Dugaan Fikra, bukti kesaksiannya.

Satu hari kemudian.

Ruangan seluas satu are persegi atau sekitar 10 meter x 10 meter. Di dalamnya tidak begitu banyak barang, hanya ada satu kasur tidur dan beberapa lemari tertata, juga ada ruangan kerja Fikra.

Padahal sudah beberapa tahun berlalu setelah kejadian itu. Sebenarnya Fikra tidak pernah ingat lagi semua tentang kenangan di masa kecilnya, dia tidak tahu bagaimana sosok ibu yang menemani ayahnya dulu. Tapi itu tidak terlalu dipikirkannya, asalkan dia masih mempunyai keluarga dan bisa menyembuhkan diri dengan seorang paman.

Paman adalah adik kandung dari ayah, dia bukan seorang tokoh dan hanya orang biasa yang tinggal di pinggiran kota. Paman tidak memiliki kemewahan namun tidak pernah kekurangan karena ayah selalu membuat hidup keluarga terjamin. Mungkin alasan ayah menjadi seorang dewan di kota salah satunya adalah keluarga.

Namun Fikra lebih banyak menghabiskan waktu di rumah paman. Dia bersekolah di sana sampai kata paman setelah keluar dari SMA dia kembali ke rumah ayahnya. Sayang sekali Fikra tidak memiliki kenangan di waktu SMA nya juga, bahkan setiap harinya dia merasa ada sesuatu yang hilang, sesuatu berkurang dari ingatannya.

Ayah mengatakan itu adalah terapi terbaik untuk dirinya sendiri, dan pengobatan itu dilakukan oleh paman tanpa medis.

Fikra tidak pernah menuntut apapun meski dia sendiri tidak memiliki setiap kenangannya, asalkan dia tetap baik-baik saja itu sudah cukup. Sekarang tubuhnya sudah terasa bugar lagi, pikiran kembali tenang dan dia tidak perlu was-was.

Ketika teringat dengan Hp Fikra tampaknya bingung, dia tidak memegang hp nya sejak kemarin. Buru-buru Fikra memeriksa di setiap sudut tempat termasuk di beberapa baju yang pernah dia pakai tapi sayang nyatanya jaket pun tidak ada.

Setengah kesal Fikra keluar dari kamar, di sana sudah berdiri seorang asisten rumah. "Baju ku yang kemarin semuanya ada di mana?" Tanya Fikra.

"Oh, baju tuan. Sudah saya serahkan ke laundry." Ucapnya ramah.

Fikra berjalan lagi dia mencari tukang laundry rumah, harusnya semua aman termasuk hp dan flashdisk yang dia simpan di saku jaket.

Dalam satu ruangan tampak seorang perempuan yang sibuk menyetrika beberapa baju. "Mbok, Baju ku yang kemarin?" Fikra langsung bertanya.

"Astaga, saya kirain siapa. Tuan sudah baik-baik saja sampai jalan-jalan kesini." Ucapnya pada Fikra.

"Baju ku." Fikra mengingatkannya lagi.

"Mbok sudah simpan di lemari sana, seluruh barang juga sudah Mbok amankan." Ucapnya dengan nada santai sambil terus menyetrika lagi pakaian yang ada di meja.

"Hp dan flashdisk nya?" Fikra bertanya sebelum mencari.

"Hp dibawa tuan, flashdisk Mbok simpan di lemari." Sambil menunjukkan ke arah dimana flashdisk dan baju Fikra.

Fikra berjalan dengan kesal, sekarang kenapa hpnya diambil ayah tapi beruntung flashdisk ini tidak sampai dibawanya juga.

Fikra tampak menghela napas.

"Mbok panggilkan bibi untuk menyiapkan sarapan, ya!" Ucapnya menawarkan pada Fikra.

"Tidak perlu! Fikra harus pergi ke suatu tempat." Ucap Fikra sambil keluar dari ruangan itu.

"Tuan tidak boleh pergi kemanapun, hari ini tuan besar menyuruh saya agar memastikan tuan tetap di rumah." Seorang penjaga rumah langsung menghadang kedatangan Fikra ketika dia baru saja keluar dari pintu.

"Astaga!" Fikra hanya bisa kembali lagi ke rumah, meski dia terus menggerutu kesal tapi mau bagaimana lagi.

"Bisa pinjamkan Hp mu!" Tiba-tiba Fikra kembali ke penjaga itu dan langsung meminta hp milik si penjaga rumah.

"Kau perlu menghubungi seseorang?" Tanyanya masih tetap cukup waspada.

"Aku harus menelpon ayah, tenang saja!" Ucap Fikra masih memintanya dengan sopan.

Hp kemudian dia dapatkan, Fikra harus tetap berdiri di ambang pintu dan membiarkan penjaga rumah mendengarkan sendiri jika dia menelpon ayahnya.

"Ayah aku perlu hp nya." Ucap Fikra tanpa basa-basi.

"Kau tahu aku sedang sibuk, sebaiknya istirahat saja." Jawabnya. Fikra tampak tak diizinkan bahkan untuk keluar rumah.

"Paman akan datang lagi ke rumah." Sambungnya lagi.

Mendengarkan kabar itu sedikit membuat dia bisa bernapas lega, setidaknya membosankan seharian di rumah. Tapi dia harus tahu apa yang sedang terjadi di kantor untuk sekarang ini. Harusnya dia masuk ke kantor dan mengerjakan sesuatu di sana.

Fikra kembali menyerahkan hp milik penjaga itu.

Entah apa yang akan dilakukannya sekarang, dia tidak bisa keluar rumah sedangkan dia sangat penasaran apa yang akan dilakukan Selly selanjutnya.

Tiba-tiba langkah Fikra terhenti, dia ingat jika pernah menautkan wa nya di komputer.

Fikra segera bergegas ke kamar lagi dan menutup pintu lalu menguncinya.

Bagian terpenting sekarang dia akan melihat apakah ada sebuah keributan di grup wa?

Fikra tak sabar dan segera menyalakan komputer. Bagian kedua yang terpenting lagi dia akan bersantai dan memiliki waktu yang cukup untuk mengecek apapun yang ada dalam flashdisk ini, matanya sambil kembali melihat flashdisk berwarna merah di tangan.

Tidak sia-sia beristirahat sambil mengerjakan sesuatu.

Ketika mengecek kembali ternyata tidak begitu ramai, orang-orang hanya menanyakan tentang makan malam, pekerjaan, dan tidak ada yang dibicarakan lagi. Fikra berpikir lebih baik tidak dulu pergi ke kantor sebaiknya dia tetap di rumah dan memeriksa sesuatu yang sangat membuatnya penasaran dari kemarin.

Tidak ada yang perlu dikhawatirkan tentang rekaman cctv, Fikra sudah menghapusnya dimana dia waktu itu masuk ke dalam ruangan pak Faraz, termasuk rekaman Selly juga. Setidaknya itu adalah kebaikan kecil saja, dan tidak akan ada orang yang terlalu memperhatikan cctv kantor.

Sekarang Fikra duduk dengan santai, matanya sudah fokus dan dia sudah benar-benar siap untuk melihat semuanya.

Pertama Fikra akan melihat setiap nama file yang ada dalam data itu. Pertama hanya tentang foto, foto pribadi, keluarga, teman, dan TKP. Tidak ada yang aneh. Lalu ada sebuah film, musik, dan null, folder tanpa nama juga.

Fikra lebih tertarik dengan folder tanpa nama itu, dia tidak tahu mengapa tampak berbeda dari yang lain.

Ketika dibuka ternyata hanya foto pribadi milik Faraz, semuanya diambil dengan foto Selfi saja. Begitupun tidak ada yang aneh. Namun seketika matanya melebar melihat ada sesuatu tampak unik dari pantulan bayangan. Fikra melihat jika bayangan pertama adalah Faraz lalu ada bayangan lain. Harusnya bayangan itu tampak seperti orang tapi tidak ada siapapun.

Fikra memundurkan kursinya dan berpikir, dia mengira jika Faraz adalah indigo seseorang yang terkadang bicara sendiri, menoleh ke satu arah, seperti sedang mendengarkan seseorang bicara, atau dia benar-benar sedang berbicara dengan makhluk lain tak kasat mata?

Tidak ada yang tidak mungkin selama ini ada manusia yang bisa melihat semuanya termasuk dimensi lain. Apa mungkin Faraz benar-benar bis melihatnya?

Bayangan Fikra mengingatkan dia kembali pada setiap rinci kejadian ketika bersama Faraz, semua tampak menyudut ke sana dan dia harus mencari bukti lain selain hanya satu foto itu tidak menguatkan.

Lalu tak sengaja ada sebuah album yang sangat lama sekali, Fikra melihat folder itu bertuliskan "10 Tahun ku."

Apa yang ada di dalamnya?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!