LIMA.

Aku masih menatap tuan Juna yang kini mulai bisa mengendalikan dirinya.

" Kau tau dari mana soal Kevin", tanya Juna.

" Bunda yang bilang, malam itu aku marah karna tidak ada yang bilang kamu duda", kataku jujur.

Arjuna tersenyum dengan lebar dengan sedikit tertawa renyah.

" Kenapa memangnya dengan duda ? aku masih sangat menawan", kata Juna dengan narsis nya.

" Ayolah Tuan... jangan bercanda denganku", kataku kesal.

" Aku tidak bercanda, memang kau ada masalah dengan duda, Kenapa terlihat kecewa Elena ?", Juna kini kelihatan lebih serius.

" Ahh tidak juga , karna kau tidak ada artinya juga. Aku ga mungkin kecewa denganmu. Tapi kalau itu adalah orang yang ku cinta dan dia berbohong tentang statusnya, mungkin aku akan sedikit kecewa ", kataku blak-blakan.

Ada raut kekecewaan di wajah Juna, Aku jadi tidak nyaman.

" Nona Elen, seperti yang sudah kubilang waktu itu, kita harus menjernihkan sesuatu", kata Juna.

" Ada apa ? ", aku mulai fokus, Juna sepertinya ingin bicara serius ,

" Dengarkan aku baik-baik, jangan menyela ataupun mengkritik ku sebelum aku selesai ", jelasnya.

" Oke", Jawabku.

" Aku akan jujur padamu , Aku memang duda Len.. Tiga bulan yang lalu istriku meninggal, meski aku sangat mencintainya aku tidak bisa menyelamatkannya. Lalu aku dihadapkan dengan realitas Wijaya dan Mulya ingin bersatu. Aku tau sejak awal, Kelvin adalah kandidatnya... karna umur kalian yang tidak jauh berbeda. Tapi Kelvin selalu seenaknya sendiri, Kau tau kan jiwa muda, masih ingin bebas, aku memakluminya dan tidak akan memaksanya. Dia adikku satu satunya dan aku sangat menyayanginya. Lalu Ayahmu yang berinisiatif agar aku yang maju. Aku kaget sekali waktu itu, Kupikir rencana mereka akan di undur hingga Kelvin siap, tapi aku salah, Ayahmu lah yang malah menginginkannya. Yaa... Saat ini Aku adalah pemegang kekuasaan dan saham Mulya terbesar saat ini adalah milikku, tentu saja ayahmu lebih memilihku. Aku sangat mengerti. Tapi aku tidak menganggap ia memilihku karena aku berkuasa, lebih ke percaya aku bisa menjaga Wijaya juga. Kau tahu? Aku sangat menghormati ayahmu..

Meskipun aku sudah menolak beberapa kali, Hendri Mulya mengancam ku akan menghapus semua warisan dan menjadikan ku gelandangan. Realitas yang ada aku sedang butuh uang dan kedudukan untuk mengungkap kematian istriku yang tidak wajar ", Juna terdiam beberapa saat.

Ia lalu meneguk minumannya. Dan seperti yang diperintahkannya aku tidak berbicara sama sekali, aku hanya memandangnya dengan seribu pertanyaan yang ingin ku lontarkan .

" Intinya hanya ada dua kesimpulan Len, Pertama, kau terima aku sebagai suamimu, tapi kau harus ingat konsekuensinya. Wijaya dan Mulya dua keluarga terbesar dan paling berpengaruh, tidak boleh ada skandal dan yang terpenting adalah segera kau harus melahirkan penerus keluarga", Dia tersenyum menggoda.

'Dasar orang tua mesum', aku mengumpat dalam hati.

" Dan yang Kedua, kamu bisa menolak ku dan membicarakan ini di pertemuan keluarga Sabtu depan. Kau bisa menunggu Kelvin pulang , Dia tampan meski tak setampan diriku, mungkin saja kau cocok dengannya ", Juna tersenyum dan masih saja narsis.

'Dasar Juna bodoh' , umpat ku dalam hati

Ia memandangku, seakan menerka - nerka reaksiku, aku paling paham yang seperti ini. Tentu saja aku sudah pandai membuat topeng di wajahku. Agar orang -orang hanya melihat ekspresi wajahku yang datar.

" Kau tak ada pertanyaan ? ", Juna menatap tajam padaku .

" Ahh.. kau pasti sudah bisa menebak pilihanku", kata ku sambil tersenyum.

" Menunggu Kelvin ? Pasti Paman Wijaya akan sedikit kecewa kau membuang pria se perfect diriku ini", Juna tersenyum puas.

" Tapi , kalau aku jadi kamu, aku juga akan menunggu Kelvin , jadi Elena, tolong , tolak lah aku, hanya kamu yang bisa melakukan itu", sambung Juna

" Kenapa harus aku yang menolak ?", tanyaku.

" Kau yang lebih dewasa dan berkuasa ,harusnya kau bisa melakukan apapun yang kau inginkan", sambungku lagi.

" Sudah ku katakan tadi, aku ada kontrak perjanjian dengan Hendri Wijaya", katanya dengan wajah keras.

" Ahh.. demi Mendiang istrimu", kataku.

Aku benci mengakuinya, tapi aku adalah gadis yang normal, aku benci jika orang lain membicarakan wanita lain. Apalagi ini jelas jelas orang yang akan menjadi calon suamiku.

' Ahhh... Sepertinya aku mulai menjadi gila', pikirku daam hati

" Maafkan aku, tapi aku harus melakukan apapun yang aku anggap benar untuk ku lakukan , masih ada yang mengganjal di hatiku atas kepergian Anna", kata Juna .

Aku tidak menanggapi nya. Aku terus saja berpura-pura meminum minumanku yang gelasnya sudah hampir kosong. Aku tidak peduli jika aku harus meminum udara kosong itu.

Entah kenapa rasanya agak aneh. Aku jadi tidak berniat jalan jalan lagi ataupun berbincang dengannya lagi. Semua yang dikatakan nya dari awal sampai akhir sudah pasti tentang Anna, mendiang istrinya .

" Akan kupikir kan lagi, Sekarang antar aku pulang saja ", kataku.

" Apa aku membuat mood mu berubah? Elena.. Maafkan aku", ucap Arjuna.

" Tidak apa - apa tuan Juna, kau sudah mengungkapkan isi pikiran mu, aku menghargai itu", jawabku lirih.

Kami akhirnya meninggalkan restoran itu.

Juna mengantarku pulang, tapi di mobil dia hanya diam mematung. Aku pun begitu , hanya diam membisu. Entah kenapa ada yang mengganjal di hati ku, yang tidak ku mengerti sebabnya.

***

~Juna~

" Aahh.. sial sekali..Elena ....dia", aku mengumpat dalam hati

Aku tak tau harus bagaimana denganmu, sepertinya kau terluka karna aku selalu mementingkan Anna. Tapi apa aku yang mulai kepedean, tidak mungkin kan kau cemburu padaku, seperti yang kau bilang , aku bukan siapa-siapa dan tidak penting untuk mu

Tapi , kau amat pandai menyembunyikan ekspresi di wajahmu.. yang bisa kulihat hanya tatapan kosong dan dingin. Wajahmu yang datar, tersembunyi pikiran apa di balik syahdu nya tatapan wajahmu itu nona Elena.

" mungkinkah kau ada perasaan padaku Elen ?" ,

Sial sekali kenapa aku harus memikirkan anak kecil ini .

Sial, Kelvin juga masih tak bisa dihubungi...

Seharusnya , ku seret saja Kelvin kesini dan membuat mereka berdua bersama. Jadi aku tidak perlu lagi ada di tengah perjodohan anak kecil yang merepotkan ini.

Tapi, kalau dipikir-pikir, bukankah aku terlalu banyak bicara padanya. Ahh, image ku yang dewasa dan cool akan runtuh seketika. Rasanya kenapa aku tak punya muka di hadapan gadis kecil ini.

Elena Wijaya, kharismanya mampu membuat orang menciut

Elena...Kalau kau lebih memilih Kelvin, aku mungkin akan sedikit kecewa.

Entah apa yang ku rasakan padamu, tapi dalam lubuk hatiku yang terdalam , sepertinya kamu mulai menggali tempat untuk nama mu disana. Aku harus menghentikan mu, jika tidak , lubang yang kau ciptakan itu, akan semakin dalam dan lebih sulit untuk ku kendalikan lagi.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!