Korban 2 polwan Nona Zen

Fikra berjalan mendekat ke arah Faraz. Tapi entah mengapa matanya selalu fokus ke bagian baju Faraz. Ketika mendapatkan apa yang ingin dilihatnya Fikra tampak tercengang tak percaya, pada pakaian itu jelas sekali sesuatu tampak meninggalkan bekas peluru tadi.

"Kau masih sempat melamun? Cepatlah jika tidak ingin ketinggalan sesuatu yang menarik." Ucap Faraz mengingatkannya kembali.

Fikra terperanjat, dia segera mengikutinya dari belakang.

Ketika keluar dari rumah itu kini tampak ada penerangan dari lampu yang sudah disediakan petugas damkar di sana, para polisi berjaga di mana-mana.

Fikra bisa menebaknya jika tujuan Faraz adalah rumah pertama yang selalu membuat dia melamun lama di sana, berdiam diri berapa jam lamanya.

"Kita akan melihat sesuatu di balik lemari ini. Kau akan terkejut ketika melihatnya." Ucap Faraz.

Faraz lebih dulu turun ke bawah kemudian diikuti oleh Fikra.

Setibanya di ruangan yang sama seperti di rumah sebelumnya pemandangan di depan mata membuat Faraz sangat senang. Anak kecil, gadis cilik itu ada di sana dan tertidur pulas.

"Kita tidak akan pernah menemukannya jika ruangan ini tidak pernah ditemukan." Ucap Faraz. Dia berjalan mendekat ke arah gadis yang begitu tenang tidur.

"Jangan menyentuhnya!" Terdengar sebuah larangan yang tak lain berasal dari hantu gadis kecil yang selalu bersamanya itu.

Tangan Faraz langsung berhenti tertahan, dia melihat ke satu sisi memperhatikan bagaimana gadis itu menjelaskan dengan detail.

"Kau tak boleh menyentuhnya sama sekali, dia sudah dikutuk karena itu semua orang yang selalu bersamanya selalu mengalami kesialan. Sekarang pergilah biarkan orang lain mengurusnya saja!"

Faraz tampak bingung, padahal dia sudah menemukan gadis itu namun kali ini dia sama sekali tidak boleh menyentuhnya.

Melihat tingkah aneh Faraz membuat Fikra bicara dan bertanya. "Itu adalah gadis yang meninggalkan jejak di sana kan. Kau sudah tahu dia akan di ruangan ini." Ucap Fikra, entah sebuah sanjungan atau rasa penasaran semata.

"Itu tidak penting, sebaiknya aku akan serahkan kasus ini pada polisi lain." Ucap Faraz. "Kau juga bisa berguna kan? Ayo kita lakukan saja tugas lain, kita harus pergi ke rumah itu!" Faraz benar-benar mengubah rencananya.

Fikra tampak tercengang karena melihat Faraz bertingkah seperti itu. Padahal hanya dia yang paling bersemangat untuk menemukan gadis kecil itu, lantas sekarang mengapa dia mengabaikannya.

Tak bertanya apapun, Fikra mengikuti Faraz kembali naik ke atas sedangkan anak kecil itu masih tidur di sana.

"Aku punya satu orang korban lagi, ingat dia adalah saksi pembunuhan bocah yang ada di gang itu, juga pemilik rumah yang tinggal di sini." Faraz mengatakannya pada seorang polisi yang bertugas.

Mendengarkan kabar itu dengan sigap bergegas pergi ke tempat yang disebutkan Faraz.

"Kau bercanda? Dia anak kecil. Kau membiarkannya dia di sana?" Seorang polisi wanita berkomentar.

"Sudahlah yang penting dia selamat. Aku memiliki misi yang lain dan tidak bisa menundanya lagi." Ucap Faraz sebagai alasan.

Akhirnya Faraz bisa pergi ke tempat terakhir yang akan menjelaskan tentang kematian bina itu.

Hatinya tak bisa lepas dari perasaan gelisah. Tentu saja Faraz akan menjelaskan sendiri nantinya bagaimana gadis itu mati. Menyedihkan sekali karena kedatangannya sangat terlambat, dia juga bisa tahu semua ini karena bantuan dari roh yang tiba-tiba muncul.

"Apa sekarang berbeda? Kau tampak serius sekali." Ucap Fikra sekedar ingin bicara saja.

"Lihatlah saja nanti." Faraz menjawabnya singkat. Reaksinya benar-benar sudah berubah bahkan ekspresi wajah Faraz saat itu sangat berbeda.

Setibanya di rumah itu Faraz tampak diam sebentar. Dalam jarak yang tidak begitu jauh Fikra bisa merasakan jika Faraz mulai sedikit goyah, dada sesuatu yang membuatnya sedih mungkin.

Tampak di depan mata keduanya masih lemari yang terpajang di sana. Faraz tidak langsung masuk seperti tadi, dia seperti banyak berpikir dan mempertimbangkannya.

"Biar aku yang masuk lebih dulu!" Ucap Fikra tak tahan melihat sikap Faraz.

Faraz tak menjawab ucapan Fikra, dia hanya diam saja dengan tangan yang mengepal.

Meskipun tak sanggup karena dia sudah tahu apa yang akan ditemukannya nanti di bawah ruangan itu.

"ASTAGA!" Fikra terdengar syok sampai dia berhenti di anak tangga itu.

Ketika memastikan Faraz juga tampak syok dan tidak bisa berkata-kata lagi. Dilihatnya sebuah kepala yang berambut panjang, wajah tak asing itu membuat Faraz langsung mematung diam. Dia tidak tahu jika masih ada bagian tubuh yang tersisa di sana.

Faraz segera naik kembali dan berlari ke arah para polisi lain, dia menceritakan apa yang ditemukannya bersama Fikra di tempat itu.

Buru-buru beberapa polisi itu segera pergi ke tempat yang disebutkan Faraz, tapi dia tidak mengikutinya lagi. Faraz tidak bisa tenang dan tak sanggup lagi melihat wajah orang yang dikenalnya. Faraz tak pernah menyangka jika kejadian keju seperti itu bisa menimpa pada wanita baik seperti itu.

Tak lama setelah memberitahukan apa yang dia temukan, tampak polisi-polisi tadi sudah kembali membawa kantong jenazah.

"Kita tidak menemukan bagian tubuh lain, Nona Zen." Laporan seorang polisi padanya.

Faraz diam frustasi, semua salahnya karena dia sudah terlambat. Jika saja dirinya lebih cepat menemukan ruangan itu mungkin tidak akan ada nyawa lagi yang harus melayang.

"Aku sangat bangga pada mu, kau bahkan menemukan semua teka-teki sampai tak bersisa. Terimakasih untuk pengalaman dan bimbingannya!" Ucap Fikra ketika dia kembali dan bertemu Faraz di sana.

Tanpa mengatakan apapun Faraz langsung pergi dari hadapan Fikra. Kepergian Faraz membuat hati Fikra semakin tidak tenang saja, terlalu banyak yang membuatnya harus berpikir cukup keras.

Fikra tak berkomentar tentang kepergian Faraz saat itu. Dari matanya Fikra bisa menyadari sesuatu, jika Faraz sangat terpukul dengan pembunuhan yang menimpa nona Zen. Fikra tidak tahu apakah benar atau salah jika nona Zen dan Faraz pasti sangat dekat.

Faraz pergi ke salah satu mobil polisi. "Antarkan aku pulang sekarang!" Pintanya yang langsung masuk ke dalam mobil. Wajahnya tampak lelah, namun yang paling membuatnya tak biasa adalah sikap dan cara bicaranya yang melunak. Harusnya Faraz tidak bersikap seperti itu karena selama ini dia dikenal dengan polisi "Gila."

"Baiklah ayo pulang." Jawabnya pada Faraz. " kau tak bersama Fikra?" Faraz langsung terkejut dengan pertanyaan itu, ternyata dia sudah melupakan sesuatu.

"Sudahlah aku lelah sekali, hari ini aku ingin pulang dengan nyaman sendiri saja." Faraz tidak peduli, dia hanya ingin cepat keluar dari tempat itu. Dia perlu tenaga untuk hari esok, ada tugas yang begitu banyak dan dia harus menyelesaikannya.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!