EMPATBELAS.

Arjuna masih tersenyum memandang ku, kalau dipikir-pikir sejak pertama bertemu dengannya dua bulan lalu, kini ia sudah mulai ramah , suka tersenyum tak seperti saat awal jumpa yang selalu memasang wajah dingin dan acuh.

" Kenapa sayang ? Sepertinya ada sesuatu yang salah ?" , tanyanya padaku.

" Berhenti memanggilku sayang", kataku.

Aku mengambil gelas di depanku dan meminumnya sedikit.

" Kamu harus mulai terbiasa, sebentar lagi kamu akan menjadi istriku", katanya balik memarahiku.

Aku memandangnya acuh tak acuh.

" Dan lagi, kamu selalu saja memanggil ku Tuan, dan beraninya memanggil Sony dengan kata 'kak' , apa apaan itu ?" , katanya serius tapi Aku membalasnya dengan tersenyum kecil.

" Tuan Juna harusnya mengerti, memang sepantasnya begitu bukan ?", Aku kini tertawa melihat ekspresi Juna.

" Begitu bagaimana?", tanya Juna.

" Yahh, bos besar, seorang tuan dari Mulya Grup, yaa memang pantas dipanggil Tuan, lagian, aku pernah bilang tak akan berhenti memanggil mu tuan kan", kataku penuh kemenangan.

" Kau ini sungguh keras kepala, tunggu aku menakluk kan mu baru kamu akan sadar", ucap Juna kesal.

Aku tak menanggapinya dan memilih melihat pemandangan ke luar jendela lagi.

" Ahh iya, Aku penasaran kenapa kamu sangat sibuk tempo hari , aku jadi fitting baju sendiri kan", tanyaku .

" Apa kamu kesal karna aku tak bisa menemanimu? Maaf yaa.. Kantor akan ku tinggalkan cuti selama dua minggu, jadi banyak yang harus ku persiapkan untuk berjaga-jaga", jelasnya.

" Kenapa cuti selama itu, Dua-tiga hari juga sudah cukup kan ?", timpal ku.

" Tentu saja untuk berbulan madu, hahahhhah", Juna tertawa begitu lepas, saat seperti ini ia terlihat begitu tampan.

" Dua toga hari mana cukup lah Len," sambung Juna.

" Otakmu selalu mesum seperti ini kah ?", kataku dengan nada jengkel.

Bulan madu yaa... Hmm... Tiba-tiba aku teringat dengan Juna yang menjadi suami Anna, pasti mereka juga melakukan nya kan?

Ahh, pikiran ini membuatku sedikit kesal.

Ini tak adil kan... Dia akan menjadi yang pertama untukku... Dalam segala hal , Dia jadi yang pertama.

Tapi... Aku?

Selamanya akan menjadi yang kedua untuknya.

Pikiran kotor ini menghantuiku, membuat ku tiba-tiba cemas dan bad mood .

Mungkinkah aku cemburu?

" Ada apa dengan pingitannya? Kenapa kamu bisa keluar?", dia balik bertanya padaku.

" Sangat membosankan di rumah tanpa melakukan apapun. Aku mengemis pada bunda untuk mengizinkan aku keluar sebentar", jawab ku malas.

" Kenapa sendirian? Kau bisa menyuruh ku menemanimu kan? " , kata Juna.

" Aku harusnya menghindari mu tau", jawabku.

" Kenapa?" , Juna yang bodoh itu masih bertanya.

Sebenarnya dia paham arti di pingit gak si?

" Ahh apalagi kulihat berita hari ini yang sudah semakin menjadi-jadi", kataku kesal, aku mengalihkan topik.

" Berita yang mana ?", tanya Juna.

" Cinta...", kata ku.

" Ahh.. Cinta Sejati Antara Arjuna Mulya dan Elena Wijaya", Arjuna tersenyum.

" Kau juga sudah membaca artikel nya kan ? Dengan kekuasaan mu harusnya kau bisa menurunkan berita itu kan?" , tanyaku serius.

" Aku gak mau, aku suka dengan headline nya, mungkin kita memang Jodoh dan cinta sejati seperti prediksi mereka" , kata Juna yang semakin tersenyum lebar.

" Jangan Harap!!!", Aku kembali membuang muka.

" Kau juga pasti sudah baca berita lainnya tentang konspirasi kan? Apa aku harus mengadakan konferensi pers?", tanyaku.

" Hahaha.. Elena Please.... Kamu tak perlu melakukan hal-hal konyol macam itu. Oke.Oke kalau kamu merasa kurang nyaman dengan pemberitaan media, aku akan mengurusnya. Semua hate komen juga akan di take down. Oke", ucap Juna.

Aku hanya menggelengkan kepala. Dia memang berkuasa , pasti bisa melakukan itu.

" Apa saat itu kau benar-benar sakit?", tanya nya tiba-tiba penasaran.

" Saat kau menikah? Tentu saja , kenapa kau ragu? magh akut dan radang usus buntu", kataku.

" Ahh, hanya saja aku memang sedikit penasaran", ia memandang ku dengan tatapan sayang.

" Kamu sangat berbahagia waktu itu kan? Maksudku saat pernikahan pertama mu ?", Aku memandang Juna yang masih memandang ku.

" Kenapa bertanya begitu?", kini wajah Juna berubah, tak sesantai tadi dan terlihat sangat serius.

" Saat ini Kamu tak terlihat cukup bahagia....", kataku pelan.

" Tentu saja Aku sangat bahagia tapi sayangnya kau yang tak terlihat bahagia" , ucapnya.

" Aku.. ? kau tau dari awal aku terpaksa kan ? Jadi, mohon maaf jika tidak sesuai dengan ekspektasi mu" , Aku kembali meminum teh matcha ku.

" Sudahlah , nanti juga kamu bisa berubah, Aku janji suatu saat bisa membuat kamu mencintaiku", kata Juna mantap.

" Pertanyaan nya , yang paling utama adalah, memang kamu mencintaiku? ", tanyaku padanya.

Aku memandang balik Juna yang terlihat menegang, Ia memandang ku dengan rasa bersalah.

Belum sempat ia menjawab, ada telepon masuk di hp Juna .

Aku hanya memandang nya bicara di telepon tanpa tahu dengan siapa ia berbicara. Tiba tiba Ia menutup telepon dan berdiri.

" Ayo ikut aku", Juna mengulurkan tangannya.

" Kemana ? " tanyaku.

Tapi tak ada jawaban, dia menarik tanganku dan kami meninggalkan cafe tersebut.

***

Kami tiba di sebuah rumah yang cukup besar dan megah, Juna memarkirkan mobilnya sembarangan. Aku yakin Ia sangat terburu-buru.

Juna membukakan pintu mobilnya untukku,

" Kita sampai di rumah Mulya, " katanya padaku.

" Apa ada hal yang sangat penting sampai memintaku ikut kesini", tanyaku yang turun dari mobilnya lalu mengikuti di belakang .

Aku belum pernah sekalipun datang ke kediaman keluarga Mulya. Tapi terlihat dari luar nya saja rumah ini begitu mewah , jauh dari kata sederhana.

" Nanti , kau akan tahu sendiri..", ucap Juna.

Juna berhenti melangkahkan kakinya dan berbalik memandang ku.

" Elen... Apapun yang terjadi nanti, kamu tenang saja, aku akan selalu ada untukmu... Aku selalu menyetujui semua keinginan mu, oke" , ucap Juna.

Aku tak mengerti maksud dan tujuan Juna bicara seperti itu apa.

Juna kembali melangkahkan kakinya dan aku terus mengikuti nya di belakang.

" Pah, Mah, aku datang" , kata Juna yang disambut oleh Tante Sherly yang kelihatannya sudah menunggu di ambang pintu sejak tadi.

Juna mencium tangan kedua orangtuanya dan aku mengikuti hal yang sama dari belakang.

" Om.. tante.. maaf Elen ikut Juna tadi " , kataku yang mencoba mencairkan suasana canggung ini.

" Gapapa Len, kamu memang harus sering sering main kesini yaa" , kata Tante Sherly yang tersenyum ramah padaku.

" Aku sedang bersamanya tadi , jadi kupikir sekalian mengajak nya kesini" , kata Juna.

" Adikmu, Kelvin datang" , ucap om Hendri.

" Dan dia menagih ingin menikahi Elena" , kata om Hendri rendah.

Aku yang mendengar itu langsung kaget, sedang raut wajah Juna berubah menjadi marah. Aku hanya bisa terdiam.

Dari dalam Seorang lelaki muda keluar, mungkin seusiaku. Wajahnya tertutup topi , tapi dari posturnya ia tinggi dan juga cukup kekar. Meskipun masih tak setinggi Arjuna.

Ia melepaskan topinya, dan memperlihatkan wajahnya yang tampan, mirip dengan Arjuna tapi ini versi lebih muda . Ia tersenyum dan berjalan ke arahku.

'apa yang ingin dia lakukan', tanyaku dalam hati.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!