DELAPAN.

Aku terduduk dengan lesu, memandang jari manisku terpasang cincin berlian bermata putih yang sangat mewah, aku tak percaya akhirnya jadi seperti ini. Arjuna gila itu membuat ku malu pada Ayah Bunda dan kedua orangtuanya. Kenapa saat itu ia ingin aku membatalkan pertunangan gila ini ? Tapi sekarang malah... Sialan, dia memang ingin mempermainkan ku.

'arrgghhh.. rasanya ingin ku maki dia' , pekikku dalam hati.

" Lalu bagaimana apa kita sudah bisa menentukan tanggal pernikahan nya ? ", tante Sherly berkata smabil tersenyum manis.

" Gimana Len ? ", tanya ayahku memandang ku dengan penuh harapan. Pancaran di wajahnya begitu bahagia.

" Aku?? Jangan tanya padaku, tentu saja itu terserah tuan Juna, Bahkan kita bisa menikah secepatnya. Setelah ia tidak sibuk bekerja tentu saja.. Besok?", Aku menunjukkan senyum sinis pada Juna.

Juna terlihat terkaget, tapi aku puas memandangi dia yang sedikit tak nyaman.

" Elena ternyata sangat pandai bercanda", ucap tante Sherly.

" Gimana Jun? ", om Hendry bertanya pada Juna.

" Seperti kata Elena... Lebih cepat lebih baik kan Jun", Ayahku menyambung.

Juna terlihat tak berkutik. Ini kesempatan ku membalasnya.

" Om.. Tante, sebenarnya awalnya aku ragu pada Juna, karna saat pertama bertemu ia bilang tak ingin menikahi ku karna alasan masa lalunya. Ia sulit melupakan mendiang istrinya, Aku tau sekarang ia juga masih ragu , Lihatlah wajahnya nampak tertekan", kataku ku buat-buat dengan nada yang sangat sedih.

' Yess.. kita imbang sekarang, malu sama malu lah... ' pekikku dalam hati

Sekarang semua mata tertuju pada Juna, orang tua nya memandang nya penuh tanya,

" Kamu ngomongnya kok gitu sih? Tentu aja secepatnya kita bisa segera menikah... Lupain masa lalu yaa.. ", Juna tersenyum memandang nakal ke arahku, aku hanya membuang muka.

Lalu suasana berubah, gurat keceriaan dan kebahagiaan kembali seperti awal. Aku mendengar kan perkataan mereka , memang belum ada tanggal pasti kapan hari pernikahannya. Om Hendry bilang akan menyampaikan kabar baik ini ke media, ayah antusias dengan hal itu. Tentu saja saham mereka akan naik pesat. Dua keluarga ternama akan menjalankan pernikahan bisnis. Media mana yang tak antusias.

" Mah, Pah, bisa ku tinggal sekarang ? aku harus bicara pada Elen", kata Juna sambil berdiri

" Tentu saja, kalian harus lebih dekat mulai sekarang, nanti antar Elen pulang yaa Jun", Bunda mengizinkan.

" Tentu saja Bun , kubawa dengan selamat", Arjuna menarik tangan ku, aku terpaksa mengikuti Arjuna dan berjalan perlahan di belakang nya.

***

Aku masuk ke mobil Juna dengan gontai , rasa enggan menjalar , ingin ku lemparkan tubuh ini ke kasur kesayangan ku.

Lalu mobil melaju dengan santai, aku sama sekali tak penasaran kemana ia akan membawaku pergi. Aku merasa bodo amat. Sepuluh menit berlalu kami masih duduk dalam diam.

" Jangan diam saja dong, aku bosan ", kata Juna memecah keheningan.

Tapi jujur saja, aku malas meladeninya.

" Kenapa sih kamu harus bertindak kaya gitu tadi? ", sambungnya lagi.

" Ehh kenapa? ", tanya ku yang tak terima.

" Yah kamu mencoba mempermalukan aku kan ?", kata Juna.

" Itu karna kamu juga sudah mempermalukan aku, gimana dengan permintaan mu tempo hari untuk membatalkan semua ini. Dasar plinplan.!!!", aku sangat ingin memakinya.

Tapi senyuman nya malah menbuatku enggan.

" Maaf soal itu, aku punya alasan tersendiri", kata Juna.

" Alasan apa ? kamu jatuh cinta sama aku ?? ", aku sedikit membentak nya.

Arjuna meminggirkan mobilnya dengan halus, melihat caranya menyetir aku tau dia pro soal ini.

" Apa katamu tadi ? ", tanya Juna.

" Kamu jatuh cinta sama aku? ", tanya ku lagi.

" Kamu gimana ? ", dia balik bertanya.

" Ehh tuan Juna yang terhormat, jangan suka mengalihkan pembicaraan yaa, kalau plin plan yaa akui saja", ucapku kesal.

" Hhahha.. kamu memang sangat keras kepala Len.. " , Arjuna nyengir melajukan mobilnya lagi.

Aku masih terdiam.

" Kamu tidak ingin tahu , aku mau membawa mu kemana ?", tanya Juna.

Aku masih saja diam.

" Elena.. ", Juna masih terlihat sabar.

Tapi dengan tiba - tiba dirinya ingin meraih pundakku.

Aku segera menghindar dan berteriak.

" Tuan Juna",

" Jangan berani-berani menyentuh ku", ucapku dengan marah.

" Tenang saja, aku tak akan menyentuh mu , sebelum kau menginginkan ku" , ucap Juna.

" Never ", kataku.

" Hahahaa, sudahlah Len... Maafkan aku atas apa yang terjadi tadi. Aku mungkin berkhianat di matamu, Tapi entah mengapa aku merasa kita memang sedang di takdir kan untuk bersama", ucap Juna.

" Jadi, kau jatuh cinta padaku?", tanyaku lagi.

Juna masih enggan menjawab dengan jujur.

" Baiklah, terserah kau saja tuan Juna, aku tak ingin tahu lagi, kenapa tiba-tiba kau berubah pikiran", kataku.

" Elena...", kata Juna sendu.

" Apa kau, benar- benar ingin menunggu Kelvin?", tanya Juna padaku dengan wajah seriusnya.

" Jangan lupa tuan Juna, itu pilihanmu yang kedua. Aku hanya mengikuti anjuran darimu.." , kataku .

" Kini , itu sudah tidak bisa, Jadi mau tidak mau kau harus memilih pilihan yang pertama bukan? ", tanya nya.

" Aku akan menciptakan pilihan ku sendiri tuan, masih ada opsi yang ketiga. Itu yang akan ku pilih", kata ku mantap.

" Elena .... Apa kau tahu sesuatu?", tanya Juna.

" Apa?", aku mulai mengikuti alur pembicaraan ini.

Arjuna adalah orang yang pandai bicara dan mampu membuat lawan bicara mengikuti kemauan nya.

" Kau , memang sungguh pintar", kata nya mantap.

" Jika aku tidak pintar, tidak mungkin di usia ini aku sidah menjadi consultants bisnis yang profesional kan?" , aku membanggakan diriku sendiri.

" Kau juga pandai mengambil hatiku", ucapnya lirih.

" Apa? ", tanyaku berpura-pura tidak mendengar.

Hatiku berdegup cukup kencang,

' Apa benar dia mulai menyukai ku?' , tanyaku dalam hati.

" Tidak ada apa apa", kata Juna.

Aku melihatnya, Juna sedikit salah tingkah. Mungkin aku memang terlalu percaya diri. Tapi aku mulai merasa bahagia.

Ku pandangi lagi cincin pemberian Juna, 'cantik' dan aku mulai menyukai nya. Menyukai cincin itu berada di jari ku.

" Aku memilih nya, spesial untuk mu", ucap Juna.

" Yaa.. Sangat cantik", ucap ku.

" Aku memang pandai membaca karakter orang, dan aku yakin kau akan menyukai nya", kata Juna.

" Tapi , aku sedikit heran... Kenapa ukurannya bisa sangat pas di jari ku?", tanyaku sedikit penasaran.

" Ahhh, mitosnya jika seorang telah berjodoh, ukuran jari manis si wanita akan cocok dengan ukuran kelingking si lelaki", jelas Juna.

" Jadi? ", tanyaku sambil mengernyitkan dahi .

" Kau dan aku sangat cocok, kita memang di takdir kan bersama", ucap Juna.

" Dasar.. Seperti anak kecil saja " , ucapku begitu saja.

Pikiran ku mulai kacau, memikirkan masa depanku hidup bersama pria ini. Jauh di lubuk hatiku yang terdalam, rasanya aku masih belum siap untuk menjadi seorang istri. Tapi nasi telah menjadi bubur, aku harus melakukan apa yang sudah terlanjur terjadi.

***

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!