Roh anak kecil di gang

Di Area TKP sebelumnya.

"Hei... Hei... apa yang kalian lakukan?" Faraz menatap aneh karena orang-orang mulai bisa keluar masuk bebas ke area itu.

Semua petugas yang bekerja hanya ada 3 orang di sana menatap Faraz sebentar, lalu mengabaikannya.

"Kau tidak bisa melihatku seperti itu, lagipula mengapa semuanya dibebaskan seperti ini? Kau tahu apa artinya?" Komentar Faraz masih tak terima.

Melihat situasi TKP dengan orang-orang yang sudah mulai bebas keluar masuk.

"Semuanya akan dikosongkan sementara, warga di sini berjumlah sekitar 20 orang dan semuanya lansia juga beberapa pasangan yang masih muda. Kita akan mengevakuasinya sementara ke tempat penampungan yang sudah disediakan polisi." Seseorang menjelaskan keadaan saat itu.

"Kita akan kehilangan salah satu pelaku yang lain." Faraz langsung mengatakannya.

"Orang yang kau tangkap kemarin? Dia memang warga disini, tanyakan saja pada anak buahmu polisi baru itu, dia yang melakukan interogasinya." Jelasnya lagi.

Ekspresi Faraz tampak tak puas, dia ingin mempercayai temannya itu, hantu licik yang mengatakan jika dia adalah pelaku pembunuhan.

Faraz hanya bisa mematung sambil berjalan lagi menuju rumah tadi, namun ada sesuatu yang mengganggu penglihatannya membuat dia diam sebentar dan memastikan tidak ada orang melihat ke arahnya. Dia berjalan menuju gang yang ada di dekat rumah itu.

Seorang anak kecil dengan luka gigitan anjing itu, tertunduk menyedihkan di sana.

Faraz sangat berhati-hati ketika mendekatinya, dia sadar apa yang akan dihadapinya sekarang bukanlah seorang manusia, melainkan seorang roh orang yang sudah mati penasaran.

"Tolonglah adikku!" Perkataan yang didengar Faraz langsung menghentikan kakinya. Faraz tampak bingung siapa yang bicara padanya apakah anak kecil yang terduduk itu. Ketika Faraz kembali memastikan anak lelaki di sana sudah hilang.

"Adikku masih hidup." Tepat di telinga kiri Faraz mendengarnya.

Saking terkejutnya Faraz sampai melangkah mundur dan menabrak dinding gang itu. Mengejutkan sekali sampai napasnya terdengar berat.

"Adikku masih hidup." Ucapnya berulang kali. Faraz melihat anak itu mengarahkan telunjuk tangannya ke arah rumah.

Pikirannya langsung melayang membayangkan tentang gadis kecil yang ada di lemari itu.

Faraz ingin sekali bertanya saat itu, namun lidahnya entah mengapa terasa kelu. Hingga tidak ada satu katapun yang terucap dari mulutnya saat itu, Faraz masih saja duduk menatap anak lelaki yang menatapnya dengan tatapan kosong.

"Pak!" Ucap seseorang yang langsung menghalau perhatian Faraz.

Tampak terkejut Faraz melihat Fikra berdiri di sana, menatapnya dengan tatapan yang aneh.

"Tidak ada apa-apa." Ucap Faraz lalu berdiri.

Tanpa sepengetahuan Faraz dari tadi Fikra sudah melihatnya, menyaksikan apa yang dilakukan Faraz saat itu, namun dia hanya diam saja.

"Aku sudah menginterogasi orang yang kemarin." Ucap Fikra.

"Lupakan saja! kita akan mencari ke luar area di sini." Faraz tiba-tiba memberikan keputusan.

"Di luar area?" Fikra mengulangi ucapan Faraz tadi.

"Ia. Kau tahu kenapa?" Tanya Faraz .

Seperti tebakannya karena Fikra hanya menggelengkan kepala.

"Benar-benar bodoh sekali." Gumam Faraz pada dirinya sendiri membuat Fikra tampak ingin tahu apa yang dikatakan Faraz.

"Cepat, kita harus mencari tahu semuanya dan menghentikan kasus ini sekarang. Kau bisa melakukannya?" Tanya Faraz. namun Fikra sama sekali tidak berkutik, dia hanya mematung diam saja tanda tak mengerti apapun. Faraz Hanya bisa menghela napas dan membiarkan orang sepertinya yang akan menyelesaikan kasus ini sendirian.

"Ketika seseorang melakukan kejahatan di satu tempat, ada dua kemungkinan yang terjadi. Pelaku akan tetap di tempat kejadian dan melakukan akting, atau dia pergi keluar dari tempat itu melarikan diri jika saja kasusnya atau orang yang dia bunuh bukanlah orang terdekat atau yang dikenalnya." Jelas Faraz ketika dia berjalan memutar keluar dari area di sana.

Fikra mendengarkannya dengan teliti tanpa mengatakan satu komentar apapun.

"Jadi sekarang dugaannya adalah pelaku itu bukan warga di sini, dia memang sengaja atau tidak sengaja lewat ke area rumah di sini." Simpulnya sedikit demi sedikit mencerna penjelasan Faraz.

"Ada jasad anak di gang itu, aku yakin dia hanya seorang gelandangan, tidak punya rumah di sini. Aku melihat di depan rumah pertama yang kita geledah ada bekas kain, banyak anak jalanan yang menggunakan kain itu untuk alas mereka tidur." Timpal Faraz, dia sedikit berbaik hati dengan menjelaskan apa yang ada di dalam pikirannya.

"Anak jalanan? Tidak mungkin sasaran utama pembunuhan kan." Fikra tampak menemukan teka-teki nya.

"Mungkin anak malang sepertinya hanya tak sengaja ada di sana dan melarikan diri lalau meninggal." Ucap Faraz.

"Sudahlah, cepat cari sesuatu yang bisa kau temukan sekarang." Faraz tak berniat untuk membeberkan semuanya di sana. Sekarang dia mulai fokus berjalan hingga ada saluran air yang menghentikan langkahnya.

"Apa ada sesuatu lagi?" Tanya Fikra penasaran.

"Saluran air ini, pasti saluran yang sama kita temui di salah satu rumah di sana kan. Ayo kita lihat saluran air ini akan berakhir dimna!" Ajak Faraz saat itu.

Tak lama keduanya bergerak cepat meski harus menerobos hutan yang ada di belakang rumah-rumah tadi.

"Tunggu!" Ucap Faraz menghentikan langkah mereka.

"Ada jejak sepatu di sini, coba sekarang kau ambil gambar nya dan kita akan mencocokan sesuatu nanti." Ucap Faraz. Selanjutnya Faraz masih berjalan semakin jauh, namun langkahnya terhenti lagi.

Faraz mematung melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh mata normal. Napasnya masih teratur, namun dia tahu siapa yang ada di hadapannya itu.

Karena Faraz berhenti Fikra pun berhenti di sana, sekarang Fikra melihat apa yang dilakukan Faraz membuatnya tak mengerti.

Jaraknya tidak terlalu jauh, Faraz berdiri dan matanya terus melihat ke arah seorang perempuan yang berdiri di sana, dan dia bukan lagi manusia. Tampak Faraz memejamkan matanya.

"Terimakasih sudah datang. Namun jasad ku sudah tidak ada lagi bersama air di sana. Kau tidak akan menemukan apapun dengan pergi ke sungai itu." Suara yang Hanya bisa didengar olehnya saja.

Ketika suara itu berakhir faraz tak melihat ada sosok perempuan itu lagi. Sekarang dia kebingungan mencari ke segala arah namun sosok itu benar-benar sudah hilang.

Sayang sekali dia harus kecewa karena ternyata sudah sangat terlambat. Tidak ada yang bisa ditemukan, itu pasti benar karena roh nona itu sendiri yang mengatakannya.

Faraz menundukkan wajah sebentar seperti ingin berdoa demi kedamaian nya di sana.

"Pak!" Ucap Fikra padanya.

Faraz kembali melihatnya masih dengan tatapan yang sama. Memang tidak akan pernah ada orang yang mengerti apa yang dia pikirkan selain hanya dirinya sendiri.

"Kita kembali ke rumah-rumah tadi." Ucap Faraz dengan nada bicara yang melunak.

Mengherankan karena nada bicaranya berubah.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!