EMPAT.

Aku sudah berdandan sangat rapi dan siap menunggu bawahan Juna datang. Meskipun hanya akan berjalan berkeliling bersama karyawan si Juna itu, tapi entah mengapa aku sangat merasa bahagia.

Kulihat lagi riasan tipis di wajahku, aku mengagumi turunan bundaku yang memang sangat cantik, menjadikanku juga wanita yang cantik. Pakaian yang ku kenakan juga sangat rapi, sopan tapi tetap berkelas. Lagi- lagi aku bersyukur.

Aku sedang bersiap keluar dari kamar saat kudengar tamu datang.

' wahh, bawahan Juna sudah siap ' , Aku mempercepat langkahku.

Aku menuruni tangga dengan santai, samar ku dengar bunda sedang menyapa seseorang.

" Nak Juna ganteng sekali, ada janji dengan Elen ya", Bundaku menyapa tamu itu.

Degh

'sialan, dia datang sendiri' , pekiki ku dalam hati.

" Iya Bun.. Elen minta ditemani keliling kota" , kata Juna

" Maaf yaa, Elen ga cerita sih, yuuk makan siang dulu", Bundaku menawari Juna untuk makan, entah mengapa Bunda memang selalu saja welcome pada orang asing.

Aku langsung pasang muka cemberut ketika melihat Juna tapi dia malah tersenyum lebar. Aku tahu dia hanya menggodaku.

" Bun, kata Juna tadi minta langsung makan diluar saja , kita pamit yaa " , aku memeluk dan mencium pipi Bunda.

" Lhoh, yakin nih, bunda masak enak lho ", Bunda menahan kami.

" Maaf yaa bun, Lain kali saja", kata Juna.

Kutarik tangan Juna keluar rumah. Juna tersenyum pada Bundaku mengisyaratkan pamit . Tanpa basa basi aku langsung naik mobilnya.

" Wah Nona Elen sepertinya tidak suka dijemput orang paling tampan ", Juna menghidupkan mobilnya.

" Tuan Juna sepertinya sibuk tadi, kenapa malah repot- repot harus menemui ku", kataku kesal.

" Bagaimana bisa aku melepaskan mu pergi dengan bawahan ku", kata Juna sembari menjalankan pelan mobilnya.

Aku memandangnya, menunggu lanjutan perkataan nya.

" Bawahanku ga mungkin kuat menghadapi mu yang pemarah ", Juna berkata lagi dan diakhiri senyuman penuh kemenangan.

" Tadinya aku sangat bahagia kini aku kecewa, kalau hanya bertemu denganmu saja, harusnya aku tidak dandan, dasar sial sekali hari ini", Aku memalingkan muka dari Juna.

" Aku suka wanita yang hanya dandan jika di depanku saja, biasakan itu saat menjadi Nyonya Muda Mulya, kalau keluar tanpa aku, jangan pernah dandan ", kata Juna , Kini Juna memasang tampang seriusnya.

" Tuan Juna jangan berharap aku menurutimu", kataku dengan ketus.

Juna Diam dan dengan santai tetap melajukan mobilnya dengan santai. Sepanjang jalan kami berdua memilih untuk tetap diam saja.

Akhirnya kami sampai di Restoran tempat kami akan makan, sebuah Restoran kecil tapi begitu tertata rapi. Aku jadi teringat tempat makan kesukaanku di Luar negeri yang simple dan elegan, ini cukup membuatku merasa nyaman. Ternyata Juna memang pandai memilih tempat makan.

Restoran ini Cukup ramai tapi masih bisa di tolerir . Kami duduk di pojok belakang dekat dengan jendela besar.

" Mau makan apa ? ", Juna bertanya dengan memberikan daftar menu padaku.

" Samakan dengan mu , Aku kurang mengerti nama makanannya", kataku setelah sekilas membaca daftar menunya.

Juna mengangguk dan memesankan pada waitress .

Aku melihat Juna lagi, menimbang apa yang harus kukatakan dan Ia hanya memandangku.

" Tuan Juna , sekarang silahkan bertanya ", kataku akhirnya dan Juna tersenyum.

Sungguh jika aku dalam posisi yang normal aku benar-benar akan jatuh hati padanya. Sungguh dia memang sangat tampan, dan setelah pertemuan kali ini aku merasa dia juga sangat sopan untuk sekelas bos besar seperti nya.

" Nona, untuk mengakrabkan diri izinkan aku memanggilmu Elena saja, bagaimana? ", tanyanya Santai.

" Approved, silahkan ...tapi aku tetap tuan Juna ", Aku mencoba tersenyum semanis mungkin.

Juna hanya meringis menggeleng-gelengkan kepalanya.

" Kenapa kau menerima perjodohan ini , Aku tau latar belakang mu, kau sudah sangat sukses disana bahkan uang dari hasil kerjamu tidaklah sedikit", kata Juna.

Ternyata Juna telah menyelidiki latar belakangku, aku sempat ingin marah, tapi itu hal yang wajar kan.

" Aku hanya menuruti perintah Ayah dan Bunda ku. Ayahku meskipun aku tidak mau ia tidak akan pernah mau membatalkannya janjinya. Aku merasa akan sia-sia saja membantahnya. Aku tak ingin terjadi konflik dengan Ayah", jelasku padanya.

Waitress datang membawakan minuman. Kami bersama-sama minum apa yang sudah Juna pesan.

" Lalu , bagaimana denganmu? bukankah harusnya kau tengah berkabung ?", Aku memandang Juna yang sedikit menegang mendengar kan ucapan ku.

" Aku terpaksa menyetujui nya", kata Juna, dan entah mengapa hatiku terasa sakit mengetahui penolakan Juna atas diriku.

" Maafkan aku Elena, Aku masih sangat mencintai Anna, mendiang Istriku", Juna berkata lagi.

" Tentu saja, aku sangat mengerti itu ", kataku.

Rasanya seperti ada perasaan cemburu dalam hatiku. Ahh, mungkin hanya perasaanku saja . Setelah waitress menyajikan makanan, selanjutnya kami makan tanpa suara. Sesekali aku memandangnya, Juna masih sibuk dengan makanannya.

" Kalau kita tidak saling menyukai sepertinya kita bisa menolak pertunangan ini bukan ? Aku yakin kalau kita berdua yang bicara mereka akan menyerah", kataku bersemangat.

" Maafkan aku Elen, aku sudah menandatangani perjanjian kalau sampai aku membatalkan pertunangan ini. Hendri Mulya bisa saja membunuhku", kata Juna.

" Aku tau harusnya Kelvin yang menjadi tunangan ku kan ? " , kataku.

Juna menatapku Kaget.

***

~Juna~

Ketika menjemput Elena Aku sangat kaget, Ia sangat cantik. Hanya memakai riasan sederhana tapi. kecantikannya memang tidak bisa diragukan lagi. Elena bak bidadari. Cantik sekali. Andai saja aku lelaki seumuran dengannya yang berstatus single, tanpa berpikir dua kali aku akan sangat siap untuk menikahinya.

Tapi aku seorang duda , yang masih menyimpan cinta untuk mendiang istriku.

' Ahh, aku memang kacau, ' pekikku dalam hati.

Lelaki normal manapun akan menyukainya. Tapi bagiku Ia hanya pantas menjadi seorang Adik , sama seperti Kelvin.

Ketika di Restorant , membahas tentang Anna, Aku menyadari Ia tidak nyaman, tapi aku juga tidak sanggup menipunya. Ia sangat manis bahkan ketika sedang kesal. Hatiku entah mengapa bergejolak , rasanya aku tidak rela jika ia ingin membatalkan pernikahan ini.

' Ohh, bodohnya aku, melepas gadis kecil seperti ini saja harus berpikir puluhan kali' , dalam hati aku berkata.

Tiba saatnya ia membahas tentang Kelvin, tapi dari mana ia tau soal Kelvin. Ahh, tentu saja dari mana lagi kalau bukan orang tuanya.

Ahh rasanya aku tidak rela, sepertinya aku takut ia lebih memilih Kelvin dari pada Aku. Tapi itu kenyataan nya kan. Ia sedari awal adalah jodoh nya adikku . Tapi aku yang telah merebut nya.

' Ohh bukan, aku tak merebutnya dari Kelvin, kami dijodohkan oleh Mulya dan Wijaya. Bukan salahku', ucapku dalam hati.

Entah Kenapa dengan diriku. Aku harus bersikap normal dan wajar. Ia adalah adik, jangan anggap lebih.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!