Mata Batin

Mata Batin

Adik kakak di jalanan kota

"Anak aneh... Anak aneh ..." Ejekan yang mereka lontarkan dengan percaya diri, rasanya akan ku robek satu persatu mulutnya hingga terputus sampai tampak rahang yang menganga lebar, dan darah akan membanjiri seluruh badannya.

#####

Tubuh mungil itu lemah sekali, tragisnya ia harus hidup sendirian di jalanan sesuatu yang menjadi satu-satunya pilihan untuk diandalkan agar bisa bertahan hidup bagaimanapun caranya. Kadang menjadi seorang pemulung, tukang sapu di jalanan, apapun itu asalkan bukan menjadi peminta-minta.

Hingar bingar lampu jalanan dan gedung-gedung mewah yang berlomba semakin menjulang tinggi seolah menjadi atap bagi seseorang yang ada di bawahnya. Kemewahan khas kota di abad ke 22 yang mencerminkan bagaimana orang-orang nya hidup sekarang di tahun ini. Namun, begitulah hidup, kadang ada satu sisi kecil yang dimana orang-orang melupakannya dan tak lain adalah kehidupan anak-anak jalanan.

Baju khas lusuh kotor mungkin tidak dicuci sampai beberapa hari, rambut kumal, kulit menghitam karena cahaya matahari, ada lagi yang lebih bagus dari semua itu? Tidak ada hal indah yang ingin mereka tunjukkan karena masih bisa hidup di hari esok saja sudah menjadi sesuatu yang paling baik dari segalanya.

Angin malam sudah menjadi teman, tidak bisa beralaskan dengan busa empuk atau tempat tertutup oleh dinding indah yang dihiasi lampu neon kelap-kelip, namun cukup dengan alas seadanya, kardus bekas mie instan atau dengan sehelai kain yang mereka temukan tadi siang. Sangat jauh dari kata wajar dan cukup atau sederhana, itu masih kurang. Tapi siapa yang mau dilahirkan dari serba kekurangan? Jika saja memilih lebih baik hidup dengan serba kemewahan.

Seorang anak yang genap usianya 5 tahun pada bulan terakhir di tahun ini. Dia tampak yang paling kecil diantara semuanya, di sampingnya adalah kakak laki-laki yang paling baik dan mungkin satu-satunya keluarga yang dimiliki untuk sejauh ini. Meski hubungan keduanya bukanlah terikat karena darah, namun karena kebaikan hati anak lelaki yang mau membawa anak gadis itu dengan mempertaruhkan segalanya.

"Lapar." Rengeknya pada sang kakak yang sudah setengah mati karena capek memungut apapun yang bisa dijual namun naas uangnya hilang untuk membeli sepotong roti hangat bagi adik cantiknya.

Matanya tampak sedih dan menyesal, harusnya dia tidak senekat itu membawa anak gadis hingga hidupnya menjadi buruk. Tak disangka air mata menetes keluar dari balik celah mata yang sipit dan gemetar. Anak lelaki itu menangis menanggung beban yang seharusnya bukan untuk seusianya itu. Dia tidak pantas untuk mempertaruhkan hidupnya yang bukan apa-apa demi anak gadis yang entah siapa, bahkan dia juga tidak wajar jika harus mencari nafkah cukup untuk mereka berdua. Sedangkan hasilnya dari memulung saja hanya bisa untuk membeli sebotol air mineral kecil.

Alih-alih tenang anak laki-laki dan gadis kecil itu menangis bersamaan. Tidak ada orang dewasa yang bertanggung jawab atas hidup mereka, keduanya benar-benar sendirian di tengah luasnya kota dan kerasnya hidup sebagai pemulung.

"Jangan menangis, kalian menyedihkan sekali." Kedatangan seseorang langsung menghentikan keduanya yang merengek menangis. Mata mungil itu melihat seorang perempuan dewasa cantik dan mungkin baik.

"Aku berikan ini, ambilah dan jangan bilang-bilang pada yang lain. Cepat sembunyikan!" Perintahnya sambil menyelipkan lembaran uang di balik baju gadis kecil.

Untuk pertama kalinya melihat seseorang yang tiba-tiba saja baik pada mereka bahkan memberikan lembaran kertas sekaligus dengan mudahnya. Anak lelaki itu semakin erat memeluk adiknya. Sorot matanya tampak ketakutan saat itu, mungkin trauma di malam itu masih membayanginya.

"Anak yang baik sekali. Tenanglah aku seorang polisi tidak mungkin memisahkan kalian. Sebaiknya sekarang kalian pergi dan beli lah makanan, jangan di sini." Bisiknya pada anak lelaki yang tampak menggemaskan di mata wanita itu.

Anak lelaki yang masih berusaha melindungi adiknya melihat kartu identitas polisi, dia mulai malu-malu dan melonggarkan tangannya. "Maaf. Dan terimakasih." Ucapnya terbata.

Wanita yang sudah akan pergi lalu kembali berbalik melihat dengan penuh senyum pada dua orang anak yang dia temui tak sengaja di jalanan. "Pergilah!" Ucapnya sambil memberikan sebuah tanda agar dia bersama adiknya cepat pergi.

Tak lama wanita baik yang mungkin dikirimkan tuhan malam itu pada keduanya sudah tak terlihat dimakan oleh gelapnya malam. Entah kemana perginya, andaikan dia menjadi dewasa dia akan selalu berterimakasih dan membalas Budi.

"Ayo kita pergi!" Ajaknya pada adik yang masih saja tampak kelaparan itu.

Dor...dorr...

Suara tembakan yang terdengar tidak begitu jauh.

Matanya langsung terjaga sebisa mungkin dia cepat menyeret tubuh mungil adiknya untuk bersembunyi. Entah apa yang terjadi, namun dari pengalaman yang dia miliki suara tembakan bisa berarti itu adalah polisi atau seorang penjahat.

Di balik gelapnya gedung keduanya bersembunyi. Terdengar napasnya yang mulai panik, denyut jantung yang mungil sebesar kepalan tangannya mungkin sangat syok mendengarkan suara tadi.

Tak lama terdengar suara kaki yang berlarian ke arah keduanya. Jantung anak lelaki itu semakin tak tenang.

"Takut." Rengek gadis kecil itu yang tanpa sengaja sudah menimbulkan suara. Mendengarnya membuat sang kakak panik. Segera dia berlari tak karuan ke arah lain.

"Ada orang! Di sini ada orang!" Teriak Seorang lelaki dewasa pada kawanan lainnya.

Guk ...guk...guk ...

Suara anjing yang biasa digunakan polisi, jenis anjing terlatih untuk membantu investigasi.

"Cari!" Perintah yang lainnya.

"Mereka mungkin anak jalanan atau pengemis." Komentar seseorang yang kebetulan masih melihat bekas kain yang tadi dipakai untuk alas tidur.

Tidak sulit bagi orang dewasa untuk mencari kemana perginya orang jalanan yang mereka sebut tadi, apalagi jika orang itu hanya dia orang anak kecil yang menyedihkan.

"Cepatlah kita lari!" Bisiknya berusaha menjaga agar tidak ada yang dengar. Namun bagaimana agar bisa berlari jika jalanan yang mereka lalui hanya tempat gelap saja, sebuah gang yang tidak memiliki lampu.

"Jangan nangis lagi, ingat!" Anak laki-laki itu memperingatkan lagi pada adiknya.

Sebenarnya dia juga tidak tahu harus kemana perginya, setelah jalanan ini entah apa yang akan mereka temui setelahnya, apakah keduanya bisa selamat dan kembali menjalani kehidupan meskipun sebagai pemulung setidaknya masih bisa makan dan tidur bebas tidak seperti situasi sekarang.

Langkah mungil anak itu ternyata tidak membuatnya bisa cepat bebas dari kejaran orang dewasa yang sedang mencarinya.

Guk...guk...guk...

Terdengar suara anjing menggonggong lagi.

Setelah mendengarnya anak laki-laki itu semakin panik, tampak tak jauh di depannya sudah ada cahaya dia hanya tinggal keluar sedikit lagi. Tak sabar karena langkah adiknya begitu lambat dia langsung menggendong adiknya. Namun sesuatu terjadi membuatnya langsung menjerit kesakitan.

"Aaaaa...." Teriaknya. Mulutnya terbuka lebar menjerit. Tubuhnya langsung terjatuh begitupun adiknya.

"Pergi! Pergi!" Ucapnya memperingatkan agar adiknya pergi. Menyedihkan sekali meski kakinya digigit oleh satu ekor anjing besar dia juga berusaha menahan anjing itu agar tidak mengejar adiknya, memegang tubuh besar anjing yang sangat liar dengan tangan mungilnya itu.

Gadis kecil yang tak tahu apapun, dia berjalan pelan sekali sambil sesekali melihat ke arah kegelapan. Entah apa yang terjadi di sana diapun tidak tahu, hanya suara jeritan dan rintihan kesakitan dari kakaknya saja.

"Cepat! Cepat pergi!" Teriaknya. Memilukan sekali.

Dorr...Dor...dor... Suara pistol yang beberapa kali terdengar.

Anak kecil itu tampak ketakutan dan langsung berlari sampai akhirnya dia berhasil keluar dari jalanan gang.

Guk...guk...gukk ... Suara anjing tadi yang terdengar.

Dia masih bingung, tampak syok ketika mendengar suara tembakan tadi. Entah itu karena ingatan sebelumnya yang dia dapatkan. Karena takut dia terus berlari dan tiba-tiba tampak pintu rumah yang terbuka lebar, tanpa ragu dia langsung masuk ke dalam.

Terpopuler

Comments

Raya

Raya

kayak nya seru nih😁

2023-08-26

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!