TUJU.

Aku masih memandang datar pada kedua orang tuaku dan juga orang tua Arjuna. Mereka tersenyum penuh harap agar jawabanku "iya". Bahkan sebelum berangkat kesini Ayah sudah meyakinkan ku untuk menerima semua pinangan ini.

Juna memandangku dengan penuh tanda tanya, aku yakin dia juga merasa sangat cemas.

" Sebelumnya aku ingin berterimakasih pada om dan tante. Tapi aku juga ingin meminta maaf pada kalian, aku sudah mendengar semuanya. Seharusnya yang dijodohkan denganku adalah Kelvin Mulya, adik dari Tuan Juna sendiri. Aku dari awal memang merasa kurang cocok dengan Tuan Juna, cara pandang kami berbeda, kepribadian kami juga rasanya sulit untuk disatukan. Tapi aku mengerti jika pernikahan antar keluarga ini harus tetap berjalan, itu karena janji Kalian berdua. Jadi, bisakah kita menunggu Kelvin saja ?", aku mengutarakan semuanya.

Ayah dan Bunda memudarkan senyumnya, aku melihat kekecewaan dimata Ayahku. Hendri Mulya meneguk minumannya cepat seakan tak percaya apa yang telah ku ucapkan.

Hanya Tante Sherly yang masih tersenyum ramah padaku. Arjuna termangu diam dengan ekspresi datar, lalu ia tersenyum kecil. Aku dengan jelas dapat membaca pikirannya, ia sangat bahagia atas keputusan ku saat ini.

" Kami mengerti, kamu dan Juna terpaut usia yang cukup jauh", Kata Om Hendri. Aku melihat ketegasan di balik wajahnya yang datar.

" Sama sekali bukan masalah umur om", aku bicara cepat cepat, ada gurat penasaran di wajah semua orang tak terkecuali Arjuna.

" Aku melihat tuan Juna masih belum bisa melupakan mendiang istrinya, aku tidak bisa menikah dengan orang semacam ini, aku tidak ingin sakit hati nantinya", entah mengapa aku tiba-tiba berbicara seperti ini.

Peduli setan mereka percaya atau tidak aku tak perduli, aku hanya berharap Arjuna membantu ku kali ini. Sesuai rencana nya untuk menolak perjodohan ini.

" Elen... kamu yakin nak ? ", Ayahku bertanya.

Aku sama sekali tak berani memandang wajah Ayah ku, aku hanya menganggukkan kepala dengan yakin.

" Kelvin yaa.. ", tiba -tiba Arjuna membuka mulutnya.

Dia yang sejak tadi diam saja mematung , kini mulai bicara asal asalan.

" Maaf Len, aku tidak yakin Kelvin bisa datang dalam waktu dekat, Ia memblokir seluruh Akses panggilan telpon dan yang lainnya. Sebenarnya aku sangat kaget kamu bisa menolak ku. Padahal aku sangat berharap kau bisa mendampingi ku melewati semua ini. Membantuku melupakan mendiang istriku.... Ku pikir, ini memang sudah digariskan takdirnya.. Seperti ini.." Arjuna terhenti.

Degh....

Aku kaget bukan main, ini tidak seperti rencananya, gila, gila, dia membodohi ku. Apa apaan dia? bukankah memang dia yang ingin aku membatalkan semua ini. Tapi dia mengkhianati ku begitu saja, Aku ingin sekali menampar wajahnya saat ini.

" Aku mulai mencintaimu", sambung Arjuna dengan berdiri mengeluarkan kotak kecil yang sudah kuduga adalah berisi cincin. Ia berlutut membuka kotak cincinnya , disana bertengger cincin bermata berlian dengan ukiran yang sangat indah.

" Terimalah aku jadi suamimu, aku akan membahagiakan mu", katanya lagi.

Aku semakin kaget dan bagaikan tersambar petir, rasa malu dan kecewa ku tak tertolong lagi.

Ayah Bunda pun mendukungnya, mengisyaratkan aku harus menerima cincin dari laki-laki plinplan ini.

Saat ini, rasanya aku ingin sekali menendangnya, agar dia terjengkang ke belakang.

Teganya dia, teganya dia membohongiku.

" Terima dia nak", Bunda menepuk bahuku, menyuruh ku berdiri dan menerima cincin dari Juna.

Aku tak bisa berpikir dengan jernih, tapi tetap saja aku berdiri.

" Apa yang kau lakukan?", tanyaku pada Juna.

" Elena Wijaya, percayalah padaku", ucap Juna dengan yakin.

Aku menimbang sejenak,

" Bagaimana dengan kisah cinta mu yang belum kelar itu? ", tanyaku padanya.

" Aku berjanji, akan melupakan nya, kini kau lah, satu satunya yang akan menemaniku, yang akan ku buat bahagia", ucap Arjuna yakin.

" Jika memang kamu sudah tak ada masalah lagi dengan mendiang istrimu, baiklah , aku terima ini, tapi... ", Lalu Aku mengulurkan jariku dengan kesal.

" Tapi kenapa?", tanya Juna menyelidik.

Aku mencondongkan badanku,

" Akan kupikirkan nanti, bagaimana cara membalas mu tuan Juna" , aku berbisik lembut ke telinga Juna.

" Tapi kau harus berjanji", kataku sambil tersenyum.

Juna secepat kilat memasangkan cincin itu di jari manisku, entah mengapa cincinnya pas, padahal kami belum pernah mengukur bersama.

" Aku berjanji akan membahagiakanmu" , Kata Juna sambil mencium keningku.

Tubuhku bergetar hebat, Arjuna sialan.

Ayah dan Hendri Mulya nampak berpelukan bahagia, Bunda dan Tante Sherly juga terlihat lebih bahagia, mereka masing-masing memelukku.

Kini aku yang menyesal, kenapa dengan cepat luluh oleh ocehan gila Juna.

" Tante janji, Jika Juna berani menyakiti mu, tante yang pertama akan memukulnya", ucap tante Sherly.

" Sepertinya Elena mulai sekarang harus terbiasa memanggilmu dengan sebutan mama yaa jeng ", ucap Bundaku.

" Ahh , tentu saja, panggil aku mama yaa sayang ", kata tante Sherly.

Aku hanya tersenyum dan mengangguk.

Kulihat Arjuna juga bahagia dan tersenyum lebar, aku memelototinya dan menunjukkan ekspresi marahku.

Tapi Arjuna dengan gilanya malah mengedipkan matanya dan tersenyum padaku.

***

~Juna~

Aku sengaja datang terlambat, mencari cincin dulu untuk Elena. Aku sudah memantapkan diri untuk mempersunting nya. Entah mengapa Akhir -akhir ini aku tak bisa tidur hanya membayangkan Elena.

Wajah marahnya yang kesal sangat imut, jiwa lelaki dalam tubuhku memberontak ingin menaklukkan nya.

Gadis cantik dengan tubuh mungil dan watak keras yang sangat menggoda. Aku tak sadar kalau aku pelan pelan tertarik padanya.

Padahal aku baru saja bertemu dengannya, berkomunikasi pun hampir tidak pernah, tapi gejolak api yang membara ini harus segera dipadamkan.

Seperti biasa dia terlihat sangat cantik, riasan natural dan baju elegan meski tak mewah, padahal ia anak konglomerat yang bisa tampil lebih 'wahh' dari ini. Tapi mungkin saja itu memang sudah sifatnya. Ku kagumi segala kesederhanaan nya, karena meski terlihat sederhana ia memang sangat menggoda, aku sungguh ingin memilikinya.

' Apa aku mencintai nya? '

' Belum '

Aku belum mencintai nya, tapi segera, segera rasa itu pasti tumbuh dengan secepatnya.

Saat ia mengatakan penolakan atas diriku, apalagi dengan alasan Kelvin , aku merasa sangat marah. Ingin aku memporak porandakan seisi meja di depanku.

' yaa.. aku cemburu'

Tapi aku tidak bisa menyalahkan dirinya. Dari awal ini adalah rencanaku. Akulah yang bodoh. Mungkin saat ini, dia sangat marah , bahkan membenciku.

Lalu ia menyinggung tentang mantan istri ku, aku melihat secercah harapan, aku ingin ini hanya alasan karena ia merasa cemburu padaku.

Aku ingin ia hanya cemburu, cukup itu saja.

Aku mencoba mengintimidasi nya , membuatnya tidak bisa menolak ku lagi, dan yaa berhasil. Aku puas meski melihat raut wajah nya datar karena terpaksa.

Tunggulah Elena Sebentar saja.

Sebentar lagi.. Aku akan menaklukkan mu... Elena Wijaya..

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!