Jalan keluar

Fikra merapihkan kembali pakaian yang tadinya terbakar. Untung saja hanya pakaiannya saja yang terbakar dan sedikit panas. Ketika dibukanya ternyata kulitnya juga sebagian melepuh.

Tanpa napas dari ke tiga orang itu naik turun seirama. Fikra tidak melepaskan pengawasannya pada orang asing yang tampak kelelahan di seberangnya. Tapi ketika matanya menangkap sesuatu pandangan di ruangan itu spontan membuat dia dan Faraz tercengang. Sebuah ruangan luas ada di bawah lantai tadi, sedangkan pintu masuknya melalui lemari yang terpajang. Sebuah ide berlian.

"Tempat ini yang ku cari, rumah-rumah di sini memiliki pajangan yang sama di tempat yang sama juga. Kecurigaan ku terbukti ketika dia keluar dari dalam lemari." Faraz mengarahkan telunjuk tangannya pada orang asing diantara mereka.

Fikra tak bisa mempercayai kejadian hari ini, bahkan dia tidak pernah membayangkan bisa melakukan hal sehebat itu hingga bisa menangkap salah satu dari mereka.

"Kau mau kemana?" Faraz segera berlari, dia membawa sesuatu di balik saku celananya yaitu borgol. "Seharusnya dari tadi seperti ini." Ucap Faraz pada lelaki itu.

"Bagaimana kau bisa menemukan tempat ini dan menangkap dia?" Fikra mulai bertanya penasaran.

"Mudah sekali. Kau tahu bagaimana?" Faraz balik bertanya. "Itulah gunanya polisi kau harus berpikir beberapa langkah lebih maju dalam waktu bersamaan." Lanjut Faraz memang tidak bicara secara detail bagaimana dia menangkap orang itu.

"Aku penasaran sekali, di atas sana semuanya gelap tapi kau benar-benar bisa bertindak dalam keadaan gelap seperti itu?" Fikra masih tak percaya.

"Lelaki bodoh ini hanya tetap mengandalkan ku, dasar manusia bisa-bisanya dibohongi." Gadis kecil itu muncul lagi dan menggerutu sendiri.

Tak peduli dengan ocehan hantu kecil itu, karena pada situasi ini dia tetap diuntungkan. Tidak ada orang yang tahu tentang tindakannya karena bantuan dari roh halus seperti gadis kecil itu.

"Kau harus berterimakasih sekarang! Akan ada banyak orang yang memuji mu dengan pencapaian ini." Ucapnya pada Faraz yang tampak tak acuh dari tadi.

"Tapi ruangan ini, sepertinya bukan ruangan biasa." Komentar Fikra ketika terus mengamati segala sesuatunya yang ada.

"Sekarang kau katakan saja, dimana jasad seorang perempuan yang kalian bunuh pada malam itu. Kalian juga kan yang membunuh bocah di gang jalan sana?" Tanya Faraz tak menunda waktu.

Orang yang dituduhnya itu malah tersenyum lebar, tampak menyepelekan.

"Bukan dia. Kau masih tidak mengerti bukan dia orangnya." Oceh hantu yang selalu mengikuti Faraz memberitahu.

"Lupakan, bukan dia orangnya." Ucap Faraz.

Tindakan Faraz tadi membuat orang lain yang melihatnya langsung bertanya-tanya.

"Apa kau memang mengetahui segalanya? Aku menebaknya itu benar." Ucap Fikra saat itu.

"Itu mudah sekali. Sudahlah lupakan. Kita masih memiliki tugas penting di sini. Pertama kau pergi ke rumah yang dekat dengan aliran air itu, periksa sesuatu yang tertinggal di lantai bawahnya." Tanpa menjelaskan Faraz langsung memberitahukan rencananya.

Fikra masih diam saja tak berkomentar, namun pikirannya berusaha keras mencerna setiap perkataan Faraz. Fikra yakin Faraz sudah tahu segalanya bahkan pelaku pembunuhan nona itu juga, dan setiap insiden di sini Faraz sudah bisa menebaknya.

"Heh. Kau mau diam saja di sana?" Faraz membuyarkan lamunan Fikra saat itu.

"Baiklah. Aku akan pergi ke tempat itu." Jawab Fikra.

"Baguslah! Jangan sampai ada yang terlewatkan dan tolong untuk hati-hati!" Faraz memperingatkan.

"Tapi di luar terjadi kebakaran hebat, semua pasti terbakar. Jika tidak ada petugas damkar dan polisi yang datang, dengan keadaan api seperti tadi pasti sudah membakar semuanya." Fikra menjelaskan secara logis.

"Kau takut terbakar? Yasudah tunggulah bersamanya di sana. Tetap diam sampai aku kembali." Ucap Faraz.

Fikra tampak membulatkan mata. Dia tidak bisa percaya dengan keputusan Faraz saat itu, padahal tadinya Fikra bermaksud untuk menahan Faraz agar tidak keluar di waktu dekat, dia juga tidak mungkin tetap tinggal di ruangan bawah tanah seperti ini dengan seorang yang entah siapa.

"Aku ikut, aku akan menyelediki nya!" Ucap Fikra menghentikan langkah Faraz.

"Kalau begitu pastikan dia tidak kabur!" Lagi-lagi Faraz membuatnya jengkel. Fikra tak ingin melakukannya sendirian, begitulah yang dia inginkan.

Terpaksa sekali Fikra kembali turun dari tangga, mengikat kuat tubuh pelaku dan memastikannya tidak bisa kabur. Setelah itu dia naik ke arah tangga kayu yang terhubung dengan ruangan di atasnya.

Dorrr ...

dorrr ...

Suara tembakan.

Buru-buru Fikra naik dan mengintip, dia melihat tubuh Faraz jatuh ke bawah lantai. Dia mulai panik, serangan kejutan terjadi dan sebuah tembakan mengenai Faraz di tempat itu. Karena panik Fikra kembali turun dari arah tangga dengan hati-hati. Membayangkan kembali jika para tersangka yang membakar habis rumah-rumah disini tiba-tiba saja turun ke ruangan ini. Apa yang bisa dilakukannya jika seorang diri saja?

Seolah pikirannya langsung berhenti seketika. Fikra panik namun ketika mencari ke sekeliling lagi dia tidak menemukan sebuah jalan keluar di tempat itu. Tidak ada jalan lain, satu-satunya jalan hanya tangga di sana.

"Mereka tidak akan meninggalkan kawannya di sini sendirian. Tunggu saja!" Oceh lelaki asing yang ada di sana tampak ouas mengatakannya.

Fikra semakin kesal, dia benar-benar terjebak. Namun setidaknya dia memiliki tawanan untuk negosiasi. Dia harus melakukannya. Matanya kemudian tampak tajam menatap ke arah orang yang sudah mengoceh padanya.

"Polisi lain sudah datang, kau pasti sudah menghubungi mereka kan? Cepatlah naik dan bawa dia juga!" Suara yang terdengar terdengar seperti Faraz.

Fikra menoleh dan melihat Faraz berjalan sehat melihat ke arahnya.

Melihat kenyataan itu tampak membuatnya benar-benar akan gila. Mengapa tidak? Bayangkan saja Faraz tadi tergeletak tak berdaya, dia juga tertembak kan oleh satu dari orang-orang itu. Tapi, sekarang dalam waktu singkat Faraz muncul dan keadaannya benar baik-baik saja.

Tak ingin Faraz kembali datang menemuinya lagi, Fikra segera menyeret orang itu dari sana. Biarkan saja kejanggalan tadi menjadi teka-teki nya sendiri.

Ketika tiba di lantai atas yang sebagian sedang diusahakan oleh petugas damkar untuk memadamkan api. Fikra berdiri di tempat itu dimana tadi Faraz tergeletak di atas lantai. Matanya kini tidak lepas dari sosok Faraz di sana yang sedang sibuk berbincang dengan anggota polisi lain. Entah mengapa Faraz di matanya cukup menarik untuk dia pikirkan. Kenyataan itu biar dia sendiri yang tahu dan pada saatnya dia akan mencari tahu.

Seorang petugas menghampirinya, langsung membawa lelaki yang dibawa Fikra. Sedangkan faraz tampak mengarahkan semua petugas di sana.

"Hebat! Kau bekerja sama dengan baik rupanya!" Puji seorang polisi ketika berpapasan dengannya.

"Hei. Kau! Cepat kemari, sudah ku katakan ada sesuatu yang akan ku tunjukkan dan cepat ikutlah!" Faraz mengajak Fikra untuk tetap bersamanya, pergi ke tempat lain di sana.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!