TIGABELAS.

Dua Minggu telah berlalu ,

Hendri Mulya telah menyebarkan berita tentang pernikahan ku dan Juna di kalangan pebisnis. Ini membuat saham Mulya dan Wijaya terus melambung. Bahkan Hendri juga memberitahukan ke semua media di kota ini tentang rencana pernikahan ku dan Juna dalam waktu dekat. Desas Desus mulai bermunculan di televisi , surat kabar dan bahkan platform berita Online, padahal aku dan Juna sendiri masih santai dan tidak terburu-buru.

Ini semua terjadi karena ulah Juna, dia selalu saja bercanda kalau bulan depan kami akan segera menikah. Ahhh, sesungguhnya aku tak masalah, toh aku todak punya teman di kota ini, tidak ada yang mencecar ku dengan pertanyaan -pertanyaan tidak logis.

Aku hanya kesal karena semua berita yang simpang siur itu semakin membahas hal-hal yang tidak perlu dan lebih ke gossip. Dari dugaan aku hamil duluan, kawin kontrak, masih di kaitkan tentang kematian istri Juna yang katanya aku menyabotase kecelakaan itu dan akulah pelaku, tak lain dan tak bukan hanya untuk merebut Juna. Sungguh warga net memang punya skill tinggi dalam hal karang mengarang dan cocoklogy. Dan yang paling membuat ku geli adalah adanya berita tentang cinta sejati diantara kami.

Dikatakan kami sudah menjalin hubungan dari kecil dan saat ditinggal Juna menikah dua tahun lalu sampai membuatku stress dan jatuh sakit sampai di rumah sakit saat aku bekerja di luar negeri. Gossip memang cepat sekali menyebar, entah dari mana konspirasi ini berasal. Tapi memang saat itu pas banget aku sedang dirawat di rumah sakit akibat magh akut yang kumat.

Aku berpikir lagi, dari aku kecil keluarga Mulya dan Wijaya memang sudah dekat , tapi aku tak ingat jika aku pernah mengenal Juna. Ahh.. dulu aku memang sangat anti sosial dan menarik diri dari pergaulan, tak lain dan tak bukan karena aku tidak mau menjadi pusat perhatian orang-orang.

Semua persiapan pernikahan sudah diurus oleh Mama Sherly dan Bunda, jadi aku tak perlu melakukan apapun kecuali fitting baju seminggu yang lalu, itu pun tanpa kehadiran Juna karna ia yang sangat sibuk sekali di kantor dan dia hadir pada keesokan harinya tanpa aku.

Hmmm ... Ini pernikahanku tapi rasanya aku sama sekali tak bahagia dan tak tertarik, bukankah harusnya aku excited ? Tapi kenapa tidak yaa...

Ahhh... Rasanya aku tak tau lagi apa yang ada di hati dan apa perasaan ku yang sejujurnya. Aku menikah karena desakan orang tua... Tapi ... Ahhh sudahlah...aku sendiri bingung...

Juna berkali -kali menelpon dan chat memintaku menemuinya, entah apa yang ingin dikatakan nya padaku , tapi ku abaikan saja dengan alasan dipingit ga boleh keluar oleh Bunda. Aku sedang malas berdebat dengannya . Dan yang pasti dia hanya ingin menggodaku seperti biasanya.

" Lelaki mesum itu benar-benar " , pekikku dalam hati.

#

Siang itu aku meminta izin Bunda untuk pergi keluar. Yaa .. sendiri.. Awalnya Bunda tak mengizinkan ku jika pergi sendiri, tapi aku meyakinkannya dan bilang hanya untuk pergi ke cafe dekat sini.

" Ayolah Bun . . . Aku hanya ingin menenangkan diri agar tidak stress, sebentar lagi akan menikah membuatku stress, ibu ga mau aku stres kan ?", bujuk ku pada Bunda.

" Kalau terjadi sesuatu langsung telpon Bunda atau telpon Juna yaa sayang" , kata Bunda .

" Bun... Aku ini sudah dewasa... Aku bisa menjaga diri kok" , kata ku meyakinkan.

" Tetap saja, kamu belum begitu mengenal daerah sini kan...", kata Bunda lagi.

Akhirnya aku mengiyakan saja, agar tak perlu berdebat lebih dengan Bunda. Akhirnya beliau luluh dan mengizinkan ku pergi. Selalu saja, Bunda berpikir tentang Juna dan Juna.

Aku duduk sendiri di pojok cafe dan berharap tidak ada yang mengenaliku. Cafe ini nampak cukup sepi, mungkin belum waktunya orang - orang untuk nongkrong.

Segelas teh matcha hangat dan roti bakar di depanku tak ku hiraukan dan aku sibuk memandang keluar jendela ke arah lalu lintas jalan yang tidak terlalu padat, tiba tiba seseorang menepuk bahuku,

" Sayang ... " , kata orang itu dan membuatku menoleh.

Juna berdiri disana diikuti seorang pria yang nampaknya seumuran dengan Juna. Juna langsung duduk di hadapanku tanpa permisi dan izin terlebih dulu.

" Kenapa disini? ", tanyaku sinis.

" Tadi ada sedikit urusan bisnis ", ucap Juna.

" Aku tak percaya " ,kata ku.

" Beneran lhoh.. Lalu aku lihat kamu dari jauh , makanya aku menghampiri", jelas Juna.

" Bukan karena disuruh bunda?", tanyaku.

Juna sedikit kaget , dari raut wajahnya aku tahu dia tidak berbohong.

" Ahh, sudahlah ... ", kata ku akhirnya.

" ohh iyaa.. ini sahabat dan asisten ku, Sony namanya.. ", Juna menunjuk Pria di belakangnya.

Dan pria tersebut kini berdiri di samping Juna, Ia membawa tas hitam yang tak ku ketahui isinya.

" Halo nona Elena , saya Sony , Aspri Juna ", kata Pria itu padaku sembari tersenyum. Aku balik membalas senyumnya.

" Apa tuan Juna memperlakukan mu dengan baik kak?" , tanyaku pada Sony .

" Ehh, tentu saja nona, mengapa anda bertanya seperti itu? ", Sony terlihat penasaran.

" Ahh, aku merasa Tuan Juna ini suka terlalu bekerja keras takutnya kak Sony disuruh yang macam -macam, duduk kak, " kataku.

Sony sudah mempersiapkan dirinya untuk duduk disampingku, tapi Juna lalu melarangnya.

" Tidak perlu, Son... Bukankan kau harus kembali ke kantor? Selesaikan semua pekerjaan ku yaa, Aku tidak akan kembali ke kantor sore ini", kata Juna .

Sony hanya mengangguk dan ada kekesalan diraut wajahnya lalu ia pergi meninggalkan kami.

Kini hanya Ada Arjuna yang di depanku. Senyuman jahilnya membuatku merinding. Entah kenapa inginku menghilangkan penat tapi malah bertemu dengan Arjuna.

" Kau bisa bicara lembut juga ternyata," ucap Juna.

" Tentu saja, asal tidak dengan mu", kata ku jutek.

" Jangan terlalu lembut dengan pria lain, Hanya padaku saja" , kata Juna.

Aku membuang muka.

" Aku ingin bertemu dengan mu sejak kemarin dan kamu selalu menolak, tapi lihat... Takdir menemukan mu disini . Kenapa sendirian disini?", tanya Juna.

" Awalnya ingin melepaskan penat sendirian, tapi sialnya malah ketemu biang kerok", kataku.

" Biang kerok?", ucap Juna sambil tertawa lepas.

Aku hanya memandang nya.

" Tega sekali... Kau bicara pada calon suamimu seperti itu", kata Juna.

" Oke .. Oke, Maaf Tuan Juna calon suami saya ... yang terhormat", aku melembutkan suaraku.

Juna yang mendengar nya langsung tertawa.

" Hhhaa.. Sudahlah... Bicara seperti biasa saja padaku. Sungguh tidak cocok itu padamu", ucap Juna mengejek.

" Jadi .. kau dari mana?", tanyaku.

" Tuh.. Kantor depan situ", ucap Juna, menunjuk gedung di seberang jalan.

Aku menoleh ke samping, Konsultan bisnis.

Aku tersenyum .

" Kenapa?", tanya nya.

" Bukan... Kamu masih mengunjungi konsultan bisnis ? Padahal di depan mu ada profesional nya", aku tersenyum.

" Yaa.. Aku gak ingin calon pengantin capek berpikir masalah pekerjaan saja", ucap Juna.

Aku memasang wajah cemberut.

***

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!