Teka-teki lemari besar

"Pak!" Ucap Fikra sambil berjalan.

Fikra melihat Faraz yang tiba-tiba sudah berdiri di hadapannya.

"Oh. astaga." Gumamnya karena terkejut ketika wajahnya cukup dekat dengan wajah Fikra saat itu.

"Apa kau pernah melihat sesuatu?" Tanya Faraz.

Fikra tampak membulatkan mata. "Sesuatu?" Ucapnya tak mengerti.

"Ah, sudahlah. Cepat! kita akan menemukan sesuatu di rumah itu." Faraz mengatakan lagi tujuan mereka kembali.

"Kau masih penasaran dengan lemari di sana?" Fikra menebaknya.

"Kau juga melihatnya kan, jejak anak di sana itu membuatku terganggu sekali." Ucap Faraz.

"Apa mungkin jejak anak yang meninggal di gang itu?" Tebak Fikra.

"Kau bodoh sekali, aku penasaran kenapa kau ingin melakukan investigasi." Ejek Faraz langsung membuat Fikra diam membisu dan tertunduk malu.

Sekarang benar-benar sepi, hanya dalam hitungan menit tidak sampai setengah jam tapi semua orang sudah tidak ada di sana.

"Kalian benar-benar sudah mengusir mereka dari sini." Keluh Faraz saat itu.

Tidak ada yang menjawab satupun, diantara mereka mungkin memikirkan hal yang sama tentang Faraz.

"Baiklah, pergilah!" Ucap Faraz ingin membuat semuanya benar-benar pergi.

"Kau juga, cepat pergi!" Faraz menunjukkan jari telunjuknya ke arah Fikra.

"Aku? Tidak, itu tidak bisa." Jawab Fikra tak setuju.

"Baiklah terserah." Ucap Faraz, tanpa peduli dia kembali masuk ke dalam rumah.

"Kasusnya akan ditutup setelah 3 hari, apa kau benar-benar ingin bekerja dengan dia?" Seseorang mulai mempengaruhi Fikra saat itu. Namun Fikra hanya diam saja, dari tadi dia terus melihat ke arah rumah.

"Hati-hati di jalan, sampai jumpa nanti!" Ucap Fikra kemudian mengikuti Faraz masuk ke dalam rumah.

Ketika masuk ke dalam rumah di sana sudah tampak Faraz yang kembali fokus dengan lemari besar di sana. Fikra langsung masuk saja, kemudian di berjalan mencari saklar lampu di sana, jika dilihat lagi mungkin hanya tinggal 1 jam dan malam akan benar-

menjebak mereka di rumah itu jika saja Faraz masih belum berniat untuk pergi dari sana.

Faraz diam saja seperti tadi yang dilihatnya. Lemari itu tampak menarik sekali, namun jika diingat-ingat Fikra merasa ada sesuatu yang aneh memang.

Pikiran Fikra langsung memberi tahunya tentang lemari besar yang menurutnya lemari itu juga hampir sama dengan lemari yang dipajang dibeberapa rumah.

Lamanya Fikra berpikir, dan akhirnya dia yakin ada sesuatu dengan lemari itu. Alasan mengapa lemari di sana bisa sama dengan lemari di beberapa rumah yang dia lihat.

"Lihatlah aku menemukan sesuatu." Ucap Fikra semangat. Suaranya berhasil menarik perhatian Faraz saat itu.

"Apa yang kau katakan?" Tanya Faraz saat itu.

"Lemari ini, beberapa rumah di sini memiliki lemari yang sama. Kau tahu apa itu artinya?" Fikra begitu sangat bersemangat hingga dia juga menggunakan kata-kata Faraz ketika mengatakannya.

Faraz terperanjat. "Apa mungkin semua orang membeli lemari yang sama? Untuk satu kawasan di sini?" Faraz menambahkan teka-teki nya.

Kedua pasang mata mereka saling meyakinkan, Fikra berjalan lebih dulu ke salah satu rumah yang jaraknya terdekat dengan rumah utama. Faraz memeriksa rumah lain yang bersebrangan.

Keduanya sangat bersemangat ketika menemukan sesuatu yang baru, dan itu merupakan teka-teki besarnya.

"Aku menemukan sesuatu!" Ucap Fikra. Rupanya Faraz kalah cepat, dia juga akan mengatakan hal yang sama.

"Rumah kedua dari sebelah kanan, selanjutnya yang ada di belakangnya sebagai rumah ke tiga, ke empat yang bersebrangan dengan rumah ke lima. Semuanya memiliki lemari yang sama persis sekali." Ucap Fikra melaporkan temuannya.

"Itu artinya ada sesuatu dengan lemari itu." Fikra masih mengoceh.

Faraz tampak langsung terjaga, dia memberikan sebuah Aba-aba agar Fikra tidak terlalu berisik apalagi jika hari sudah malam dan kawasan di sana benar-benar akan gelap, apapun yang akan terjadi tidak pernah ada yang tahu kan.

"Sebaiknya kita bersama sekarang. Kau harus selalu siaga dan hati-hati." Ucap Faraz memperingatkan.

Mendengarkan peringatan itu seperti sebuah rambu-rambu akan adanya bahaya. Apalagi jika bukan suatu kejutan yang tak terduga.

Faraz meminta Fikra untuk berjaga di belakang langkahnya, berjalan mengendap melewati rumah-rumah di sana, tujuan mereka adalah rumah terakhir yang dekat dengan selokan air.

Saat itu matahari sudah benar-benar hilang dari pandangan, langit berubah menghitam, kedua orang yang masih terjaga dengan mata mereka mengamati setiap rumah dan menunggu sesuatu yang akan terjadi.

Sudah 2 jam sejak Faraz dan Fikra berdiam di sana, bersembunyi dibalik gelapnya malam, bahkan lampu-lampu rumah tidak menerangi kawasan di sana, cukup dengan sedikit cahaya dari bulan yang tidak cukup membuat orang bisa berjalan keluar dari rumah tanpa sebuah cahaya yang berasal dari alat penerangan apapun.

Faraz sangat terjaga, dia terlalu yakin sesuatu akan muncul dan keluar dari setiap rumah.

Benar seperti dugaannya, ketika ada sumber cahaya yang tiba-tiba keluar dari salah satu rumah.

Faraz segera menarik tubuhnya memberitahu Fikra seseorang keluar dari rumah di belakang mereka. Ketika Fikra ingin memastikan, namun cahaya senter nyatanya memperlihatkan mereka jika seseorang juga keluar dari rumah tempat mereka bersembunyi. Saat itu keduanya benar-benar panik, tidak pernah terpikirkan dari bagian mana mereka bersembunyi karena seluruh kawasan ini sudah dipastikan tidak ada orang.

Keduanya saling bertanya-tanya dalam hati, karena bukan hanya dua lampu senter yang tampak namun sekarang rumah ke tiga, ke empat, ke lima, bahkan cukup terhitung banyak jika dibandingkan dengan mereka yang hanya berdua.

Faraz tidak bisa berpikir apapun, sedikit saja dia melakukan kesalahan, atau jika mereka menemukannya di tempat ini entah apa yang terjadi. Kemungkinannya jika orang yang bersenjata mereka akan tak segan membuat hidupnya dan hidup anak buahnya berakhir.

Tampak senter-senter itu bergerak dan sialnya mereka juga membagikan cahaya senter itu satu sama lain. Faraz langsung meminta Fikra untuk bergerak maju, setidaknya mereka bisa masuk ke salah satu rumah.

"Rumah, masuk!" Bisik Faraz.

Mendengarnya dengan keadaan genting seperti itu membuat Fikra tidak bisa berkutik, terlalu banyak pertanyaan yang membuatnya sangat sulit bergerak. Sedangkan Faraz yang terus mengawasi arah senter itu tampak sangat cemas dikhawatirkan jika salah satu dari mereka menemukannya.

Fikra terus merangkak di balik kegelapan, dia harus bisa masuk ke dalam rumah seperti yang dikatakan oleh atasannya. Entah apa yang terjadi dia tidak bisa bertaruh dengan kebenarannya. Andai saja di rumah itu masih ada orang yang keluar, itu hanya akan sia-sia saja. Namun karena sudah terdesak Fikra hanya bisa terus merangkak perlahan sampai keduanya bisa masuk ke dalam rumah.

Fikra segera membagikan pandangannya saat itu, meskipun sulit dengan mata telanjang untuk memastikan apakah di sana ada orang atau tidak.

"Sepertinya tidak ada siapapun." Bisik Fikra saat itu, dalam pikirannya Faraz ada di belakangnya. Namun ketika mengatakannya Faraz tidak juga memberinya jawaban. Saat itu pikirannya langsung kalut dia tidak tahu harus melakukan apa.

Fikra segera duduk mencari Faraz kemanapun, ketika dia bermaksud ingin keluar namun sesuatu membuatnya langsung mengurungkan niatnya. Fikra tidak mungkin keluar karena orang-orang sudah berkumpul dan entah ada berapa banyak orang di sana dia tidak bisa memastikannya.

Apa yang harus dilakukannya sekarang? Kemanakah Faraz?

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!