mommy, mau Zee kupas jeruknya?" Ia mengganti dengan lain dan tidak menyalahkan adiknya yang polos itu.
"Hm, boleh, coba sini Mommy makan." Aizhe membuka mulut.
"Kakak, kasih Mommy ini!" pinta Ara. "Hm, okeh." Zee menyuapinya.
"Ara, kamu dapat dari mana buah-buhan ini?" tanya empat kakaknya datang.
"Dali, Om tampan!" ujar Ara jujur.
"Hm, Dokter yang tadi?" tebak Aizhe.
"Bukan, Mommy. Om Tampannya Olang lain, suka malah-malah sama Dokter tadi, tapi baik sama Ala," jelas Ara, kemudian mengeluarkan amplop dari dalam sakunya.
"Hm, kenapa kalian semua diam?" tanya Aizhe cemas.
"Mommy, Ala punya banyak uang!" kata kelima anaknya.
"Hm, uang? Dari mana Ara dapatkan?" tanya Aizhe terkejut.
"Dali Om tampan juga, Mommy," jawab Ara terus terang.
"Olang di sana juga ada Nenek Allita! Dia yang kasih Ala uang ini, Mommy," lanjutnya lagi, "Tellus, Nenek itu titip salam juga."
Aizhe memegang dada, antara merasakan syukur dan terharu ada orang lain yang berhati tulus memberikan Ara hadiah sebesar itu.
'Kalau saja aku bisa melihat, hari ini juga aku akan ke sana dan berterima kasih kepada mereka.' Aizhe membatin sedih, tak bisa membalasnya.
Aizhe pun penyimpan uang mereka, kemudian mengajak anak-anaknya tidur. Karena uang yang banyak dari Nyonya Arita, anak-anak tak perlu bekerja dulu sementara ini. Meskipun begitu, Chloe tetap bekerja untuk mencari tahu siapa yang sudah tega melukai adiknya. Ia tak semudah itu melepaskan sang pelaku. Walau Chloe baik pada saudaranya, tapi dia anak yang sangat pendendam kepada penindas.
—----—
"Yeah, hali ini pellgi belanja! Asik, asik! Keluall sama Mommy, hihi," riang Ara membawa tas Ibunya.
"Ingat ya sayang, jangan rusuh di sana," pesan Aizhe yang diajak keluar berbelanja oleh anak-anaknya.
"Baik, yang mulai ratu!" ujar kelima kakak Ara memberi hormat.
"Hm, kalau Ala apa?" tanya Ara.
"Yang mulia putri," jawab Zee.
"Hihihi, kalau kalian apa?" Ara cekikikan. Sedangkan Aizhe tertawa geli mendengar kelima anak laki;lakinya itu bagaikan anak yang sudah cerdas menggombal orang dan polosnya tak sepolos Ara.
"Kami adalah kesatria milik Mommy dan Ara," jawab mereka bersama.
"Hahaha, kalian lucu!" Ara tertawa geli. Memang itu tujuan mereka, melihat Ibu dan adiknya tersenyum.
"Sudah, nanti kita kesiangan. Yuk, pergi sekarang," ajak Axel.
"Baik, Pak Jendral." Lagi;lagi tiga adiknya menjawab begitu, kecuali Chloe yang sudah capek. Mereka pun membawa dan memegang erat tangan Aizhe. Sedangkan Ara, dikawal oleh Zee dan Arzqa.
Melihat kedatangan mereka, orang-orang di toko swalayan memusatkan perhatiannya kepada Aizhe dan anak-anaknya. Karena ini pertama kalinya, ada wanita dikawal oleh anak kembar sebanyak itu. Terutama Aizhe yang berparas cantik dan Ara yang imut serta lima sang tampan jenius.
"Ara, jangan lari-lari. Nanti hilang seperti kemarin!" teriak Zee.
"Hihihi, Ala suka sini, lihat, ada daging ayam dan bebek, ayo beli satu, Kakak!" Ara menunjuk ke dalam kaca lemari pendingin yang tembus pandang. Gara-gara merasakan rendang bebek di rumah Arzen, ia mulai suka memikirkannya.
"Pakh"
Saat tangan kecilnya mau membuka pintu, Ara tersentak setelah sesorang berdiri di sampingnya dan menutup dengan keras. Nyaris saja tangannya terjepit. Ara pun menoleh dan melihat pakaiannya mewah. Ara kemudian lanjut menengok ke atas dan diam membelalak, orang itu adalah Katherine.
"Hoh, rupanya bertemu dengan mu di sini, anak dekil," cibir Katherine sedikit kesal. Ara mundur dan meneguk saliva. Pelan-pelan ingin kabur, tetapi Zee datang.
"Ara! Jangan jauh-jauh perginya," tegur Zee dan membelakangi Katherine.
"Ayo, kembali ke Mommy." Zee membawa Ara. Katherine pun diam memucat saat melihat sekilas wajah Zee.
'Dia mirip anakku,' batin Katherine memegang dada.
"Tidak, mungkin aku kurang tidur semalam." Katherine menepis jauh-jauh pikirannya. Kemudian terlonjat kaget saat Arzen menepuk bahunya.
"Ma, dari tadi aku tunggu, ternyata malah bengong di sini. Pilih bebeknya sudah selesai?" tanya Arzen. Rupa-rupanya datang juga ke toko swalayan. Seandainya saja Katherine tidak merengek, Arzen tidak mau ikut berbelanja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 78 Episodes
Comments
Suky Anjalina
arzen punya saudara gak sih
2024-01-30
0
Suky Anjalina
next
2024-01-30
0
Hartaty
hmmm anak2 arzen ya
2023-10-20
1