DUABELAS.

Mobil Juna memasuki gerbang rumah , aku bisa melihat dari jauh Ayah dan Bunda sedang di teras seperti hari- hari pagi biasanya. Mereka pasti sedang ngeteh pagi sambil bercengkerama. Mereka berdua memang selalu melakukan rutinitas itu di pagi hari. Aku ingat Bunda pernah berkata , ' Hubungan suami istri akan langgeng kuncinya cuma satu, komunikasi dua arah ' .

Dan yaa... Ayah dan Bunda sangat jarang cekcok, mereka selalu terlihat harmonis karena sering mengungkapkan isi hati masing-masing , jujur dan yang pasti ego mereka sama rata. Tidak ada yang merasa superior. Bahkan ayah ku yang terlihat garang akan tunduk dan mendengar kan, jika bunda sudah mulai bicara.

Ketika aku dan Juna turun dari mobil, Bunda sudah berdiri bersiap menyambut kedatangan kami.

" Bunda , Ayah, maaf kami telat pulang" , aku mencium tangan Ayah Ibu diikuti Juna yang melakukan hal yang sama.

" Juna tadi malam sudah meminta izin kok pada kami , tenang saja" , kata Ayah.

Aku menengok pada Juna yang tersenyum manis di belakangku, tak ku sangka ia sudah meminta izin pada Ayah. Ahh... lagi-lagi aku tercengang akan kesopanan nya. Pikiran jelek ku akan sifatnya, sedikit demi sedikit mulai terkikis.

" Meski kalian sudah bertunangan , Bunda minta jangan melakukan hal yang dilarang sebelum waktunya yaa" , kata Bunda menambahi.

" Kami belum melakukan apapun Bun, aku hanya mengajaknya keluar untuk meyakinkan nya , karena kemaren ia sangat plin-plan, semoga ke depan nya kami bisa sejalan selamanya" , ucap Juna.

Juna tersenyum lagi dan diikuti tawa orang tuaku. Mereka mengajak Juna untuk sarapan , dan kami masuk ke dalam rumah.

Aku mengikuti mereka mengekor di belakang ,

' Diyakinkan apanya ? ' Tanyaku dalam hati kesal dengan alasan Arjuna yang seakan - akan selalu aku yang salah, dan sialnya aku tidak bisa membela diri.

Di ruang makan, TV kami menyala dengan berita utama tentang pertunangan kami.

" Ayahmu sudah menghubungi media dan mengabarkan tentang pertunangan kalian, kalian jadi headline berita dimana-dimana", kata Ayah.

" Iyaa papa sudah memberitahu semalam, dan kini saham Wijaya dan Mulya mengalami kenaikan", kata Juna.

" Itu sudah tentu , dari semalam banyak telpon dan message yang masuk ke hp ku, mereka rekan-rekan bisnis dan kolega ingin mengucapkan selamat" , kata Ayah.

" Hp Ayah mu sampai Bunda silent lho.. karena sampai tengah malam itu notifikasi tidak berhenti -henti" , sambung bunda.

Juna tersenyum, tapi sepertinya sejak semalam ia tak terlihat memegang hp nya , apa aku yang tak sadar yaa..

Mungkin juga inilah alasan Juna mengajak ku menyepi ke Villa nya , agar aku tidak ikut pusing merasakan hiruk pikuk kehebohan media soal pertunangan kami.

" Tapi kapan kalian memutuskan untuk acara pernikahan? ", Ayah bertanya lagi dengan antusias.

" Biarkan mereka memutuskan dengan santai, toh mereka sudah bertunangan kan? ", Bunda menimpali.

" Tidak Bun, kami berencana menikah bulan depan ", kata Juna.

Aku kaget tapi Ayah Bunda malah tersenyum bahagia dan mengamini apa yang diucapkan sembarangan oleh Juna.

Aku tidak bisa mendebatnya di depan orang tuaku. Aku meminta izin untuk mandi terlebih dulu, sementara Juna dan ayah melanjutkan mengobrol tentang bisnis mereka.

" Kamu yakin tidak melakukan hal macam macam dengan nak Juna kan ? ", Bunda bertanya.

Bunda mengikuti ku sampai menuju kamar dan berusaha meyakinkan keraguannya. Aku yakin bunda sedang mengkhawatirkan putri semata wang nya ini.

Aku hanya tersenyum.

" Bunda tenang saja, aku tidak menyukai Juna, Aku tidak akan membiarkan dia menyentuh ku", kataku yakin.

" Kamu ini, jangan bilang begitu. Bilang nya tidak suka tapi nanti jadinya sangat suka lho, dan tentu saja saat sudah menikah nanti tentu saja harus melayani nak Juna dengan sepenuh hati, ia akan menjadi suami mu yang harus kamu hormati dan layani sepenuh hati ", kata Bunda yang berjalan di belakang ku.

Aku belum bisa menjawab Bunda, pikiranku masih kacau dengan ketakutan yang ku buat sendiri.

" Dulu apa Bunda datang ke acara pernikahan Juna dengan Anna ? ", tanyaku tiba -tiba pada Bunda ku.

" Tidak, kalau tidak salah ingat yaa.. , Juna menikah sudah 2 tahun lalu, Sepertinya itu hari dimana kamu sakit dan masuk Rumah sakit, ingat kan? kami sepertinya langsung terbang ke tempatmu jadi tak menghadiri pernikahan nak Juna", kata Bunda sambil mengingat ingat dan heran dengan pertanyaanku.

" Kenapa kamu tanyanya aneh-aneh ?" , tanya Bunda.

" Hmm... Hanya saja , aku sedang berpikir jika Bunda pernah menghadiri pernikahan Juna dan kini akan melihat ku menikahi Juna, itu akan terasa aneh dan menyakitkan", kataku datar.

" Sudah jangan berpikir yang macam-macam, cepat mandi, dan temani nak Juna" , Bunda segera pergi dari kamar ku.

Setelah selesai mandi dan merapikan diri, aku turun dan mendapati Ayah dan Juna masih berbincang - bincang. Tanpa permisi aku duduk di sebelah Juna yang memberikan senyum terbaiknya nya. Aku hanya mendengar mereka mengobrol dan tak lama Juna segera minta izin untuk pamit.

" Sepertinya sudah sangat terlambat, aku minta izin untuk pamit yaa Ayah, Bun.." , kata Juna.

" Hari ini ngantor Jun?", tanya ayahku.

" Iya.. Masih ada meeting yang harus di hadiri" ,ucap Juna.

" Baiklah, hati hati Jun", kata Ayahku

" Baik, Oiya sekali lagi, terima kasih sarapan nya bunda.. Enak banget ", kata Juna.

" Lain kali , makan sini lagi yaa", ucap Bunda ku.

Aku mengantar Juna ke depan.

" Ada yang mau kamu tanyakan padaku? ", tanya Juna tiba-tiba menghentikan langkah nya.

" Hemm.. kenapa? ", tanyaku balik bertanya.

" Wajahmu itu seakan - akan menyembunyikan banyak tanya" , katanya.

Aku menarik lengan kemeja nya agar membuat tubuhnya sedikit lebih menunduk.

" Kenapa harus satu bulan? Harusnya rencana pernikahan nya harus lebih dari satu tahun lagi kan ? ", aku hampir berbisik pada Juna.

Dan dia hanya tersenyum dengan tawa kecil.

" Aku tak sabar memiliki mu", bisiknya di telingaku.

Lagi - lagi aku dibuatnya merinding, Lalu Juna berdiri kembali menegak kan tubuhnya yang sempurna.

" Tenanglah Elena..., kamu hanya perlu percaya saja padaku", katanya sambil kembali mencium keningku.

Aku mematung dan membisu, serangan Juna benar-benar membuatku tak berdaya.

" Kamu tahu kan, hal yang baik harus segera terlaksana, itu akan menghindarkan kita dari mata jahat", ucap Juna dengan nada menggoda.

" Terserah", kataku lemas.

" Baiklah sayang, aku pergi dulu. Secepatnya kita akan bertemu lagi yaa", kata Juna sambil memasuki mobil nya yang mewah.

Dia lalu melambaikan tangannya dan melajukan mobilnya. Terakhir aku masih dapat meliihat senyumnya padaku. Aku menatap mobil Juna yang semakin menjauh.

' Apa? Sayang? dia memanggilku sayang ? Dasar benar-benar terlalu agresif. Tidak tahu malu.' , kataku dalam hati.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!